Share

BAB 52B

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku tak tahu mengapa Irena harus berdusta dan bilang jika Rizqi adalah darah dagingku jika dari awal dia tahu lelaki kecil itu bukanlah anakku. Padahal tanpa dia berdusta pun, aku tetap mencintainya dan berniat menikahinya. Cintaku padanya sedalam itu. Tak pernah berubah meski sekian waktu telah berlalu.

Apa dia takut aku membatalkan niatku menikahinya jika dia jujur siapa Rizqi sebenarnya? Apa dia takut aku tak menerima jagoan kecilnya dan tak mau menjadi ayah sambungnya? Seragu itukah dia padaku? Aku yang awalnya begitu percaya dan memiliki harapan yang tinggi padanya, entah mengapa kini terasa sangat berbeda.

Rasanya hanya aku yang berlari mengejarnya, sementara dia tak balik mengejarku agar bisa mengikis jarak. Saat aku terbang begitu tinggi karena mendapatkan cintanya kembali sekaligus anak lelaki yang begitu kuidamkan sejak dulu, ternyata kini aku harus patah hati karena semua harapan yang kupunya sia-sia belaka.

Aku benar-benar merasa menjadi laki-laki bodoh yang dibutakan ol
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Isabella
sakit iya di bohongi itu juga yg di rasakan Dania goblok
goodnovel comment avatar
Ar Ni
kalau lu masih bertahan dan TDK mentalak satu kata buat si bloon goblok
goodnovel comment avatar
Rosse
kasian kamu bian
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 53A

    Pov : Bian Irena masih menutup mulutnya dengan telapak tangan saat aku berhenti tepat dua atau tiga langkah di depannya. Kedua matanya masih membulat lebar menatapku tak berkedip beberapa saat lamanya. "Hebat kamu, Irena. Aku benar-benar tak menyangka jika kamu bisa sehebat ini. Perempuan satu-satunya yang kucintai setelah mama, perempuan yang begitu kuperjuangkan bahkan aku rela kehilangan cinta dari tiga perempuan lainnya, tapi ternyata dia hanya menipuku saja. Memanfaatkan cinta tulus yang kupunya demi ambisinya. Demi menutupi semua aibnya. Bagus. Bagus sekali caramu, Irena," ucapku sembari geleng-geleng tak percaya. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa Irena bisa begitu tega berdusta bahkan sengaja merencanakan semuanya tanpa pernah memikirkan bagaimana perasaanku jika tahu semuanya. Seperti detik ini. "Ma-- maafkan aku, Mas ...."Berulang kali hanya itu yang kudengar dari bibirnya. Dia mencoba menarik tanganku, tapi kutepis kasar. Rasanya hancur berantakan. Tak akan bisa k

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 53B

    "Kenapa kamu membahas perempuan itu sekarang, Mas? Apa kamu menyesal sudah berpisah dengannya? Dia yang bahkan tak pernah kamu cinta selama empat tahun kalian berumah tangga?" Irena kembali menyudutkanku, seolah memiliki celah untuk mematahkan ucapanku."Kalau aku bilang sangat menyesal memangnya kenapa? Ada yang salah? Nggak ada yang salah, Irena. Justru aku yang telah salah karena mengabaikannya demi memperjuangkanmu. Kamu yang nyatanya tak pernah mencintaiku. Kamu yang tak peduli dengan kebutuhanku. Bahkan tega membiarkanku kelaparan dan mengurus semua keperluanku sendirian sebelum aku mengambil asisten untuk mengurus semuanya. Padahal dulu, Dania begitu telaten mengurus semuanya dengan ikhlas. Aku memang harus membandingkanmu dengan dia, karena sekarang aku sadar kamu dan dia memang jauh berbeda." "Aku nggak sudi kamu bandingkan dengan perempuan itu, Mas. Seperti yang kamu bilang, aku dan dia jauh berbeda dan nggak bisa dipaksa sama, mana bisa kamu banding-bandingkan begitu. Ngga

