Share

107 Tentang Buah Hati

Author: Ans18
last update Last Updated: 2025-02-15 21:17:29

Hana mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan retina matanya dengan pencahayaan temaram di dalam kamar yang baru beberapa kali ditempatinya itu.

Evan ikut bangun saat menyadari gerakan Hana yang bangkit dari tidurnya. "Udah bangun?"

"Mau bantu Mama."

Malam sepulang dari rumah Azka, mereka berdua memutuskan menginap di rumah orang tua Evan. Mumpung weekend, pikir mereka.

Dan karena kelelahan, keduanya langsung terlelap di kamar Evan setelah ritual bersih-bersih singkat.

"Udah ada banyak ART yang bantu Mama."

"Ya tapi kan Mama masak kalo pagi, masa aku nggak bantuin."

"Mama bakal lebih seneng kalo kamu melakukan sesuatu di pagi hari daripada bantuin Mama masak."

"Apa?"

"Bikinin cucu untuk Mama."

Hana mencibir niat terselubung Evan di balik kata-katanya.

"Beneran, kalo nggak percaya tanya sendiri ke Mama."

"Masa yang begituan ditanyain ke Mama."

Evan terkekeh melihat rona merah yang muncul di pipi Hana tanpa aba-aba. "Eh, Sayang, aku mau nanya sampe lupa. Kita udah dua bulan nikah, tapi ka
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   108 Evan vs Arfindo

    "Han."Sapaan seorang lelaki yang berdiri di depan meja kerjanya membuat Hana langsung mendongak."Eh, Fin, udah nyampe?" Beberapa jam sebelumnya memang Hana mendapat pesan dari Arfindo yang ingin mengatur janji temu dengan Evan. Karena jadwal Evan hanya kosong di saat jam istirahat, maka Hana membuat jadwal temu mereka saat makan siang."Nggak apa-apa nih aku makan siang sama Evan? Kamu gimana?"Hana tersenyum penuh arti. "Aku yang makasih malah. Kalo kamu nggak dateng, nggak mungkin si bos mau ditinggal, padahal kan kadang aku pengen makan bareng sama temen kantorku yang lain.""Dasar, si posesif.""Ayo, kuanter sekalian aku pamit." Hana berjalan terlebih dulu lalu mengetuk pintu ruang kerja Evan."Mas, udah dateng nih tamunya," ucap Hana sambil menunjukkan senyum tanpa rasa bersalahnya. Bisa dilihatnya wajah Evan yang tertekuk karena kesal.Tanpa menunggu dipersilakan, Arfindo langsung mengambil posisi duduk di sofa yang ada di tengah ruangan."Aku makan di luar sama Ribka ya. Nant

    Last Updated : 2025-02-15
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   109 Pillow Talk

    "Mas, kenapa?" Hana—yang sedang melonggarkan dasi suaminya—cukup bingung dengan mood suaminya sepanjang siang hingga mereka pulang ke rumah. Suaminya itu lebih banyak diam, kadang pikirannya seperti sedang berada di tempat lain."Hmm? Nggak kenapa-kenapa kok. Puas tadi jalan-jalannya sama Ribka?" tanya Evan berusaha mengalihkan pembicaraan."Ya nggak puas lah, orang ada yang nyuruh cepet-cepet balik." Hana mengerucutkan bibir, tetapi tangannya tetap lincah bergerak melepas dasi dan kemeja yang dikenakan Evan, kemudian meletakkannya di tempat pakaian kotor. Evan sebenarnya tidak pernah menuntutnya untuk melayani sampai hal-hal kecil semacam itu, tapi Hana memilih melakukannya daripada ia harus mengomel dengan kebiasaan Evan yang sembarangan meletakkan pakaian kotor."Mas mandi dulu aja, aku ngecek makan malam ke dapur.""Kamu nggak capek?" Tangan Evan seketika memegang pergelangan Hana sebelum istrinya itu benar-benar balik badan. "Biar diurus sama bibi aja.""Aku cuma ngecek, Mas. Kam

    Last Updated : 2025-02-16
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   110 Resah

