Beranda / Romansa / FROM THE WEDDING HALL / 68: TIDUR SERANJANG

Share

68: TIDUR SERANJANG

Penulis: Yantie Wahazz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-01 23:50:55

Ditodong pertanyaan seperti itu, Nesia gelagapan. ‘Tidakkah laki-laki ini berpikir sedikit panjang apa efeknya jika dia hamil sementara pernikahan mereka memiliki keterbatasan waktu?’

“Karena pernikahan kita memiliki keterbatasan waktu, Remy. Aku tak mau jika nanti menuruti keinginan kamu, aku hamil dan memiliki anak kemudian kita bercerai. Aku tak mau anakku hidup dengan orang tua yang tidak lengkap. Cukup aku yang merasakan sakitnya dihina karena tidak punya orang tua,” ujar Nesia dengan mata yang tiba-tiba mengembun oleh air mata karena ingat penghinaan yang diucapkan oleh ibunya Vino.

Remy tersenyum mendengarnya.

“Apakah … apakah ada yang menghinamu?” tanya Remy menyesal karena menggiring Nesia pada suasana sendu seperti ini.

Nesia menggeleng, mengabaikan ingatannya untuk menjaga pikirannya agar tetap sehat. “Tidak! Ini hanya ingatan masa kecilku ketika berada di panti.”

Remy hanya diam, menatap Nesia yang berusaha mengembalikan suasana seperti semula. Lalu tiba-tiba saja empati m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • FROM THE WEDDING HALL   69: BULAN MADU

    Remy tak tahu sudah berapa lama dia tertidur karena pengaruh obat yang diminumnya tadi. Namun, satu hal yang dia sadari dan seharusnya membuatnya terkejut tetapi malah tersenyum adalah saat dia bangun dan ternyata dia sedang berada dalam satu ranjang bersama dengan Nesia, bahkan memeluk lengan gadis itu.Pun Remy juga tak tahu sejak kapan Nesia tertidur di ranjangnya, membiarkannya memeluk lengan kecilnya yang sepertinya cukup kokoh mengingat bahwa telapak tangannya juga tak selembut sebagaimana mestinya seorang perempuan. Diam-diam Remy membatin, ‘Di jaman semodern ini bagaimana bisa ada perempuan muda dengan telapan tangan sekasar ini? Benar-benar seperti telapak tangan kuli.’Remy menatap wajah Nesia yang begitu dekat dengan dirinya itu. Mengamati dengan seksama, hal istimewa apa yang membuatnya bisa memiliki hasratnya lagi sebagai seorang lelaki. Hal yang nyaris mustahil akan dirasakannya kembali mengingat sudah puluhan kali dia melakukan pengobatan dan juga terapi. Tidak hanya it

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • FROM THE WEDDING HALL   70: SERING LUPA DIRI

    “Ya. Bulan madu. Bukankah pengantin baru memang seharusnya melakukan bulan madu?” tanya Remy sambil mengunyah makanan yang disuapkan oleh Nesia itu.Sejujurnya bukan makanan yang diinginkan oleh Remy mengingat selama ini dia selalu mengkonsumsi makanan yang ringan. Tetapi Nesia si keras kepala ini sepertinya tidak menerima penolakan apapun dari Remy.Nesia berdecak.“Mengapa harus dibahas lagi mengenai pernikahan itu kalau kita sama-sama tahu bahwa ini bukan pernikahan sebenarnya?” tanya Nesia sambil menyuapkan nasi ke mulut Remy untuk yang kesekian kalinya.“Tapi kalau kita tidak pergi berbulan madu, mungkin semua orang akan semakin berasumsi bahwa pernikahan kita benar-benar bohongan. Benar, kan?” Remy mencari celahnya sendiri.“Karena kenyataannya adalah bohongan, tak seharusnya kamu panik, kan? Toh pada masanya kita tetap akan bercerai.”Remy berdecak mendengar kalimat cerai yang diungkapkan Nesia. Dia benar-benar tak suka sehingga enggan membuka mulutnya saat Nesia kembali menyua

