Satu bulan berjalan sejak Mama dan tante Lily pindah sementara ke Bali. Mereka tinggal di apartemen yang sama dengan kak Elle. Mama mengajakku untuk pindah kesana tapi aku beralasan bahwa tempat tinggalku lebih dekat dengan kantor. Untung Mama tidak hapal jalanan di Bali sehingga tidak banyak bertanya lagi. Hari ini juga Mama mendadak datang ke tempatku, aku kewalahan menyingkirkan semua fotoku yang berpose hanya berdua dengan kak Drian. Untung kak Elle mengalihkan perhatian Mama dengan mengajaknya ke dapur.
"Kamu tinggal disini pasti dibeliin Reno ya? Mama ga sangka dia serius banget sama kamu."
Aku hanya tersenyum kecut menatap kak Elle dan tante Lily. Siang itu kami makan bersama. Jelang sore kak Drian datang menjemput kak Elle untuk check up rutin ke dokter kandungan. Aku tahu mereka akan janjian sama kak Brian disana. Sedangkan tante Lily mengajak Mama perawatan ke salon.
Mama terheran melihat kak Drian dengan santainya langsung masuk ke
"Pa..." Jantungku terhenti saat mendengar suara tangisan pilu dibalik telepon tanganku menggenggam erat ponselku itu."Lexy, segera datang ke RS Denpasar!!."Terdengar suara ketukan pintu tapi aku tidak menghiraukan karena fokus mendengar suara-suara tidak jelas."A..ada apa Pa?" Suaraku berubah cemas. Apa terjadi sesuatu dengan kak Elle? Atau.. oh... Kak Drian?"Brian kecelakaan. Sekarang sedang di operasi sama kakak ipar kamu cepat kesini Lex!"Aku mengangguk dan tergagap saat Reno bertanya. Otakku buntu. Kak Brian kecelakaan? Baru seminggu lalu kami berkumpul merayakan usia kandungan kak Elle ke 20 minggu. Dan sekarang.. aku tidak bisa membayangkan pasti kakakku shock.Aku hanya terdiam saat Reno menawarkan untuk mengantarku. Setengah jam kemudian kami sampai dan aku bergegas ke ruangan operasi. Aku melihat beberapa orang didepan ruangan dengan lampu merah menyala di atas pintunya.Tante Lily yang terlihat shock s
Dua bulan sejak kepergian kak Brian, kami sekeluarga masih berduka. Kak Elle sempat pendarahan karena stress, membuat Mama panik takut kehilangan cucunya. Tante Lily juga terus mendampingi, dia bilang merasa lebih tegar berada dekat dengan Mama dan kami.Dan selama dua bulan itu juga hubunganku dengan kak Drian berubah. Kak Elle harusbed resttotal sampai waktunya melahirkan nanti. Kak Drian selalu ada disampingnya dan aku maklum. Aku juga tidak pernah mendekati atau mengajak pria itu bertemu walau kadang aku ingin memeluknya, berbagi duka dengannya. Terakhir aku memeluk kak Drian saat di pemakaman kak Brian.Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya menyibukkan diriku dengan pekerjaan kalau aku merindukan pria itu. Kak Drian sudah kembali bekerja sambil menjaga kak Elle. Kakakku itu terus mengurung diri dikamar. Rasanya tidak pantas aku meminta perhatiannya sedangkan banyak hal yang harus dia lakukan.Mama menghubungiku dan mengatakan ingi