    Hana memperhatikan suaminya yang sedang mengepak pakaian yang akan mereka bawa. Malam itu, Evan tidak membiarkan Hana melakukan hal lain, setelah seharian menghadapi dua rapat beruntun ditambah beberapa proposal dari tim pengembangan yang harus diperiksa dan diselesaikan Hana sebelum mereka berangkat ke Lombok."Mas, besok malem nginep di rumah Mama yuk. Jadi kita berangkat ke bandara dari sana.""Boleh," jawab Evan tanpa menoleh pada Hana yang duduk bersimpuh di sampingnya. "Kenapa tiba-tiba pengen nginep di rumah Mama?""Nggak tau, pengen aja. Sebenernya aku juga kangen tidur sama Elga."Kali ini Evan langsung menoleh setelah mendengar celetukan Hana. "Trus aku tidur sama siapa kalo kamu mau tidur sama Elga?"Hana mengerucutkan bibirnya karena jawaban dari Evan menyiratkan penolakan atas keinginannya."Lagian apa enaknya sih tidur sama Elga? Paling diganggu curhatan dia.""Justru karena itu, aku tu khawatir Elga nggak ada tempat curhat."Evan menghela napas. Mungkin benar apa yang d

    Last Updated : 2025-02-16
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   111 The Beginning of Heartbreak

    "Sayang, kamu kenapa? Nggak enak badan?" tanya Evan saat sudah berada di dalam pesawat.Hari itu hanya ia dan Hana yang berangkat bersama. Sementara Arfindo akan langsung berangkat dari Bali karena urusan bisnisnya, dan Melinda benar-benar tidak akan datang dalam acara peresmian proyek mereka."I'm ok.""No, you're not." Evan mencoba menatap Hana, tapi istrinya itu malah menyandarkan tubuhnya ke belakang dan memejamkan mata. "Ngantuk?"Hana mengangguk cepat untuk menyudahi pertanyaan-pertanyaan dari Evan.Evan ikut menyandarkan tubuhnya setelah mengecup singkat puncak kepala istrinya, walaupun Evan sebenarnya tidak yakin kalau Hana benar-benar mengantuk, karena kebiasaan wanita itu adalah menunggu sampai pesawat benar-benar mengudara barulah ia akan mulai memejamkan mata. Tidak seperti ini, pesawat bahkan masih mengantre di runway bandara, tapi Hana sudah memejamkan matanya. Pasti ada sesuatu, Evan yakin itu.Keduanya tiba di Bandara Internasional Lombok saat waktu masih menunjukkan p

    Last Updated : 2025-02-17
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   112 I Don't Wanna See You with Her

    Hana mengerjap pelan, kepalanya berat, dan kakinya masih pegal, rasanya seperti ia baru saja selesai latihan tae kwon do. Ia meraba-raba sisi kasur di sebelahnya, namun tidak menemukan keberadaan suaminya.'Mungkin di kamar mandi,' pikirnya.Ia kembali memejamkan mata, dan terlelap.Entah pukul berapa saat itu, yang jelas suara telepon internal di dalam kamar yang berbunyi nyaring membuat Hana terbangun. Ia mencoba meraih gagang telepon yang ada di atas nakas."Halo," jawabnya dengan suara serak khas orang bangun tidur."Han, lo tidur? Sorry, sorry.""Ada apa, Fin?" tanya Hana setelah yakin kalau suara di seberang sambungan telepon adalah suara Arfindo."Lo sama Evan nggak mau jalan-jalan gitu, lihat sunset mungkin? Gue gabut nih di kamar sendirian, nggak apa-apa deh gue jadi obat nyamuk kalian. Nggak enak banget sumpah, masa sampe Lombok cuma ngerem di kamar.""Hah? Lihat sunset?" Padahal Hana kira saat itu sudah pagi, tapi Arfindo mengajaknya melihat sunset? Ia lantas mengecek ponsel

    Last Updated : 2025-02-17
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   113 Looking For ...