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • FROM THE WEDDING HALL   71: ISTRI YANG MEMBUAT RILEKS

    Nesia panik ketika Remy bertanya seperti itu. Dia hendak menghindar, namun posisinya sangat tidak memungkinkan sehingga yang bisa dilakukannya hanya memalingkan wajahnya dengan mata terpejam rapat. Jantungnya tetap saja menggelepar tak karuan, pun demikian juga dengan Remy. Lelaki itu juga berdebar seperti dirinya.Namun, beberapa detik berlalu, Nesia tak juga merasakan sesuatu yang dia takutkan sekaligus dia nantikan. Karena ternyata, Remy sama sekali tidak menciumnya. Lelaki itu hanya memandang Nesia yang wajahnya memerah karena sudah berpikir bahwa Remy akan menciumnya.“Hei? Wajahmu memerah. Apakah kamu sedang menunggu ciumanku?” tanya Remy dalam bisikan penuh senyuman mengejek.Seketika Nesia membuka matanya dengan wajah yang semakin memerah menahan malu karena sudah berpikiran bahwa Remy akan menciumnya. Maka untuk menutupi rasa malunya, nesia segera melepaskan diri dari dekapan lelaki itu.Nesia berhasil lepas dan Remy tersenyum melihatnya. Sungguh, ada sebuah kebahagiaan terse

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • FROM THE WEDDING HALL   72: TERBAKAR CEMBURU

    “Jangan terlalu tegang, Lukas. Aku akan datang ke kantor agak lambat, jadi kamu bisa sedikit santai. Kecuali kamu memang memiliki beberapa pekerjaan yang harus kamu lakukan. Agenda rutinku mulai hari ini adalah mengantar Nyonya Wilson untuk belajar di sekolah kepribadian. Benar begitu, Nyonya Wilson?” Remy menatap santai ke arah Lukas, kemudian beralih menatap Nesia dengan senyumnya yang sok keren.“Eh? Apakah kita sudah sepakat mengenai hal ini?” tanya Nesia lagi.“Untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk istriku, sepertinya aku tidak butuh kesepakatan dan persetujuan kamu. Bukan begitu?”“Ya, kamu … kamu benar. Tapi apakah kita benar-benar perlu sepakat untuk sekolah kepribadian? Kurasa … kurasa setelah kita selesai dengan semua sandiwara ini, bukankah kita akan bercerai?”Lukas hanya mengangguk kecil, seolah setuju dengan penolakan halus yang dilakukan Nesia atas rencana Remy itu.“Mengapa harus terpaku pada perceraian. Waktu pernikahan ini masih panjang, Nyonya Wilson. Untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • FROM THE WEDDING HALL   73: WAKTU UNTUK JATUH CINTA

    Mendapat pernyataan seperti itu, Lukas langsung berdiri dan mengangguk santun kepada Remy. Namun, tidak demikian dengan Nesia. Gadis itu memang bangkit, tetapi tidak ada aura ketakutan seperti yang Lukas rasakan. Dia malah tersenyum lebar menyambut kedatangan Remy dengan sikap yang sangat biasa.“Hei, Remy? Kok kamu sudah pulang? Bukannya seharusnya masih lusa?” tanya Nesia dengan santai.Sesaat Remy kecewa karena tidak melihat ekspresi bahagia Nesia atas kehadirannya yang penuh kejutan ini.‘Hei, memangnya ada apa, kok harus bahagia?’Remy tersenyum masam mendengar ejekan di kepalanya itu.“Tentu saja karena aku merindukan istriku,” jawab Remy sambil melirik Lukas ketika dia mendekati Nesia.Hal paling tak terduga lainnya adalah ketika tiba-tiba Remy mendekati Nesia dan memeluknya ditambah lagi dengan sebuah kecupan lembut di kedua pipi Nesia. Spontan, gadis itu bersemu merah karena tidak sempat mengelak. Nesia tak sengaja menatap Lukas yang memilih mengalihkan tatapannya ke arah la

