Home / Thriller / FATAL OPTION / 49. Mencari Jejak O

Share

49. Mencari Jejak O

Author: Natalie Bern
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Shoujin berdiri mematung di depan kotak-kotak kaca berisi berbagai macam kadal dan ular. Matanya tertuju pada seekor python kecil berwarna oranye yang tengah berusaha menelan seekor tikus. Cukup lama ia berdiri di sana, hingga akhirnya ia bergeser melihat kotak kaca lain. Di dalam kotak itu, seekor iguana albino bertengger pada sebarang kayu artifisial. Shoujin mengambil iguana itu dari tempatnya bertengger.

"Kau tertarik dengan yang itu?" Suara seorang wanita berusia lima puluhan akhir memecah keheningan.

"Tidak juga, aku tidak suka kadal atau reptil apa pun. Hanya saja, ini pertama kali aku melihat yang seperti ini."

"Itu favorit Owen. Harganya cukup mahal, tapi dia tak akan menjualnya," sahut Bruce, yang datang menyusul dengan membawa sekotak sayuran. Ia meletakkan kotak itu di atas etalase kaca, lalu berjalan ke pintu depan toko sekaligus rumahnya dan membuka pintu itu.

Tak lama setelah Bruce membuka pintu depan toko, terdengarlah suara derak rolling door sedang dibuka. Satu pe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • FATAL OPTION   50. Car Work

    Garasi yang semula sempit dan tampak biasa saja telah menjadi garasi yang cukup luas dan memiliki perlengkapan modifikasi body yang cukup bervariasi. Sebaris schotclite dengan berbagai varian, 3 buah bemper, 4 spoiler, 2 set ban, 2 set velg. Semua berbeda model dan ukuran. Selain itu terdapat pula cat khusus mobil dan logam, juga kompresor. Lalu ada lembaran-lemabaran pelat logam yang telah terpotong dengan berbagai ukuran, yang semuanya menyesuaikan dengan ukuran pelat nomor mobil di berbagai wilayah. Pelat-pelat itu tersusun rapi dalam sebuah kotak besi. Bersebelahan dengan kumpulan pelat itu, ada beberapa kaleng cat semprot. Juga alat-alat mekanik elektrik maupun manual. Tanpa ragu lagi, Shoujin memulai prakarya yang telah lama tak disentuhnya. Sepertinya Shoujin tak akan tidur malam ini. Sebelum memulai pekerjaan, Shoujin mempersiapkan perlengkapan keselamatan. Perhatian Shoujin kini tertuju pada spoiler mobil. Sebagai langkah awal, Shoujin membuka pintu bagasi ke atas. Lalu, d

  • FATAL OPTION   51. Intervensi DEA

    Malam semakin mendekati larut. Namun, bagi sebagian orang, larutnya malam bukanlah ukuran untuk menghentikan aktifitas, termasuk mengadakan sebuah pertemuan dalam urusan pekerjaan. Di ruang rapat Kepolisian St. Angelo, duduk berjajar dengan menghadap meja, Aaron, Zac dan seorang pria Afro berusia belasan tahun lebih tua dari mereka. Pria itu adalah Denver Aegermann—Kepala Divisi Kejahatan Pembunuhan-Perampokan Kepolisian St. Angelo. Masih dalam deretan yang sama, telah hadir pula Chief Robert Carlton, pemegang kekuasaan tertinggi Kepolisian St Angelo. Denver mengenakan setelan formal dengan dasi, tetapi tanpa jas. Robert sebaliknya, mengenakan setelah formal dengan jas, tanpa dasi. Sedangkan Aaron dan Zac hanya mengenakan setelan kerja tanpa dasi maupunn jas. Di hadapan mereka, di seberang meja, duduk seorang wanita yang terlihat seusia Aaron dan Zac, serta seorang pria yang diperkirakan seusia Denver. Pria itu masih mengenakan pakaian formal lengkap me

  • FATAL OPTION   52. Auto Theft

    "Tunggu, aku seperti mengenal mobil ini." Aaron berjalan mendekati mobil yang sedang dikerjakan oleh tim D-Autowork, yang baru terpasang setengah bagian body-nya. Lebih tepatnya Aaron mendekat ke hidung mobil, lebih spesifik pada pelat nomor mobil itu. Ia membungkuk memperhatikan nomor polisi crossover itu. "Benarkah?" sahut Kenneth sambil berjalan kembali ke posnya—sudut di mana tire changer¹ berada. "Benar, ini mobil Zac." Aaron lalu memperhatikan kaki-kaki mobil yang masih menyisakan satu ban yang belum terpasang. "Zac?" tanya Kenneth memastikan sambil menarik sebuah laci di sebuah rak tak jauh dari tire changer. Lalu dari laci itu, Kenneth mengambil sebuah ponsel dan kunci mobil. "Ya. Zac. Kau tahu dia 'kan?" Aaron menyusul Kenneth. "Hum ... ini." Kenneth menyodorkan kunci mobil dan ponsel pada Aaron. "Aku meminjam kunci rumah, bukan kunci mobil. Dan untuk apa ponsel Nicky?" Aaron heran saat mene