    Dante Coffee, hanya tempat itu yang kini menarik perhatian Hana. Tempatnya tidak terlalu luas, ada beberapa pengunjung di dalam dan masih ada tempat kosong di sudut coffee shop itu.Ia melangkah masuk, memesan minuman hangat selagi menunggu jadwal penerbangannya.Jangan tanyakan perasaannya saat ini.Hampa.Bahkan air mata tak kunjung ingin keluar dari sudut matanya. Padahal ia membayangkan kelegaannya jika air matanya bisa keluar saat itu juga.Hana berjalan menuju counter saat namanya dipanggil. Di tangannya kini ada secangkir cappuccino yang mengepul. Lumayan untuk Hana menghangatkan telapak tangannya yang mulai kedinginan, pasalnya ia hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana jeans, tanpa sempat berpikir mengambil cardigan dari dalam koper. Biasanya ia tidak memerlukan cardigan karena selalu ada Evan yang siap memeluknya.Lagi-lagi Hana tersenyum nanar, lelaki yang tiba-tiba saja muncul dipikirkannya saat ini, nyatanya tengah memeluk wanita lain. Apa yang bisa ia harapkan?Se

    Last Updated : 2025-02-18
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   114 Missing ...

    Letta berlari di sepanjang koridor rumah sakit setelah mendengar kabar dari Azka. Suaminya juga sedang dalam perjalanan ke rumah sakit tapi terjebak kemacetan demonstran yang terjadi di depan salah satu kantor kementerian."Gimana, Ka?" tanya Letta yang melihat Azka duduk lemas di salah satu kursi ruang tunggu."Dokter belum keluar, Tan.""Kamu udah berhasil hubungin Evan? Nomor hpnya nggak aktif." Letta benar-benar bingung dengan situasi yang terjadi. Mengapa Hana ada di Jakarta dan Evan masih di Lombok? Belum lagi ponsel Evan yang tidak bisa dihubungi sejak Letta mendapat kabar kondisi Hana dari Azka.Beruntung Azka datang ke rumah Hana pagi itu, kalau tidak, Letta tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Hana. Hanya ada dua ART di rumah itu dan semuanya perempuan. Siapa yang bisa membawa Hana ke rumah sakit dalam keadaan merintih kesakitan. Menunggu ambulance atau pertolongan dari kelaurganya tentu saja membutuhkan waktu lebih lama lagi."Masih nggak aktif hpnya, Tan," jawab A

    Last Updated : 2025-02-18
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   1 Golden Princess

    "Evan, senyum dong. Kamu kayak mau dibawa ke tiang gantungan," ucap mamanya berusaha mencairkan suasana tegang di kamar hotel itu.Hari ini, Evan harus mengubur semua mimpinya, meninggalkan usaha yang dirintisnya demi memenuhi permintaan orang tuanya untuk terjun ke dalam perusahaan keluarga ayahnya."Ma ...." Masih ada waktu, mungkin ia masih bisa meyakinkan mamanya untuk membatalkan permintaan mamanya itu."Evan, maafin Mama ya," ucapnya dengan mata berkaca-kaca. "Kalo aja ayahmu masih muda, Mama nggak akan minta kamu buat ngelakuin yang sebenernya nggak kamu suka. Maafin Mama ya, Van."Melihat sudut mata mamanya yang sudah basah, tangan Evan langsung menggenggam tangan mamanya. "Nggak apa-apa, Ma. Aku ... coba ngerti. Ini tanggung jawabku sebagai anak sulung."Evan mencoba tersenyum di depan mamanya, walau hatinya juga hancur."Hei, Van! Kamu apain Mama kamu sampe matanya berkaca-kaca?" tanya ayahnya panik begitu keluar dari kamar mandi."Posesif," ledek Evan saat melihat kebucinan

    Last Updated : 2024-11-04

Latest chapter

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   114 Missing ...

    Letta berlari di sepanjang koridor rumah sakit setelah mendengar kabar dari Azka. Suaminya juga sedang dalam perjalanan ke rumah sakit tapi terjebak kemacetan demonstran yang terjadi di depan salah satu kantor kementerian."Gimana, Ka?" tanya Letta yang melihat Azka duduk lemas di salah satu kursi ruang tunggu."Dokter belum keluar, Tan.""Kamu udah berhasil hubungin Evan? Nomor hpnya nggak aktif." Letta benar-benar bingung dengan situasi yang terjadi. Mengapa Hana ada di Jakarta dan Evan masih di Lombok? Belum lagi ponsel Evan yang tidak bisa dihubungi sejak Letta mendapat kabar kondisi Hana dari Azka.Beruntung Azka datang ke rumah Hana pagi itu, kalau tidak, Letta tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Hana. Hanya ada dua ART di rumah itu dan semuanya perempuan. Siapa yang bisa membawa Hana ke rumah sakit dalam keadaan merintih kesakitan. Menunggu ambulance atau pertolongan dari kelaurganya tentu saja membutuhkan waktu lebih lama lagi."Masih nggak aktif hpnya, Tan," jawab A

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   113 Looking For ...