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 54A

    Pov : DaniaAku masih fokus mendengarkan cerita ibu dan Mas Reza saat Irena pamit ke teras. Gadis kecilku itu membawa beberapa mainan barunya dari Mas Reza, tak lupa boneka jumbonya. Saat sampai di depan pintu tiba-tiba langkahnya terhenti. "Papa, ngapain di situ? Masuk, Pa," ucap Irena tiba-tiba membuatku yang sedari tadi mengamatinya pun semakin terkejut. Irena menaruh bonekanya di kursi tamu, mengurungkan niatnya untuk membawa boneka doraemon jumbo itu ke teras. Papa, katanya? Sejak kapan Mas Bian di teras? Ada keperluan apalagi dia ke sini? Aku dan ibu saling pandang, begitu pula Mas Reza yang mendadak berhenti membicarakan rencana lamarannya. "Papa di luar, Ren?" Ibu ikut bertanya saat cucunya menarik lengan seseorang dari samping pintu. "Iya, Nek. Papa di sini. Duduk di teras sendirian," jawab bocah itu polos. Mas Bian merah padam saat masuk ke ruang keluarga bersama anak perempuannya. Aku tak paham kenapa wajahnya lebam-lebam seperti bekas pukulan. Apa mungkin dia berkel

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 54B

    "Aku menyesal, Bu. Kebahagiaan yang dulu kudapatkan utuh bahkan nyaris sempurna harus terganti dengan kebahagiaan semu belaka. Aku sangat menyesal dengan segala kecerobohan ini." Lagi-lagi kudengar suara Mas Bian yang sedikit serak. Dia menyeka kedua sudut matanya yang basah. Aku tak percaya Mas Bian bisa menangis juga, padahal dulu air matanya seolah begitu berharga. Tak pernah kulihat dia terluka, sekalipun melihatku hampir meregang nyawa saat melahirkan Irena sebab ketuban pecah sebelum waktunya. Sesedih itukah dia hingga membiarkan air matanya menitik di sana? Seolah sengaja memperlihatkan penyesalan dan kepedihannya di hadapanku dan ibu. Namun sayang, semenyesal apapun dia tak akan pernah membuatku luluh dan kembali. Hatiku sudah terluka, mungkin bisa sembuh tapi jelas tak hilang semuanya. Masih ada celah di sana yang nggak mungkin tertutup sempurna. Aku ingin mencari bahagiaku sendiri. Bahagia yang selama ini aku cari dan kini kutemukan lagi. "Maksudmu gimana, Bi?" tanya ib

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 55A

    Pov : Dania|Kamu beneran mau menikah dengan Reza, Nia? Sudah kamu pikirkan matang-matang?|Pesan dari mama kembali muncul di whatsapp. Entah sudah berapa kali mama mengirimkan pesan yang hampir sama setelah aku dan Mas Reza minta restu padanya tiga hari yang lalu. Mama sepertinya masih cukup ragu untuk melepasku pergi, padahal sudah genap setahun aku berpisah dengan Mas Bian. Tak terlalu lama pun tak terlalu sebentar. Namun aku hanya ingin mengiyakan kata hati dan istikharahku sendiri. Benar kata ibu bahwa aku juga berhak bahagia setelah sekian lama memendam segala rasa sakit dan kecewa. Ibu selalu bilang, apapun yang membuatku dan Irena bahagia maka dia akan mendukung sepenuhnya asalkan tak melanggar aturanNya. |Nia, Bian sangat shock dan kecewa dengan istrinya. Bahkan kini dia memilih tinggal di rumah mama. Mama kasihan melihatnya yang cukup frustasi. Sesekali tertawa dan menangis sendiri. Cinta dan harapannya pada Irena mungkin terlalu tinggi hingga kini dia tahu bahwa semua ha

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 55B

    Aku bergeming. Tak tahu harus bicara apa pada Mas Reza yang telah seserius itu menyiapkan semuanya. "Bilang saja pada mama kalau Bian sudah tahu rencana ini jauh-jauh hari. Mungkin saat ini dia memang kecewa, tapi nanti seiring berjalannya waktu dia juga akan menerima semuanya dengan lapang dada. Lagipula, dia sendiri yang memilih pergi bukan? Tak seharusnya Kamu terus yang mengalah, kamu juga berhak bahagia. Setelah halal, kita pikirkan lagi soal Bian. Bagaimana caranya agar dia kembali normal seperti sedia kala," ucap Mas Reza begitu meyakinkan."Mama bilang, Mas Bian sesekali menangis dan tertawa sendirian, Mas. Sebenarnya aku tak ingin ikut campur soal itu, toh semua juga pilihannya sendiri. Hanya saja aku nggak tega dengan Irena. Dia pasti sangat bingung jika melihat papanya seperti itu." Lagi-lagi Mas Reza menganggukkan kepala. Dia cukup tahu kondisi keluargaku dan keluarga Mas Bian. Mengerti juga akan posisinya sekarang. "Nanti aku bantu jelaskan pada mama jika kita tetap ak