Drian POVAku menggenggam erat setir, membelok ke halaman parkir apartemen. Berkali aku memukul benda keras itu tanpa peduli tanganku yang memerah. Perkataan Mama terus mengiang di telinga saat tadi aku mengantarnya ke bandara."Drian, mama tau. Kamu sangat mencintai Lexy. Tapi... Dengan keadaan seperti ini, Elle butuh kamu. Dia sangat shock, bahkan lebih dari mama karena kehilangan Brian. Mama ga mau sesuatu hal buruk terjadi, apalagi dengan kondisi kehamilannya itu. Mama juga ga mau kehilangan hal terakhir yang berhubungan dengan adik kamu. Yaitu bayi yang Elle kandung. Itu satu-satunya hal yang menguatkan mama. Ada penerus Brian di keluarga kita. Tolong Drian. Jangan tinggalin Elle."Wajah Mama yang menangis penuh luka melintas di otakku, dan wajah wanitaku itu, kekasihku, yang berusaha tegar padahal hatinya hancur. Aku tahu, Lexy menahan segala kesedihannya untukku. Dia berkorban agar aku bisa melepasnya tanpa menambah beban yang se
Lexy POVAku menunduk menahan tangisku. Baru setengah perjalanan ke kantor tapi aku tidak bisa menahan lagi. Aku bangga bisa bersandiwara seperti tadi, berusaha kembali seperti semua saat aku belum mencintainya. Hampir aku gagal tapi aku bisa menahannya sampai aku pergi.Aku tersedak tangisku sendiri. Rasanya sulit, mencoba melupakan semua kenangan kami. Melihatnya masih menatapku penuh kasih, masih mencemaskan keadaanku. Tapi aku tidak boleh membuat perhatiannya terbagi. Cukup asal dia mengurus kak Elle dengan baik, mulai belajar menganggap kakakku itu istri sesungguhnya dan bayi yang di kandungnya itu anaknya sendiri.Ketukan di kaca membuatku tersentak. Aku merasa lega sekaligus malu saat melihat Reno sedang menatapku khawatir. Aku menghapus airmataku dan menurunkan kaca."Ngapain kamu disini?"Aku hanya tersenyum kecut. Reno menyuruhku mengikuti mobilnya kembali ke apartemennya. Sejak aku pindah dari sana Reno kembali tinggal d
3 Years Later..Tiiiit..."Bu.. ada telepon dari pak Irwan, Pita n Co, line dua.""Thankyou Din.." aku menutup panggilan dari asistenku lalu menekan tombol angka dua kemudian berbicara dengan pak Irwan, orang PR perusahaan yang akan menyewa hotel kami di Lombok untuk acara kantor Pita n Co.Aku mendongak saat mendengar seseorang mengetuk pintu dan mengode'kan pada pria itu untuk masuk. Patner terbaikku, Moreno tersenyum sambil membawa dua cup kopi dan langsung duduk di sofa. Aku berbicara panjang lebar selama lima menit kemudian baru beranjak mendekati pria itu."Hai, kok ga bilang udah sampe?" Dia memelukku sekilas dan mencium pipiku."Tadi pagi aku sampe tapi langsung kerumah dulu. Gimana Pita n Co, fix tanggal 15 Desember?"Aku mengangguk sambil menyesap kopi panas itu. Lalu menyerahkan berkasgathering plannya ke tangan pria itu. Dia membacanya sebentar. Lalu meletakkan di meja dan menatapku
"Apa kabar sayang? Gimana kamu sama Reno?" "Baik ma. Reno baik. Mama papa gimana?" Aku membuka laptopku sambil melihat jadwal seminggu besok. "Baik. Kapan kamu ke Jakarta? Mama kangen, udah enam bulan kamu ga pulang." "Reno baru balik dari Bali n Anyer ma. Nanti coba liat tahun baru kalau jadwal kami ga padat, aku usahain pulang." "Kamu jangan terlalu sibuk. Jaga kesehatan kamu. Udah setahun kamu menikah, kapan mama denger kabar baiknya nih?" Aku terdiam, Ma... Andai mama tau... Aku berdehem. "Aku sama Reno masih mau nunda Ma, kami masih sama-sama sibuk. Jadi yah..." "Ya semua terserah kamu sih.. oh ya, kamu tau? Brielle udah pinter ngomong sekarang." "Iya, Elle sempet telepon aku beberapa waktu lalu." "Dia bilang akan pulang nanti taun baru, Drian ambil cuti. Mama harap kita sekeluarga bisa kumpul lagi." Pikiranku langsung teralihkan mendengar nama itu disebu
