[Im Aerum’s POV]
20 April 2018
Cekrek…Cekrek…
Aku memasuki gedung dengan membawa 2 tas kertas ditanganku. Dari kejauhan suara-suara teriakan dan sorakan memenuhi seisi ruangan berpadu dengan suara jepretan kamera sudah terdengar. Tiba-tiba aku merasa menyesal datang kesini. Tapi, apa boleh buat aku sudah sampai disini, batinku. Aku pergi ke tempat penukaran tiket dan menukar tiket yang kubawa. Kemarin, setelah Yeri menyuruhku mengikuti acara fansign, ia menyuruhku untuk mengambil tiket dan keperluan yang perlu kubawa saat fansign ini. Kebetulan sekali kakak Yeri harus tetap tinggal di Seoul karena urusan kuliah.
“Annyeonghaseyo, bisa tunjukkan tiketmu?” tanya staff yang melayaniku.
“Annyeonghaseyo, ini tiket saya.”
“Baik, kalau gitu kamu bisa duduk dan menunggu di kursi D-10, ya.”
“Ne, kamsahamida.”
Aku pergi mencari kursi bertuliskan
[Kim Young Mi’s POV] Kugerakkan kakiku di atas lantai yang dingin aku baru menyadari sedari tadi aku tertidur di lantai. Aku bisa merasakan mataku yang sembab dan perih. Aku berjalan ke arah cermin untuk melihat wajahku. Kulihat bayangan diriku di cermin. Wajah dan rambutku begitu kacau dan aku terlihat seperti belum tidur 3 hari. Lingkaran hitam tergantung di bawah mataku membuatku semakin terlihat menyedihkan. Aku pun pergi ke luar kamar menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka. Suasana di ruang tamu sangat sepi. Mama pasti sudah berangkat kerja, dan dia pasti pergi ke klub malam lagi. Setelah mencuci muka aku pergi ke dalam kamar untuk membuka handphoneku. Aku belum mengecek handphoneku sedari perjalanan menuju Seoul. Aku takut tertinggal dari pengumuman dan informasi dari sekolah. Terdapat 25 notifikasi yang belum kubuka. Tapi, ada satu notifikasi yang mengejutkanku. Aku melihat notifikasi dari Yoon Jae. Yoon Jae? Sepertinya nam
[Im Aerum’s POV] Aku masuk ke dalam sebuah kafe bernuansakan vintage. Mencium aroma yang tajam yang berasal dari kopi itu sendiri. Kalau dilihat-lihat lagi kafe ini memiliki kesan mewah pada furniturnya. Aku membayangkan betapa mahalnya minuman dan makanan yang dijual di kafe ini. Tiba-tiba aku teringat bahwa aku tidak membawa uang lebih, hanya ada sisa 30.000 won. Itu pun ongkos untuk naik taksi, aku juga tidak akan menghabiskan uang sakuku hanya untuk minuman mahal di sini. Aku duduk di tempat yang dipilihkan oleh staff tadi sembari menunggu staff tersebut kembali dari mengurus beberapa urusan yang tidak kuketahui. Jantungku berdegup cukup kencang membayangkan kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga salah satu staff bisa memanggilku. Rasanya aku tidak melakukan kesalahan apapun, kan? Masa ini karena aku pakai tiketnya si Yeri? Apa mereka benar-benar mengecek itu? Untuk membunuh waktu aku dan mengurangi kegugupanku aku mengetik pesan pada
[Kim Young Mi’s POV] 6.15 Aku mengenakan seragamku dan melihat pantulan diriku di cermin. Perfect, batinku. Setelah semuanya siap aku mengecek lagi semua yang kubawa dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Setelahnya aku segera memakai sepatu dan keluar dari rumah. Begitu aku keluar dari rumah aku bisa merasakan hangatnya sinar mentari menyinari tubuhku. Hari ini cukup berbeda, karena aku akan berangkat bersama bibi Yeesung. Katanya sih dia ada keperluan jadi sekalian saja mengantarku. Tapi, menurutku ini pasti mama yang menyuruhnya. Tak perlu berjalan lama-lama aku sudah dapat melihat restoran bibi Yeesung. Aku melihat bibi Yeesung dan paman Lee sudah berdiri di luar menunggu kehadiranku. Aku yang merasa tak enak karena sudah ditunggu segera berlari kecil ke arah bibi dan paman. “Sudah menunggu lama, ya?” tanyaku begitu sampai di depan restoran. “Nggak kok, kita kan juga ingin menikmati pemandangan pantai