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 56A

    Pov : DaniaAku tak paham mengapa Mas Bian datang ke acara lamaranku semalam. Dia tak bicara apapun, hanya tersenyum tipis menatapku dan Irena lalu kembali menunduk. Ikut menikmati hidangan yang tersedia dan ngobrol dengan beberapa saudara hingga akhir acara. Sempat kudengar pertanyaan ibu sebelum dia pamit pulang, tapi Mas Bian hanya menjawabnya singkat saja. Aku sempat khawatir jika dia akan mengamuk atau semacamnya, tapi ternyata tak pernah dilakukannya. Hanya saja, tatapan matanya begitu tajam ke arahku sesekali bergantian ke arah Mas Reza. Kadang membuatku sedikit ngeri melihatnya. "Ma, semalam Mas Bian datang tapi tak bilang apa-apa. Dia hanya diam saja tanpa kata, sesekali tersenyum tipis menatapku dan Irena. Apa mama yang memberitahunya soal tanggal lamaranku?" Kutelpon mama saat aku sudah sampai di toko. Jarum jam di arlojiku menunjuk angka sembilan lebih sedikit. Mungkin mama juga sudah ada di rumah konveksinya atau hanya di rumah saja menemani Mas Bian? Entahlah. "Tiga

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 56B

    Kisah masa laluku cukup suram saat itu. Tiap kali mengingatnya, air mata ini seolah mengalir begitu saja dari porosnya tanpa pernah kuminta. Rasa sesak kembali menjalar dalam dada saat mengingat semua perjuangan bapak dan ibu saat itu. Betapa mereka berjuang sekuat tenaga demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Mereka tak kenal lelah saat bekerja demi kembali membeli rumah untuk tempat kami berteduh. Rumah sederhana pun tak apa asalkan bisa melindungi keluarga dari panas dan hujan. Rumah yang dulu begitu kami nanti dan rindukan setelah rumah sederhana sebelumnya terlalap si jago merah. Perjuangan dan semangat mereka benar-benar membuatku terharu dan bangga sampai detik ini. "Jangan menangis." Suara itu kembali menyadarkanku dari lamunan. Gegas kuseka kedua pipi yang basah. Aku menghela napas panjang mencoba menghalau rasa gundah dan isak yang mungkin sempat terdengar."Siapa yang nangis sih, Mas," balasku sekenanya. "Nggak ada yang nangis, cuma pipinya basah." Aku hanya tersenyum

Bab terbaru

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 5 : BIAN [TAMAT]

    Pov : BIANLima kali bertemu dengan gadis itu, membuatku semakin yakin jika dia memang bidadari yang Allah kirimkan untuk melengkapi hidupku. Dia yang sederhana, tapi terlihat nyaris sempurna. Tak ingin seperti laki-laki lain yang mengajaknya pacaran demi embel-embel saling mengenal, aku lebih nyaman mengikuti pesan mama untuk langsung melamarnya. Selain umur tak pantas lagi mengobral cinta, status duda juga membuatku sadar diri bahwa aku tak muda lagi. Urusan ditolak atau diterima urusan nanti. Yang penting aku sudah berusaha mengutarakan isi hati. Setelah aku memberinya waktu untuk istikharah selama seminggu. Akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba. Waktu di mana Maura akan mengatakan pilihannya untuk mengiyakan atau menolak niat baikku. Tak mengapa kalaupun dia menolak. Aku cukup sadar diri, terlalu banyak perbedaan antara kami. Lagipula, aku juga tak ingin dia menerima lamaran ini karena terpaksa. Aku tak ingin dia seperti Dania beberapa tahun silam yang terpaksa mengiyakan per

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 4 : BIAN

    Pov : BIANSeperti itulah awal perjalan cintaku dengan Maura. Aku yang tak berani mengungkapkan cinta karena merasa bukan pria idamannya dan dia yang memilih diam menunggu pria baik melamarnya. Setidaknya seperti itulah yang dikatakan sang mama. Hingga aku memberanikan diri untuk melamarnya detik ini. Tak ingin kembali menyesal, andai ada laki-laki lain yang lebih dulu melamar bahkan ingin segera mengikatnya dalam kehalalan. Iya, aku tak ingin menyesal ke sekian kalinya. Disaksikan mama dan anak kesayanganku Rizqi, aku kembali ke rumah ini. Rumah dengan dua lantai berwarna hijau pupus. Ada seorang laki-laki lain yang memang sudah lebih dulu datang. Laki-laki tampan, sepertinya juga mapan dan berpendidikan. Dia terlihat begitu akrab dengan mama dan papa Maura. Sementara aku duduk dengan gelisah dan tak tenang. Rasanya ingin mengajak mama untuk pulang, tapi sayangnya mama masih cukup sibuk ngobrol dengan Tante Lydia. "Pa, jangan khawatir. Tante Maura pasti lebih memilih papa," bisik