  • FATAL OPTION   53. First Race

    Deru knalpot Evo dan Corvette semakin nyaring. Keduanya saling berbalas ejekan lewat deru knalpot. Tensi persaingan menjadi berat. Adrenalin meningkat. Memaksa jantung berdegup, memompa darah lebih cepat. Nafas pun terpacu. Menggebu, penuh semangat, penuh emosi. Nickymenoleh pada lawannya, mencari tahu sosok di belakang kemudi si biru. Tak terlihat. Persetan dengan siapa pun yang ada di sana. Lampu merah berganti hijau. Corvette dan Evo melesat. SUV Shawnmengekor. 3 detik setelah kedua mobil melesat, Corvette memimpin. 5 detik, Corvette semakin memperlebar jarak. "Tch ...!" Emosi Nicky terpancing. Ia pun menambah level gir. 3-4 dan kembali menginjak pedal gas dalam-dalam. Memperpendek jarak dengan Corvette. Tak terima SUVyang ditumpanginya tertinggal, Kevin pun geram. "Ayolah Shawn. M

  • FATAL OPTION   54. Wajah Jelek

    Mobil crossover Zac telah selesai diperbaiki. Mobil itu kini tampak baru lagi. Sempurna. Kenneth dan Sean berdiskusi serius di ruangan di belakang bengkel. Beberapa loker berderet di ruangan itu. Sebuah bangku dengan empat seater juga tersedia di sana. Kenneth dan Sean duduk di bangku itu. "Aku akan ke West Coast malam ini. Baru saja aku mendapat informasi bahwa mereka akan bertransaksi di sana malam ini. Hanya saja aku belum mendapat titik tepatnya lokasi transaksi. Mereka akan bertransaksi di sebuah resor, di salah satu pulau di sana." Sean memaparkan rencana operasinya. Asap rokok mengepul dari mulutnya selagi ia bicara. "Kau sudah menghubungi Yuri?" "Sudah. Dan dia akan secepatnya ke sini dengan tambahan personel. Bagaimana denganmu?" "Seseorang mengajak taruhan Jumat malam. Aku tidak tahu pasti siapa dia. Tapi dari yang kudengar, dia masuk dalam jaringan pengedar di sini. Underzone yang memasoknya." Kenneth juga memapark

  • FATAL OPTION   55. Untuk yang Terakhir

    Kenneth membawa Evo-nya melaju menjauhi kebisingan kota yang semakin padat pada jam sibuk. Si pirang tertidur di bangku penumpang, di sampingnya. Matahari sedang mendekati titik tertinggi. Evo berhenti di halaman rumah, Nicky belum juga bangun. Kenneth keluar dari sisi pengemudi, berjalan melewati moncong mobil ke sisi penumpang. Dibukanya pintu di sisi di mana Nicky tertidur. Ia menepuk perlahan pundak Nicky. "Nicky, kita sudah sampai." Si pirang tak merespon. "Nicky." Kenneth kembali menepuk pundak si pirang. "Kau ingin aku membopongmu sampai ke kamar, huh? Jangan harap!" bisik lembut Kenneth di telinga mati saraf adiknya. Si pirang masih tetap bergeming dengan mata terpejam, nafas berhembus halus, dan dada naik turun teratur. Sekian detik Kenneth memanjakan mata. Jantungnya berdegup lagi. Lagi. Ia meneguk ludah, menahan sejuta pujian dan sumpah serapah agar tak meluncur deras dari mulutnya, demi melihat pemandangan yang lagi