[Im Aerum’s POV] Tut … tut … tut... . Aku menunggu agar panggilan tersambung. Seketika itu penerima telepon pun mengangkatnya. “Halo,” kata seseorang di seberang sana. “Yah, Yeri-ah!” kataku mengagetkannya. “Astaga, kau bikin aku kaget. Ada apa?” Belum sempat aku membicarakan tujuan mengapa aku meneleponnya, Yeri sudah menyahut terlebih dahulu. “Bagaimana acara fansgin tadi? Seru kan pasti?” “Not bad, sih.” “Kok begitu reaksimu? Apa acaranya kurang berkesan bagimu?” “Ya, jelas saja kurang berkesan. Ini kan pertama kalinya aku tahu tentang mereka. Semua butuh proses, Yeri.” “Iya iya, aku tahu.” “Oh ya, kau mau tahu sesuatu nggak? Tadi waktu aku mau pulang tiba-tiba ada salah satu staff yang mengajak aku ngobrol di suatu cafe gitu.” “Hah? Ngapain dia mengajak kau ngobrol di sana?” “Aku tahu ini mungkin terdengar s
[Kim Young Mi’s POV] “Selamat datang di Seafood Corner,” kataku menyambut pelanggan yang datang. Aku berjalan ke arah pelanggan yang duduk di pojok ruangan. Tak lupa aku juga membawa buku menu. Di hari Senin seperti ini restoran tidak seramai pada hari Sabtu dan juga Minggu. “Silahkan ini menunya,” kataku sambil menyodorkan buku menu berwarna dominasi merah itu. “Kamsahamida. Kamu baru bekerja di sini, ya?” “Iya. Saya baru bekerja di sini.” “Oh, Yeesung!” kata pelanggan itu tiba-tiba. “Wah, kamu datang ke sini lagi. Mau pesan menu seperti biasa?” Wanita berumur sekitar 30 tahunan itu pun tersenyum, “Kau selalu hafal dengan seleraku.” “Pesan nasi goreng udang dengan kimchi, minumnya ice lemon tea,” kata bibi Yeesung kepadaku. Sepertinya bibi Yeesung dan perempuan tadi sudah kenal dekat. Sembari mereka bercakap-cakap, aku kembali ke bel
[Im Aerum’s POV] “Huft, akhirnya tugas ini selesai juga,” kataku sambil menghela napas panjang. Setelah membereskan semua barang yang berserakan di meja belajarku, aku pun segera pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukaku dan menggosok gigi. Lagi-lagi, aku memikirkan mengenai audisi itu. Haruskah aku ambil kesempatan ini? Kata-kata oppa tadi ada benarnya juga. Bahkan waktu oppa menceritakan tentang audisi ini ke appa dan eomma mereka memberikan reaksi yang bagus, mereka sama-sama mendukungku untuk ikut audisi ini. Awalnya aku merasa sedikit takut jika nantinya aku tersaingi dengan mereka yang memiliki kemampuan lebih bagus dariku. Bagaimanapun juga aku tidak pernah mendalami bakatku, aku hanya suka melakukannya. Tapi, jika kupikirkan lagi bukankah di atas langit masih ada langit? Lagian juga sepertinya kemampuan bernyanyiku tidak seburuk itu. Mungkin untuk belajar dance bisa kupelajari setel
[Kim Young Mi’s POV] Kring…Kring… “Baik, pelajaran kita sampai di sini saja. Kita akan melanjutkannya di pertemuan selanjutnya.” Akhirnya jam pulang yang kutunggu-tunggu datang juga. Tapi, aku masih harus melakukan kerja kelompok bersama. Semoga saja nanti kerja kelompoknya tidak lama. Aku mengambil buku-buku di mejaku dan keluar untuk menaruhnya di lokerku. Ku masukkan semua buku-buku yang ku bawa. Tiba-tiba seseorang mengagetkanku dari belakang. “Huaaa!!” Aku terpekik kecil dan langsung menoleh ke belakang. Ternyata itu Hyenjin, aku langsung lega seketika. “Yah! Kau bikin aku kaget saja,” kataku masih memegangi dadaku. Hyenjin tertawa dengan puas, “Mianhae.” “Oh ya, hari ini kau kerja kelompok, kan?” tanya Hyenjin. “Iya, aku kerja kelompok. Tapi, nggak di sekolah.” “Di restoran yang kau bicarakan itu, ya?” Aku pun menggumam sembari kami berj
[Im Aerum’s POV] Mataku menelusuri setiap video yang ada di youtube. Melihat-lihat apakah ada video latihan dance yang tepat untuk kubuat sebagai latihan. Beberapa hari yang lalu eonnie Michelle memberiku pesan. Katanya lebih baik jika aku mempersiapkan dan mempelajari beberapa lagu dan juga dance. Meskipun aku memilih menyanyi tak menutup kemungkinan agensi ingin melihat bakatku di bidang yang lainnya. Inilah alasan mengapa aku belajar dance sekarang. Rasanya sudah sangat lama aku tidak mempelajari dance. Ini bukan pertama kalinya aku mempelajari dance, sih. Dulu, waktu aku masih SD setiap kali sekolahku mengadakan acara pasti aku akan mengisi acara dengan menari dan menyanyi. Tapi, itu sudah sangat lama. Tentunya tarian yang kutampilkan dulu sangat mudah. Sementara semua dance k-pop ini memiliki berbagai tingkatan. Ada yang mudah, sedang dan ada yang susah. Aku sudah hampir 10 menit menc