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 3 : BIAN

    Pov : BIAN "Maura maunya laki-laki yang lebih dewasa, lebih ngemong dan setia, yang pasti bisa bimbing dia ke jalanNya." "Maura nggak suka pacaran sebelum nikah. Dia ingin pacaran setelah halal karena semua jadi berpahala dan InsyaAllah berkah." "Maura memang masih ingin sendiri, tapi jika ada laki-laki baik melamarnya, kenapa enggak? Tak ada salahnya menikah muda asalkan sudah siap segala konsekwensinya." Cerita-cerita mama barusan membuatku bertanya-tanya. Mungkinkah aku ada di salah satu pria idamannya? Bibirku kembali tersenyum saat membayangkan pertemuanku dengannya kemarin sore secara tak disengaja. Aku yang tengah memperhatikan Rizqi dan Rena di alun-alun tak jauh dari rumah mama, mendadak bertemu dengannya yang juga tengah mengantar keponakan-keponakannya bermain di sana.Tiap kali weekend, tempat itu memang ramai pengunjung. Pedagang kaki lima pun banyak berjejeran, menjajakan aneka kuliner murah meriah yang unik dan enak di lidah. Tak hanya golongan menengah ke bawah

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 2 : BIAN

    Langit gelap. Mendung menggantung di sana. Sepertinya sebentar lagi hujan akan tiba. Angin berhembus menampar wajah yang gelisah. Beberapa minggu belakangan, jam tidurku mulai berantakan. Makan pun rasanya hambar. Berulang kali mama menyindirku soal jatuh cinta, tapi aku selalu menegelaknya. Di usia nyaris 35 tahun ini, mungkinkah aku merasakan jatuh cinta kembali? Aku yang sudah dua kali gagal berumah tangga, masihkah ada perempuan yang percaya jika aku tipe laki-laki setia?Entahlah. Namun kehadiran gadis itu beberapa waktu lalu di restoran ini benar-benar membuatku kesulitan tidur. Namanya Maura. Gadis manis dengan hijab dan gamis panjangnya itu adalah anak Tante Lydia yang tak lain teman arisan mama. Mama tak sengaja lewat di depan restoran yang kubangun dua tahun belakangan pasca resign dari kantor dulu, karena itulah sekalian mampir dan memperkenalkanku dengan perempuan itu. Tak banyak hal yang mama bicarakan. Hanya sekadar perkenalan biasa. Mama pun tak ada rencana menjodoh

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   EXP 1 : BIAN

    Pov : BIAN Tahun berlalu. Kepergian Irena membuat perubahan besar dalam hidupku. Aku memang memilih berpisah dengannya, tapi tak menyangka jika perpisahanku itu tak hanya perpisahan dunia. Namun dia benar-benar pergi meninggalkan semua menuju alam keabadian yang nyata.Air mata tak terasa lolos begitu saja dari porosnya tiap kali mengingat bagaimana perjuanganku dulu untuk mendapatkannya. Hingga dia menghancurkan semua kepercayaan yang kupunya. Memilih laki-laki lain yang nyatanya tak pernah tulus mencintainya. Laki-laki yang kini disesaki perasaan bersalahnya dan pamit pergi bersama teman hidupnya yang baru. Dia yang memberikan sekepal tanggungjawab untukku dan dia yang puluhan kali minta maaf karena telah menusukku. Zaky."Gue mau minta maaf sama Lo, Bian. Selama ini gue udah hancurin keluarga Lo. Gue nikam Lo dari belakang. Semua salah gue. Gue ancam Iren hingga dia menuruti semua kemauan gue. Rizqi sebagai tamengnya sebab Iren tahu jika dia adalah darah daging gue. Iren selalu b

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 76 [END]