Aku membeku, suara itu...Tidak mungkin!Aku menggenggam erat nampan, napasku tercekat, aku merasa sesak. Benarkah itu suaranya?Aku menunduk menatap gelas yang berbunyi karena getaran tanganku, lalu aku menaikkan pandanganku, mataku terbelalak melihat dengan jelas bayangan pria itu dari balik kaca jendela didepanku. Tubuhku gemetar, aku memejamkan mata saat mendengar suara langkah kaki mendekat, lalu menjauh, lalu mendekat lagi. Sebuah tangan mendarat di bahuku dan aku tersentak spontan menjauh."Lex?" Aku menahan napasku melihat Reno tengah berdiri menatapku heran."Oh..." Aku meraih lengannya yang terulur padaku."Hei..." Reno segera memeluk dan menciumi puncak kepalaku dan aku bernapas lega, ternyata aku berhalusinasi.Pria itu mengangkatku ke meja untuk memelukku lebih erat. Aku memukul lengannya sekali, mendengar dia tertawa dan menyatukan kening kami."Maaf.. kamu kaget ya?""Kamu tuh, aku kira hantu."Kami
Suara panik orang membuka pintu terdengar dan aku melihat Reno, Mama dan kak Elle datang."Sayang..." Reno langsung menghampiriku."Kenapa kamu Nak?" Mama memandangku cemas. "Mama kaget banget tadi ada yang bilang cari-cari keluarga kamu. Mbacleaning servicebilang kamu pingsan."Aku tersenyum lemah. "Aku telat makan ma, kurang tidur juga. Jadi..""Ya ampun.. ada Drian baru aja dateng, mau aku panggil kesini suru dia periksa kamu?" Kak Elle menawarkan."Ga usah kak." Aku bangkit duduk.Jadi benar itu dia..."Kamu gapapa? Kita pulang ya.." ucap Reno pelan dan aku mengangguk.Reno menggendongku, kami langsung ke arah parkiran sedangkan mama dan kak Elle kembali ke restoran menyusul kak Drian dan Brielle.Aku hanya memejamkan mata saat Reno melajukan kendaraannya."Lex.. maaf.. gara-gara aku semalem..." Dia menggenggam tanganku dengan tangannya yang tidak sibuk menyetir dan aku membalas gen
A YEAR AFTER part 2Alexys pov"So, gimana seminarnya?" tanyaku mencoba mengalihkan gairah kami."Mmm ... lumayan menguras waktu supaya ga terus inget kamu." jawabnya sambil meletakkan tangannya di pinggiran bathub. Dia mengetuk jarinya membuat aku mengigit bibirku sendiri ingin disentuh dengan jari piawai itu.Aku menggumam sambil mengangguk. Aku rasa cukup mengulur waktunya, aku berdiri, membuat aliran air menetes dari tubuhku dan itu berhasil membuatnya tercengang kemudian menelusuri tubuhku dengan matanya sambil menelan salivanya berkali-kali."Lex, lima hari Lex ... lima hari!" desisnya."Baru lima hari kan." Aku melangkah keluar dan masuk ke dalam shower, melepas ikatan rambutku dan membiarkan air mengalir membersihkan tubuhku dari gelembung sabun.Dia bergeming ditempatnya, hanya memandangku. "Kamu tau, sepanjang aku di Makassar, aku selalu membayangkan kamu ada dikamar mandi hotelku. Seperti ini ..."Aku tersenyum, mengangkat satu kakiku dan membersihkan bagian kewanitaanku. Su
A YEAR AFTER part 1Alexys povPresent day..Mataku menyusuri daftar acara yang tertera di laptop dan menyamakannya dengan lembaran kertas di tanganku. Aku memeriksa kembali semua event yang ku handle selama satu bulan kedepan. Sesekali tanganku mengangkat cangkir berisi chai latte kesukaanku. Tinggal setengah jam lagi sampai jam pulang kerja.Beberapa notifikasi masuk ke ponselku dan aku juga menghubungi beberapa anak buahku sambil menugaskan kerjaan untuk hari senin.Di penghujung minggu seperti ini, saat libur aku tidak ingin terganggu dengan pekerjaan. Makanya sebelum jam kerja di hari jumat itu berakhir, aku sudah menyiapkan pekerjaan untuk hari seninnya. Aku juga tidak ingin karyawanku terbebani dengan pekerjaan saat mereka libur.Aku mengunci pintu ruangan, dan menyapa beberapa pegawai lainnya lalu berjalan ke mobilku. Mengendarai jalanan yang cukup padat saat jam pulang kantor menuju tempat tinggalku, untungnya tidak terl