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • FROM THE WEDDING HALL   74: PERNIKAHAN SESUNGGUHNYA

    Hingga sore menjelang, Nesia sama sekali tidak keluar dari kamar Remy. Lukas yang mengetahui hal ini sebenarnya agak tak nyaman. Entah mengapa ada rasa tak suka ketika melihat Remy yang tiba-tiba saja berubah mesra dan baik kepada Nesia. Apalagi ketika melihat Nesia juga sepertinya lebih memilih mengikuti ritme Remy.Tak ada yang salah sebenarnya, mengingat mereka memang pasangan suami istri. Namun, Lukas tahu betul seperti apa pernikahan mereka. Lukas hanya tak ingin melihat Nesia kecewa dan sakit hati jika kelak akhirnya mereka bercerai ketika masa pernikahan mereka berakhir.Berkali-kali Lukas hanya mondar-mandir di ruang tengah. Sesekali kepalanya mendongak dengan harapan bahwa Nesia akan muncul dari kamar Remy. Berbagai pikiran buruk sudah hiruk pikuk di kepala Lukas mengingat kata-kata Remy dulu bahwa Nesia adalah satu-satunya perempuan yang bisa membuatnya merasa berhasrat kembali setelah sekian tahun lamanya.“Tuan Lukas,” panggil Bu Rumi yang sejak tadi memperhatikan Lukas ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • FROM THE WEDDING HALL   75: SENJA NAN LIAR

    Nesia memejamkan matanya rapat-rapat, posisinya tegang mematung, bahkan bernapas pun nyaris tidak ketika dia menduga bahwa Remy akan mendekatkan wajah mereka. Menempatkan bibirnya pada bibir Nesia yang tentu saja membuat Nesia berdebar tak karuan. Akan tetapi menunggu selama beberapa saat dan ternyata tidak tidak ada gerakan apapun, Nesia membuka matanya dengan takut-takut.Hal pertama yang Nesia lihat adalah senyum Remy yang mengejek sekaligus menawan, membuat Nesia malu setengah mati.“Kamu?” Nesia tak bisa meneruskan kalimatnya karena terlanjur malu dengan dugaannya sendiri. Dihelanya Remy agar menyingkir dari atas dirinya, membuat Remy tergelak.Entahlah, belakangan Remy lebih sering tergelak. Tentu semenjak Nesia tinggal di rumah ini.“Hei, wajahmu memerah. Apakah kamu sedang malu, Nyonya Wilson?” tanya Remy sarat dengan ejekan yang membuat Nesia semakin kesal.Nesia tak menjawab. Dia segera berdiri dengan jantungnya yang berdebar kencang dan muka memerah. Dia benar-benar harus k

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • FROM THE WEDDING HALL   76: SIULAN REMY

    Semenjak siang tadi, Lukas gelisah tak tentu arah. Tentu semenjak Remy menggelandang Nesia memasuki kamarnya dengan ekspresi yang tak enak dipandang mata. Berkali-kali dia keluar masuk ke kamarnya hanya untuk mengetahui apakah abang tirinya itu sudah keluar bersama dengan Nesia. Namun, ini sudah yang kelima kalinya Lukas keluar masuk ke kamarnya, dan kedua manusia itu masih juga belum kelihatan keluar dari kamarnya.“Apa yang sebenarnya mereka lakukan selama ini di kamar? Apakah mereka sedang ….” Lukas buru-buru menggeleng untuk menghalau pikiran buruknya. “Tidak! Mereka tidak mungkin bercinta! Bukankah mereka berdua tidak saling mencintai? Kalau belakangan ini mereka akur dan baik-baik saja, bukannya itu karena mereka sepakat untuk menjalani kesepakatan mereka dengan baik?” gumam Lukas lebih lanjut.Sungguh, ini kegelisahan paling menyebalkan yang pernah Lukas rasakan selama ini. Biasanya dia acuh tak acuh dengan apa pun yang Remy lakukan, dengan perempuan mana pun yang Remy inginka