  • FATAL OPTION   56. The Press Conference

    "Hai ..., Grey." Terdengar suara seorang pria di seberang, tepat setelah Kenneth menekan tombol hijau. "Oh ya, Blue. Bagaimana kabarmu?" basa-basi Kenneth. "Aku sedang bersemangat. Tempat ini memiliki banyak gadis cantik. Jadi ... aku sudah di kotamu sekarang." "Oke. Aku ada waktu setelah jam delapan," jawab Kenneth. Ia mengerti apa yang diinginkan pria di seberang meski tanpa bertanya. "Spot?" "Pintu masuk barat. Bukankah kau akan ke sana?" "Ya. Aku akan menemui Smoker setelah kau." "Oke." Sambungan terputus. Kenneth menoleh pada si pirang yang masih tertidur pulas. Sepuluh menit lewat dari pukul dua siang. Tak tega mengusik ketenangan adiknya, tetapi ia harus membangunkannya. "Nicky, bangun! Sudah jam dua." Keneth menepuk pelan pundak Nicky. Nicky bergeming. "Sudah waktunya ke Palmline." "Huum ..." Nicky mengerang, "Sepuluh menit lagi." "Kau mau

  • FATAL OPTION   57. Carilah Kekasih

    Gadis pirang berkulit karamel menari lincah di atassurfboard, menguasai ombak, diiringi deburan riak air dan desau angin. Harmoni lautan yang indah. Gerakannya selaras dengan ritme ombak. Mempesona. Mata platinum mengawasi dari kejauhan. Memandang takjub pada sosok pirang di atas ombak. Tanpa disadari, mata platinum itu pun ikut bergerak perlahan, mengikuti gerakan bocah pirang. Rambut abu-abu bergoyang seirama terpaan angin. Sementara tubuhnya tegak mematung, menantang angin laut. Lalu tiba-tiba penari ombak menghilang dalam gulungan air. Mata platinum membelalak, menyisir riak yang timbul dari ombak yang pecah. Sedikit cemas, ketika sosok pirang hilang dari pandangan. Namun, itu tak berlangsung lama. Ia kembali merasa lega ketika sosok pirang muncul ke permukaan dengan kedua tangannya mengayuh. Gadis itu berenang di atas surfboard. Pada saat itu, Kenneth memikirkan sesuatu. Bagaimana bisa ia melewatkan semua ini? Mengaku meny

Latest chapter

  • FATAL OPTION   84. Father And Son

    Kevin dan Shawn melanjutkan bahasan tentang penculikan Sharon. Kevin duduk di belakang kemudi.“Kau ingat Jum’at sore ketika Caleb dan Lynn mem-bully Nick?” Kevin memutar ulang kejadian pem-bully-an di depan sekolah.“Ya.” Shawn merespons datar. “Malam harinya, Nick membawa kabur Fair Lady.”“Tepat. Tapi bukan itu yang ingin kubahas. Hari Minggu setelah itu, Kenneth menemuiku dengan membawa ponsel Caleb. Dia memintaku meretas e-mail Sharon, menukar identitas pemilik ponsel Caleb dengan identitas Kenneth, dan memasang pelacak pada ponsel Nick. Aku yakin dia ada di balik penculikan Sharon. Kenneth ingin membalas mereka.”“Gosip beredar Kenneth yang menyerang Caleb dan Lynn. Aku tidak akan terkejut, kita tahu dia orang seperti apa.”“Benar. Hei, tapi tidakkah menurutmu aneh? Kenneth cukup sering melakukan kejahatan, tapi dia masih saja bebas berkeliaran. Dan menurutmu apa alasan Kenneth memasang pelacak di ponsel Nick? Apa dia ....”Shawn diam menunggu asumsi Kevin.“Penguntit? Bersikap

  • FATAL OPTION   83. Cottage

    Hari terakhir di sekolah sebelum liburan musim panas adalah hari di mana para penghuni sekolah disibukkan dengan urusan administratif dan tak banyak kegiatan di dalam kelas. Sebagaimana kebiasaan mereka, kawanan Shawn menghabiskan waktu di tempat teduh di pinggiran lapangan baseball. Dan seperti biasa Shawn akan sebisa mungkin meluangkan waktu untuk tidur, tanpa peduli di mana pun berada, termasuk saat ini. Mengingat ia harus bekerja sampingan di bengkel Dong-woo atau menjadi pengemudi taksi online di malam hari, pasti melelahkan. Selagi Nick dan Kevin mengobrol ke sana kemari, mengabaikan Charlie yang sibuk sendiri dengan ponselnya, datanglah pasangan Sam-Irina.“Apa kau sudah mendapatkan teman Hispanic?” Irina memancing topik baru seraya duduk dan bergabung.“Belum,” jawab yang lain bersahutan.“Aku punya beberapa teman Hispanic.”Sam menyusul duduk di samping Irina.“Apa dia hot?” selorohnya.“Sam!” Irina mendengus mendengar pertanyaan tak penting Sam.“Ayolah, kau tak harus marah.