SAN FRANCISCO part 2Drian pov"Dia terlihat normal, Mama bilang Lexy sedih pas awal-awal aku pindah. Tapi Mama baru cerita setelah kamu pergi, Lexy jadi sedikit pendiam. Mama pikir, karena kita semua jauh dari dia, yang bikin anak itu sedih, tapi feelingku bilang bukan karena itu. Aku sering teleponan sama dia, dan dia biasa aja. Tapi kalau aku sebutin nama kamu, dia mendadak seperti menghilang. Aku kadang merasa kalau dia sudah ga ada diseberang telepon. Dia hanya diam."Aku menengadah menatap foto gadis itu."Aku tau Dri, adikku sudah jatuh hati sama kamu, cuma ya ... terhalang berbagai hal, salah satunya status kita sebagai suami istri, dia pasti berpikir dia gila punya perasaan sama kamu. Jadi Dri, kapan kamu balik ke Indonesia? Aku ga bisa terus jagain dia. Ditambah cowok itu." Wajah Elle berubah sedikit kesal.Dadaku berubah tidak nyaman."Reno maksud kamu?" tanya Brian."Iya! Dia ngekorin Alexys terus kan .... Tempo lalu Mama ulangtahun, Mama
SAN FRANCISCO part 1Drian povAku terus mengecek ponselku, mataku berpendar ke segala penjuru di terminal kedatangan bandara Internasional Boston itu tapi sama sekali tidak sedikit pun terlihat batang hidung orang yang aku cari. Aku mendekat lagi ke papan informasi dan yakin bahwa pesawat Cathay dari Hongkong sudah mendarat satu jam empat puluh lima menit lalu. Tapi kemana mereka?Aku kembali mendekat di pintu kedatangan dan menunggu selama sepuluh menit, mataku berputar ke sekitaran ruangan sambil terus mengecek ponselku menunggu panggilan masuk tapi nihil. Apakah mereka tersesat? Astaga, sudah ku bilang untuk segera mengabari tapi kenapa tidak ada notifikasi apapun? Aku berjalan sedikit ke arah keramaian dan akhirnya menangkap dua siluet yang aku kenal tengah menyantap makanan.Aku merasa lega dan kesal sekaligus, aku mencari kesana kemari sedangkan mereka berdua sedang asik melahap burger dan kentang, bahkan mereka sama sekali tidak melihatku
The Secret part 2Author POVSuara Brian menginterupsi lamunan Drian, menunjuk ke arah luar dan melihat Alexys turun dari sebuah mobil. Mereka bertiga melihat Alexys melambaikan tangannya pada seseorang yang duduk di kursi kemudi, masih terlihat muda, teman sekolahnya tebak Drian.Alexys tersenyum sambil berjalan masuk tapi kemudian melambat saat melihat tatapan tajam kakaknya. "Dari mana kamu? Masih pake baju seragam." tanya Elle galak. "Mmm, abis kerja kelompok kak." jawab gadis itu takut-takut."Ampe malem gini? Jangan bohong ya, Dek ..."Wajah Alexys berubah takut kemudian dia menunduk. Drian yang tersengat cemburu menarik napas berusaha menguasai diri. "Kamu pasti capek, naik gih ..." sahutnya pelan pada Alexys."Eh, jangan bela ..."Drian mendorong bahu Alexys untuk segera menghilang dari hadapan mereka, lalu berbalik menatap Elle. "Jangan begitu Elle, nanti malah bohong beneran dia."