    Dante Coffee, hanya tempat itu yang kini menarik perhatian Hana. Tempatnya tidak terlalu luas, ada beberapa pengunjung di dalam dan masih ada tempat kosong di sudut coffee shop itu.Ia melangkah masuk, memesan minuman hangat selagi menunggu jadwal penerbangannya.Jangan tanyakan perasaannya saat ini.Hampa.Bahkan air mata tak kunjung ingin keluar dari sudut matanya. Padahal ia membayangkan kelegaannya jika air matanya bisa keluar saat itu juga.Hana berjalan menuju counter saat namanya dipanggil. Di tangannya kini ada secangkir cappuccino yang mengepul. Lumayan untuk Hana menghangatkan telapak tangannya yang mulai kedinginan, pasalnya ia hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana jeans, tanpa sempat berpikir mengambil cardigan dari dalam koper. Biasanya ia tidak memerlukan cardigan karena selalu ada Evan yang siap memeluknya.Lagi-lagi Hana tersenyum nanar, lelaki yang tiba-tiba saja muncul dipikirkannya saat ini, nyatanya tengah memeluk wanita lain. Apa yang bisa ia harapkan?Se

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   112 I Don't Wanna See You with Her

    Hana mengerjap pelan, kepalanya berat, dan kakinya masih pegal, rasanya seperti ia baru saja selesai latihan tae kwon do. Ia meraba-raba sisi kasur di sebelahnya, namun tidak menemukan keberadaan suaminya.'Mungkin di kamar mandi,' pikirnya.Ia kembali memejamkan mata, dan terlelap.Entah pukul berapa saat itu, yang jelas suara telepon internal di dalam kamar yang berbunyi nyaring membuat Hana terbangun. Ia mencoba meraih gagang telepon yang ada di atas nakas."Halo," jawabnya dengan suara serak khas orang bangun tidur."Han, lo tidur? Sorry, sorry.""Ada apa, Fin?" tanya Hana setelah yakin kalau suara di seberang sambungan telepon adalah suara Arfindo."Lo sama Evan nggak mau jalan-jalan gitu, lihat sunset mungkin? Gue gabut nih di kamar sendirian, nggak apa-apa deh gue jadi obat nyamuk kalian. Nggak enak banget sumpah, masa sampe Lombok cuma ngerem di kamar.""Hah? Lihat sunset?" Padahal Hana kira saat itu sudah pagi, tapi Arfindo mengajaknya melihat sunset? Ia lantas mengecek ponsel

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   111 The Beginning of Heartbreak

    "Sayang, kamu kenapa? Nggak enak badan?" tanya Evan saat sudah berada di dalam pesawat.Hari itu hanya ia dan Hana yang berangkat bersama. Sementara Arfindo akan langsung berangkat dari Bali karena urusan bisnisnya, dan Melinda benar-benar tidak akan datang dalam acara peresmian proyek mereka."I'm ok.""No, you're not." Evan mencoba menatap Hana, tapi istrinya itu malah menyandarkan tubuhnya ke belakang dan memejamkan mata. "Ngantuk?"Hana mengangguk cepat untuk menyudahi pertanyaan-pertanyaan dari Evan.Evan ikut menyandarkan tubuhnya setelah mengecup singkat puncak kepala istrinya, walaupun Evan sebenarnya tidak yakin kalau Hana benar-benar mengantuk, karena kebiasaan wanita itu adalah menunggu sampai pesawat benar-benar mengudara barulah ia akan mulai memejamkan mata. Tidak seperti ini, pesawat bahkan masih mengantre di runway bandara, tapi Hana sudah memejamkan matanya. Pasti ada sesuatu, Evan yakin itu.Keduanya tiba di Bandara Internasional Lombok saat waktu masih menunjukkan p