  • FATAL OPTION   82. Keributan di Lapangan Baseball

    Nicky tertegun menyaksikan perkelahian di lapangan baseball, yang melibatkan dua orang siswi yang sejak awal semester ini terlihat dekat. Si pinky dan si brunette saling menjambak rambut. Caleb dan anak-anak tim baseball mencoba melerai perkelahian itu. Tak ingin terlibat, Nicky dan kawan-kawan berandalnya memilih menikmati adegan itu dari pinggir lapangan. Sementara itu Charlie tak ingin menyia-nyiakan kesempatan dengan merekam adegan itu menggunakan ponselnya. “Tidakkah menunutmu aneh, Sam?” selidik Irina, tatapannya masih tertuju pada adegan perkelahian. “Tidak. Memangnya kau lupa anak-anak seperti mereka selalu bermuka dua? Di satu waktu mereka akan terlihat sebagai seseorang yang selalu berpihak padamu dan mendukungmu. Tapi saat kau memalingkan punggungmu pada mereka, saat itu mereka akan bersiap menusukmu dari belakang,” jawab Sam santai. Tak lama kemudian, datanglah para guru pria melerai perkelahian itu. Sempat terlihat adanya perdebatan di antara guru-guru itu dengan para

  • FATAL OPTION   81. Malam untuk Dikenang

    Fair Lady Kenneth melaju kencang membelah jalanan Kota St. Anglo yang mulai lengang menuju West Coast tanpa ada mobil patroli yang mengejar. Mendekati perbatasan dengan West Coast, Nicky terlihat gamang. "Apa akan aman melintasi perbatasan seperti ini?" "Turunkan saja sedikit hingga di bawah 80 km/jam. Akan kuberitahu saat kau mendekati speed trap1." Setelah berhasil membawa mobil yang ia kemudikan melintasi speed trap tanpa gangguan, Nicky pun kembali meningkatkan akselerasi mesinnya. Dalam dua detik, mobil itu telah mencapai kecepatan 150 km/jam. Tak lama kemudian Fair Lady bertemu dengan area yang jalanannya berkelok dan dipenuhi semak di kiri dan kanan. Ia telah sampai di perbatasan. Mobil itu pun kemudian memulai aksinya meliuk mengikuti alur jalan yang menghubungkan kedua county. Malam sudah sangat larut. Rasi Bintang Pari mendekati posisi tegak lurus dari horizon ketika Fair Lady menepi di salah satu surfing spot di Palmline Beach. Tempat ini sedikit jauh dari tempat diadak

  • FATAL OPTION   80. First Drift

    Sambil menahan surfboard Nicky, Pandangan Kenneth tak lepas dari setiap interaksi yang terjadi antara si bocah pirang dengan teman-temannya. Ia saat ini berdiri bersebelahan dengan Aaron dan Shoujin, sedikit jauh dari tempat teman-teman Nicky berkumpul. Wajah bocah tomboi itu tak henti mengumbar senyum dan tawa riang. Seperti halnya yang dilakukan oleh Kenneth, Aaron, dan Shoujin, kawanan Shawn dan pasangan Sam-Irina datang untuk memberikan dukungan pada Nicky dalam penyisihan kompetisi surfing hari ini. Satu per satu, mereka beradu kepalan tangan dengan Nicky. Teman-teman sekolah Nicky juga tak henti memuji aksi bocah itu di atas ombak. Bahkan Charlie merekam aksi si pirang. Sepintas Kenneth menoleh pada Shoujin. Pemuda pelit ekspresi itu bahkan terlihat tersenyum, meski tipis tetap terlihat. Begitu besarkah pengaruh Nicky pada laki-laki gunung es itu? Setelah melambaikan tangan pada teman-temannya yang beranjak meningg

  • FATAL OPTION   79. Skenario

    Nicky sedang membereskan peralatan makan kotor bekas sarapan semua penghuni rumah. "Dulu Aaron melarangku selalu menumpang pada Shoujin. Katanya aku tidak boleh bergantung pada orang lain. Tapi lihat yang dilakukannya sekarang." Protes itu Nicky ajukan karena melilhat kebiasaan Freak Brother #2 berangkat selalu dijemput oleh Zac. "Kenapa tidak kaukatakan saja padanya?" sahut Kenneth yang sedang mengutak atik ponsel B sambil duduk menghadap meja makan. "Tentu saja akan kukatakan kalau aku sudah punya waktu bicara padanya. Kau tahu sendiri, aku tidak pernah bertemu dengannya kecuali ketika sedang sarapan. Apa perlu aku membahasnya ketika sarapan? Tidak. Itu bisa merusak mood-ku." "Baiklah. Lalu apa saja yang akan kaulakan hari ini?" "Mulai hari ini aku bekerja paruh waktu di Rhein's. Lalu nanti siang aku ke Palmline Beach. Aku hanya akan membahas dengan Emmery dan yang lain tentang persiapan untuk kontes besok." Nicky sudah selesai mencuci peralatan makan, lalu ia duduk kembali di sa