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01

Bab terbaru

  • FROM THE WEDDING HALL   115: TATAPAN PENUH DENDAM

    Wajah Remy dan Nesia seketika bersemu merah ketika mereka melihat siapa yang sudah membuka pintu dan menampakkan wajahnya. Tak lain dan tak bukan adalah dokter Ilham bersama seorang suster yang menjadi asisten dokter Ilham pagi ini. Apalagi ketika mereka melihat bahwa dokter dan suster itu tersenyum karena memergoki ulah Remy. “Ehem!” Remy berdehem menghadap ke arah dokter Ilham untuk menetralkan suasana yang mendadak canggung. Tak sedikit pun Remy merasa ingin memperbaiki keadaan. Dia bahkan tak menjauh dari Nesia. “Sebaiknya kamu mulai belajar menahan diri terhadap keinginan apapun pada istrimu, Remy. Kehamilannya masih sangat muda. Aku khawatir akan membahayakan kondisi janinnya.” Dokter Ilham memberikan nasehat seolah mengerti apa yang Remy rasakan. “Berapa lama, Dok?” tanya Remy yang tahu kemana arah pembicaraan dokter Ilham. Pertanyaan sigap yang diajukan Remy membuat dokter Ilham tertawa kecil. Sambil memeriksa tekanan darah Nesia, dokter Ilham tersenyum. Suster yang berada d

  • FROM THE WEDDING HALL   114: AROMA CEMBURU

    Suasana di sebuah ruang rawat di klinik ini terasa begitu heboh dan penuh kegugupan serta kekhawatiran yang berlebihan. Remy terlihat begitu sibuk mengemas semua barang yang kemarin terbawa ke klinik ini meskipun barang itu tak begitu diperlukan karena fasilitas di klinik sudah sangat memadai. Setelah semua barang terkemas rapi, terlihat Remy yang tersenyum lega seolah baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar dan bernilai milyaran.Nesia yang sudah siap pulang, kini duduk di sisi ranjang rumah sakit, mengawasi Remy yang sibuk sendirian. Namun, kali ini Nesia memilih diam tanpa banyak tanya karena sejauh ini dia masih belum yakin dengan sikap penerimaan yang dilakukan Remy atas kehadiran bayi di dalam perutnya itu.Awalnya, Nesia mengira bahwa Remy akan marah besar dan menceraikan dirinya kemudian mengusirnya dari rumah itu. Dan untuk semua praduga buruk itu, Nesia bahkan sudah menyiapkan banyak rencana jika memang dia harus terusir dari rumah Remy karena kehamilannya.Tapi siapa sa

  • FROM THE WEDDING HALL   113: SI MANIS

    Mendengar pertanyaan Lukas, Edo sedikit gelagapan. Namun bukan Edo namanya kalau dia tak bisa mengelak dari cercaan Lukas. “Hei, apakah aku mengatakan bahwa kehidupan seks Remy tidak normal?” tanya Edo merasa tak bersalah. Lukas yang sudah hafal dengan kelakuan Edo hanya tersenyum masam. “Tak perlu berpura-pura lupa dengan ucapanmu sendiri Edo. Jelas-jelas kamu mengatakan bahwa kehidupan seks Remy sekarang berjalan normal. Bukankah itu artinya dia tidak normal sebelumnya?” Edo tergelak. “Aku hanya menduga, Luke. Bagaimana mungkin Remy mengumbar kehidupan seksnya pada orang lain? Sudahlah, habiskan kopimu dan pulanglah. Rumahku tak cukup cocok dengan bujang sepertimu!” ujar Edo kemudian berdiri, mengambil jas kerjanya yang ada di sampiran kursi makan dan mengenakannya dengan santai. “Aku tak mau pulang hanya untuk melihat mereka kasmaran,” jawab Lukas dengan santai, mengabaikan pengusiran yang diucapkan Edo dengan terus terang tadi. Edo tersenyum miris melihat Lukas yang kelihatan s