    Pov : DANIAPapa dan Mas Reza tampak begitu khawatir saat kubilang ada bercak coklat di celana dalam. Mereka saling pandang lalu buru-buru mengajakku ke klinik yang tak jauh dari rumah. Klinik Medika.Setelah mengantri di urutan ke empat, akhirnya aku diizinkan untuk masuk ke dalam ruangan. Seorang dokter mempersilakanku duduk dan menceritakan keluhan yang terjadi. Dengan serius sang dokter mendengarkan ceritaku. Mas Reza bertanya ini itu, terlihat cukup khawatir dengan kesehatanku dan calon buah hatinya. Selama di mobil, papa memang menceritakan bagaimana aku sampai terjengkang dari kursi. Mas Reza beberapa mengucapkan istighfar saat papa menceritakan ulah menantu pertamanya. Papa juga menceritakan bagaimana wajah asli Mas Aris dan istrinya itu. Aku sendiri tak menyangka jika firasatku tentang ketidakberesan mereka ada benarnya. Beruntung papa sudah tahu sebelumnya. Aku hanya khawatir papa shock saat mendengar rekaman percakapan Mas Aris dan Mbak Shila yang rencananya akan kuberi

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 75A

    Pov : DANIASyukuran empat bulan digelar hari ini. Banyak sekali tamu yang datang. Tak hanya keluarga papa, tetangga dan teman-teman Mas Reza, tapi juga beberapa karyawan Mas Reza. Tak ketinggalan mama dan Mas Bian. Laki-laki itu tengah ngobrol dengan Mas Reza dan Mas Fano. Entah membicarakan apa, tapi di sampingnya ada jagoan kecil yang begitu familiar. Rizqi. Laki-laki kecil yang tampan itu sekarang menjadi anak asuh Mas Bian. Meski tetap tinggal bersama kakek dan neneknya, tapi biaya hidup dan pendidikannya ditanggung Mas Bian. Begitu yang kudengar dari cerita Mas Reza beberapa menit lalu padaku. Aku sangat bersyukur akhirnya Mas Bian lebih ikhlas menerima segala takdirNya. Kulihat sekarang dia jauh lebih tenang, murah senyum dan tak lagi gemar melamun seperti dulu. Mungkin memang banyak belajar arti hidup yang sebenarnya, sebab akhir-akhir ini memang banyak sekali ujian yang menerpanya. Banyak perubahan yang kulihat darinya. Selain lebih tenang, Mas Bian juga terlihat lebih d

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 74B

    Kabar bahagia itu benar-benar datang. Aku positif hamil dan kini hampir empat bulan janin itu tumbuh di rahimku. Malaikat kecil yang begitu diimpikan Mas Reza dan papa karena memang mereka yang paling antusias saat mendengar kabar bahagia ini. Aku sendiri tak paham mengapa papa selalu bilang bahwa ini adalah cucu pertama yang begitu dinantikannya. Padahal Mas Aris juga sudah memiliki buah hati. Rista yang kini berusia tujuh tahun. Saat aku merasakan hari-hari yang membahagiakan, kabar duka pun datang. Mas Bian benar-benar berpisah dengan Irena. Tak hanya itu saja, bahkan kabar tak terduga itu pun datang. Kepergian Irena yang mendadak benar-benar membuatku shock seketika.Tak terasa bulir bening menetes dari kelopak mata. Mengingat dan sengaja membaca kembali pesan-pesan yang dia kirimkan beberapa hari sebelum kepergiannya.|Maaf jika sudah mengganggu hari-hari bahagiamu, Dania. Aku dapatkan nomor barumu dari mama, setelah berusaha meyakinkannya jika aku tak akan menyakitimu. Entahla

  • FOTO DI DOMPET USANG SUAMIKU   BAB 74A

    Pov : Dania "Semangat pagi, Sayang. Gimana, udah enakan badannya?" Mas Reza sudah duduk di samping pembaringan sembari tersenyum manis ke arahku. Aku yang ternyata bangun kesiangan. Bakda subuh, aku memang sengaja rebahan sebab kepala mendadak pusing sepertinya bumi bergoyang-goyang nggak jelas. Mas Reza pun membantuku ke kamar setelah menyiapkan secangkir kopi untuknya di meja makan. Dia begitu mengkhawatirkanku, sebab itulah memintaku untuk istirahat. Tak perlu menemaninya joging seperti biasanya. "Mas joging sendiri deh, Sayang. Rena juga belum bangun. Biarlah, mungkin dia kecapekan karena kemarin main seharian dengan papanya, kan?" Ucapan Mas Reza tadi pagi kembali terlintas dalam ingatan. Rena Bagaskara. Iya, nama anak perempuanku itu memang sudah diganti. Cukup singkat sekarang. Mas Bian yang meminta agar nama anak semata wayangnya itu tak ada hubungannya dengan masa lalu. Toh semua hanya karena dendam dan keegoisan semata, bukan karena memang menyukai namanya. "Mas, udah

DMCA.com Protection Status