  • FATAL OPTION   78. Sesuatu yang Berbeda

    [Nick, maaf hari ini aku tidak bisa menemai latihan surfing hari ini, adikku memaksaku mengantaranya ke ulang tahun temannya. Bagaimana kalau besok?] bunyi pesan yang Nicky terima dari kontak Emmery. [F*** you. Oke. Jangan kaubatalkan lagi.], balas Nicky. Ia mendengus kesal dan melempar ponselnya ke dasbor. Ia menoleh pada Kenneth dengan bibir cemberut. "Emmery membatalkan rencana hari ini." Saat itu Nicky menyadari ada yang tak beres dengan kakaknya. Pria beruban itu tersenyum-senyum seperti sedang berhalusinasi. Namun, setelah diperhatikan lagi, sebenarnya Kenenth sedang tersenyum padanya. Anehnya, itu membuat Nicky salah tingkah. "Eer ... Kenny, apa yang terjadi padamu?" Nicky tergagap. "Kau cantik," puji Kenneth masih dengan mempertahankan senyum. "Ah, sial." Buru-buru Nicky menarik selembar tisu dari kotak tisu di dasbor. "Pasti karena ini. Karina sialan. Dan gara-gara kau datang tanpa aba-aba, aku jadi terburu-buru dan

  • FATAL OPTION   77. Laporan Morsey & Sebuah Pesan

    Dari rumah Sarah, Kenneth mengebut menuju Forklore, ke apartemennya. Ada PR yang harus ia selesaikan, yaitu berkas dari SAPD. Ia harus sudah siap ketika bertemu kembali dengan Yuri. Tak sampai dua jam Kenneth sudah selesai melahap semua informasi pada berkas itu. Beberapa menit kemudian Yuri datang. Pria berambut platinum grey dan pria berambut biru elektrik duduk berhadapan, masing-masing duduk pada kursi kerja dengan melipat kedua tangan. "Kau sudah mempelajari berkas dari SAPD?" buka Yuri. Pria bernama sandi 'Blue' itu menggaruk pipinya. "Sudah," jawab Kenneth datar dan tegas. "Bagus. Sekarang aku ingin mendengar lebih detail tentang pesta di Morsey." Kenneth mulai memaparkan, "Di Morsey aku bertemu dengan Emilia, dia adalah orang kepercayaan bos Underzone. Emilia tidak menyebutkan nama bosnya, tapi besar kemungkinan itu adalah Mario Cortez. Si bos tidak ada di pesta saat itu, dia sedang berlibur dengan wanita lain. Emilia juga tidak menyebutkan di mana bosnya berada. Dan ada s

  • FATAL OPTION   76. Subjek # 07

    Hari sudah beranjak siang ketika ia sampai di rumah Sarah. Saat ini Kenneth sedang berada di dapur untuk menunggu Kevin menyelesaikan pekerjaan yang ia berikan. Ia duduk dengan menumpukan kedua siku pada meja makan, di samping salah satu sikunya tergeletak sebuah map. Seperti pada kunjungan terakhir Kenneth ke rumah ini, Sarah membuatkannya espresso, bedanya kali ini orang tua tunggal Kevin itu tak membuat teh chamomile, melainkan espresso juga untuk dirinya. "Apa ada hal penting yang akan kausampaikan padaku?" tanya orang tua tunggal Kevin pada Kenneth seraya meletakkan secangkir espresso di hadapan Kenneth. Lalu ia duduk berhadapan dengan Kenneth. "Ya. Ini menyangkut Frank." Kenneth menghela nafas, menatap dingin pada kopi panas di depannya. Untuk pertama kalinya Kenneth tak berminat pada minuman yang mulanya dipopulerkan oleh orang Arab itu. Bukan karena rasa kopi itu yang tak enak, melainkan suasana hatinya yang mendadak buruk. "Hanya saja, ini bukan kabar bagus." "Ada apa?" Pan

DMCA.com Protection Status