  • FROM THE WEDDING HALL   112: TERSISIH

    Sudah dua hari ini Lukas menginap di rumah Edo. Selain sebagai sesama pegawai di perusahaan yang ditangani Remy dengan tangan dinginnya, Lukas, Remy dan Edo adalah juga teman dekat. Nyaris tak ada rahasia di antara mereka, kecuali Remy yang memang sangat tertutup terutama soal perempuan.Remy sangat berbanding terbalik dengan Edo. Kalau Remy memilih tertutup mengenai perempuan, termasuk hubungannya dengan Nesia yang tak mudah ditebak, maka Edo memilih jalan vulgar untuk menunjukkan eksistensinya sebagai lelaki tampan dan mapan.“Kamu tak kerja lagi pagi ini, Luke?” tanya Edo ketika pagi ini dia masih melihat Lukas yang malas-malasan menikmati secangkir kopi yang dibuatnya sendiri tadi. Tentu saja Lukas harus membuatnya sendiri karena Edo seorang lajang yang tak memiliki seorang pembantu.Lukas hanya tersenyum kecil dan hambar, membuat Edo semakin penasaran dengan kelakuan Lukas yang tiba-tiba saja minggat ke rumahnya itu.“Memangnya kamu tak takut Remy akan menendangmu dari pekerjaan

  • FROM THE WEDDING HALL   111: APAKAH MIMPI

    Pemeriksaan pagi oleh Dokter Ilham sudah selesai. Seorang suster mengambil sampel urine Nesia dan hanya dalam beberapa menit saja sudah bisa dipastikan bahwa Nesia memang hamil. Setelah Dokter Ilham dan suster keluar, semua terdiam. Bu Maryam, Nesia, dan juga Remy. Tak ingin ikut larut dalam suasana canggung, Bu Maryam mengambil inisiatif untuk pulang dengan alasan sudah ada Remy sekalian membawa pulang tas yang semalam dibawa Remy.Remy yang gamang, tak tahu harus bagaimana, hanya mengangguk sehingga Bu Maryam kemudian segera keluar. Meski dalam hati was-was dengan apa yang akan terjadi pada Nesia ketika Remy tahu akhirnya Nesia hamil, tetapi dalam hati Bu Mar bersyukur bahwa akhirnya Nesia hamil. Pembantu itu hanya bisa berharap bahwa keberadaan anak mereka akan membuat pernikahan ini berjalan sebagaimana seharusnya.Bu Mar sudah menutup pintu, dan Nesia hanya menatap selimut yang menutupi tubuhnya. Keduanya masih sama-sama terdiam, tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Bahkan,

  • FROM THE WEDDING HALL   110: HAMIL?

    Pagi menunjukkan pukul enam ketika Nesia menggeliat dan membuka matanya. Namun, ada yang membuatnya tak nyaman di bagian tangan. Nesia lalu melihat tangannya dan terkejut mendapati jarum infus terpasang di sana. Dia mencari-cari ke sekeliling untuk mencari tahu apa yang terjadi ketika matanya melihat Remy yang duduk dengan mata terpejam di sisi ranjangnya. Bu Maryam tak terlihat di ruangan itu karena beberapa saat tadi dia pamit untuk mencari kopi di kantin bawah.Nesia mengerutkan keningnya. “Remy?” Tanpa bisa dicegah, Nesia menyebut nama lelaki itu.Merasa ada yang memanggilnya meskipun pelan, Remy segera membuka matanya dan mendapati Nesia sudah terbangun.“Hei, Nes? Kamu sudah bangun?” tanya Remy yang bergegas mendekat pada Nesia, menyambut uluran tangan perempuan itu, dan menciumnya dengan lembut. Entahlah, dia lupa dengan kalimatnya bahwa dia tidak mencintai Nesia, bahwa dia hanya butuh perempuan itu tetap sehat agar bisa bercinta kapanpun dia mau. Tapi nyatanya? Nyawa Remy sepe