The Secret part 1Author POV"Ini apa?" Mata Elle menatap ke arah Drian tajam. Bukan hanya laki-laki itu yang menoleh, tetapi saudaranya juga. Mereka bertiga ada di kamar kedua pemuda kembar itu, kedekatan ketiganya membuat Elle dapat dengan leluasa masuk ke kamar Drian dan Brian. Mereka sudah sekian lama bersahabat dan dekat, bahkan Elle saat ini sedang menjalin hubungan asmara dengan Brian.Respon mereka diluar dugaan Elle, saling menatap, menandakan jika ada yang mereka sembunyikan dengan tersimpannya foto Alexys, adik kesayangan Elle di laci meja belajar Drian."Mm, itu ..." Brian mencoba berdalih."Diam kamu! Aku tanyanya ke Drian!" sahut Elle galak yang langsung membuat mulut Brian terkatup rapat."Itu privasiku." Drian berjalan mengambil selembar foto gadis impiannya dan menyimpannya kembali ke dalam laci."Privasiku juga kalau menyangkut Alexys!"Drian menghela napas, dia sudah memperkirakan cepat atau l
TWELVE YEARS AGO part 2Drian POVSetelah itu selama dua bulan berikutnya, aku selalu menemaninya kemana pun. Lebih tepatnya memperhatikan apa yang dia makan. Tenyata gadis kecil itu penggila makanan pedas, dan pecinta bakmi. Pantas saja!Dan satu hal lagi yang membuatku mau tidak mau selalu membantunya, dia cukup ceroboh untuk bocah berumur tiga belas tahun. Ada saja keteledoran yang dia lakukan, tak jarang juga membuat dia melukai dirinya sendiri. Ck.. ck.. ck..Suatu saat ketika kami sedang berenang bersama, gadis itu merengut karena Elle tidak mau mengajarinya berenang."Sini ... kakak ajarin!" tawarku sambil mengulurkan tangan. Dia memandangku ragu, tapi kemudian dia memegang tanganku.Setengah jam berikutnya aku terus mengajarinya untuk mengambang, satu hal yang aku tahu, Lexy cukup gigih untuk bisa berenang. Dan akhirnya setiap weekend dengan sukarela aku mengosongkan waktu untuk mengajarinya, membiarkan buku bacaanku ters
TWELVE YEARS AGO part 1Drian FlashbackAku duduk di pinggir kolam sambil membaca buku menatap saudaraku dan Elle sedang lomba berenang. Suara kecipak air dan tawa mereka membuat konsentrasiku sedikit terganggu. Aku menghela napas melihat kelakuan kedua anak manusia itu, sudah mau di bangku akhir SMA tapi mereka seperti anak-anak TK baru pertama kali berenang."Hahahahahha! Wait ... wait ..." Elle melongok ke arah pintu teras belakang yang mengarah ke dapur rumahnya. "Lexy lama amat yak bikin es jeruk. Dri, bantu cek dong ..."Aku menurunkan bukuku menatapnya heran, ini rumahnya tetapi dia justru menyuruhku ... Ck, ck, ck ...Well, sejak kami kembali ke Jakarta lima tahun lalu dan akrab dengan keluarga teman Mamaku ini, hampir setiap weekend kami menghabiskan waktu di kediaman Om Julius dan Tante Karin atau pergi keluar dengan anak tertua mereka, Ellectra. Tante Karin itu sahabat baik Mama, akhirnya mereka kembali bertemu setelah sekian l
Ketukan di pintu membuat tidurku terganggu. Aku mengerang merasa kehilangan tangan hangat yang memelukku sepanjang malam. Aku mengerjap menyesuaikan mataku dengan sinar matahari yang mulai masuk ke sela-sela kamar. Aku melihat kak Drian memakai celananya lalu berjalan membukakan pintu. "Pagi Lexy Say ... Astaga!" pekikan Mama membuatku langsung duduk tegak. "Na ... kal ... ka ... mu ... ya ...!" Mama memukul bahu telanjang kak Drian. Lalu tidak segan menjewer telinga pria itu. Aku hanya bisa menunduk malu sambil memegang erat selimut di dadaku. Kak Drian mengaduh, telinganya merah. Tidak lama aku melihat kakakku masuk sambil tertawa. "Udah aku bilang tar ketahuan. Masih aja ..." sahutnya mencibir. Sejak malam itu, setiap hari kak Drian memanjat jendela kamarku. "Drian, Mama tau kamu mau selalu sama Lexy, tapi sabar dong! Malam ini kan pernikahan kalian ..." Mama meletakkan piring makanan di meja nakas disamping ranjang. "Astag