  • FROM THE WEDDING HALL   109: SIKAP ANEH REMY

    “Kalau Bu Maryam mengantuk, Bu Maryam bisa tidur di kasur itu. Biar saya yang berjaga.” Lukas yang menunggui Nesia di ruang rawat inap bersama Bu Mar menyuruh wanita itu tertidur. Lukas tahu kalau Bu Mar pasti lelah.“Lalu Tuan bagaimana?” Bu Mar menatap lesu lelaki itu. Memang dibandingkan dengan Remy, Lukas jauh lebih manusiawi dan lunak serta ramah. Meskipun sekarang Bu Mar mengakui bahwa Remy jauh lebih lunak dan manusiawi.“Saya bisa tidur di sofa.”Bu Maryam mengangguk kemudian menuju ke sebuah kasur kecil yang memang disediakan bagi keluarga pasien yang menjaga. Sebelum dia merebahkan diri, Bu Mar berpesan, “Nanti kalau Nyonya bangun, Tuan Lukas bangunkan saya saja.”Lukas mengangguk. Lelaki itu memilih duduk di sofa, menyelonjorkan kakinya yang panjang ke atas meja yang ada di depannya. Matanya menatap Nesia yang tertidur lelap di atas ranjang rumah sakit. Selang infus terlihat terpasang di tangan kanannya.Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, tetapi Lukas tak juga bis

  • FROM THE WEDDING HALL   108: TEKAD LUKAS

    Di kamar hotel tempat Remy menginap, laki-laki itu geram bukan kepalang melihat keberadaan Dona di rumahnya. Rasa rindunya pada Nesia yang beberapa saat tadi sempat terobati, kini menguap begitu saja dan berganti dengan rasa marah dan kesal karena ternyata Dona datang ke rumahnya pada saat dia tidak ada di rumah.“Hallo, Remy? Apa kabar, Sayang?” Sapaan Dona benar-benar membuat Remy ingin muntah mendengarnya.Remy tersenyum sinis. “Mengapa kamu ada di rumahku?” tanya Remy dengan sadis dan tegas.“Hei? Mengapa kamu bertanya seperti itu? Bukankah aku sudah biasa datang dan bahkan menginap di sini?” Dona balik bertanya dengan suara keras seolah menegaskan dan memberitahu pada Nesia yang ada di ruangan itu mengenai bagaimana dia dulu begitu bebas ke sini.“Sial!” Entah mengapa Remy menyesali jawaban Dona yang pasti terdengar oleh Nesia.“Apa kamu tidak memberitahu istri kontrakmu ini bahwa aku dulu sering menginap di sini? Atau jangan-jangan kamu menyembunyikan hubungan kita dulu, seperti

  • FROM THE WEDDING HALL   107: PROVOKASI DONA

    Mengabaikan panggilan Remy, Lukas bergegas ke lantai atas. Di ruangan luas yang ada di depan kamar Remy, Lukas bertemu dengan Bu Maryam yang membawa nampan berisi minuman. Lukas mengerutkan keningnya kemudian mendekati Bu Maryam.“Minuman untuk siapa, Bu Mar?”“Untuk Nyonya Nesia, Tuan Lukas.”“Memangnya mengapa harus diantar ke kamarnya?”Bu Mar berhenti menghadap Lukas. Matanya celingukan seolah waspada akan ada orang lain yang melihat keberadaan mereka berdua. Lukas heran sekaligus curiga dengan gerak gerik Bu Mar.“Ada apa, Bu Mar? Apakah ada sesuatu yang gawat?”“Sssttt … Nyonya Nesia sedang tidak enak badan, Tuan. Tadi siang muntah-muntah, makanya saya suruh istirahat. Ini saya buatkan minuman agar nyonya sedikit lega.”“Astaga, Bu Mar? Mengapa tidak menghubungi saya kalau Nesia sakit? Kalau terjadi apa-apa kita yang akan kena salah sama Tuan Remy,” jawab Lukas dengan panik dan bergegas menuju ke pintu kamar Remy yang sekarang juga menjadi kamar Nesia.Bu Mar berjalan mengikuti

DMCA.com Protection Status