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   110 Resah

    Hana memperhatikan suaminya yang sedang mengepak pakaian yang akan mereka bawa. Malam itu, Evan tidak membiarkan Hana melakukan hal lain, setelah seharian menghadapi dua rapat beruntun ditambah beberapa proposal dari tim pengembangan yang harus diperiksa dan diselesaikan Hana sebelum mereka berangkat ke Lombok."Mas, besok malem nginep di rumah Mama yuk. Jadi kita berangkat ke bandara dari sana.""Boleh," jawab Evan tanpa menoleh pada Hana yang duduk bersimpuh di sampingnya. "Kenapa tiba-tiba pengen nginep di rumah Mama?""Nggak tau, pengen aja. Sebenernya aku juga kangen tidur sama Elga."Kali ini Evan langsung menoleh setelah mendengar celetukan Hana. "Trus aku tidur sama siapa kalo kamu mau tidur sama Elga?"Hana mengerucutkan bibirnya karena jawaban dari Evan menyiratkan penolakan atas keinginannya."Lagian apa enaknya sih tidur sama Elga? Paling diganggu curhatan dia.""Justru karena itu, aku tu khawatir Elga nggak ada tempat curhat."Evan menghela napas. Mungkin benar apa yang d

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   109 Pillow Talk

    "Mas, kenapa?" Hana—yang sedang melonggarkan dasi suaminya—cukup bingung dengan mood suaminya sepanjang siang hingga mereka pulang ke rumah. Suaminya itu lebih banyak diam, kadang pikirannya seperti sedang berada di tempat lain."Hmm? Nggak kenapa-kenapa kok. Puas tadi jalan-jalannya sama Ribka?" tanya Evan berusaha mengalihkan pembicaraan."Ya nggak puas lah, orang ada yang nyuruh cepet-cepet balik." Hana mengerucutkan bibir, tetapi tangannya tetap lincah bergerak melepas dasi dan kemeja yang dikenakan Evan, kemudian meletakkannya di tempat pakaian kotor. Evan sebenarnya tidak pernah menuntutnya untuk melayani sampai hal-hal kecil semacam itu, tapi Hana memilih melakukannya daripada ia harus mengomel dengan kebiasaan Evan yang sembarangan meletakkan pakaian kotor."Mas mandi dulu aja, aku ngecek makan malam ke dapur.""Kamu nggak capek?" Tangan Evan seketika memegang pergelangan Hana sebelum istrinya itu benar-benar balik badan. "Biar diurus sama bibi aja.""Aku cuma ngecek, Mas. Kam

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   108 Evan vs Arfindo

    "Han."Sapaan seorang lelaki yang berdiri di depan meja kerjanya membuat Hana langsung mendongak."Eh, Fin, udah nyampe?" Beberapa jam sebelumnya memang Hana mendapat pesan dari Arfindo yang ingin mengatur janji temu dengan Evan. Karena jadwal Evan hanya kosong di saat jam istirahat, maka Hana membuat jadwal temu mereka saat makan siang."Nggak apa-apa nih aku makan siang sama Evan? Kamu gimana?"Hana tersenyum penuh arti. "Aku yang makasih malah. Kalo kamu nggak dateng, nggak mungkin si bos mau ditinggal, padahal kan kadang aku pengen makan bareng sama temen kantorku yang lain.""Dasar, si posesif.""Ayo, kuanter sekalian aku pamit." Hana berjalan terlebih dulu lalu mengetuk pintu ruang kerja Evan."Mas, udah dateng nih tamunya," ucap Hana sambil menunjukkan senyum tanpa rasa bersalahnya. Bisa dilihatnya wajah Evan yang tertekuk karena kesal.Tanpa menunggu dipersilakan, Arfindo langsung mengambil posisi duduk di sofa yang ada di tengah ruangan."Aku makan di luar sama Ribka ya. Nant

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   107 Tentang Buah Hati

    Hana mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan retina matanya dengan pencahayaan temaram di dalam kamar yang baru beberapa kali ditempatinya itu.Evan ikut bangun saat menyadari gerakan Hana yang bangkit dari tidurnya. "Udah bangun?""Mau bantu Mama."Malam sepulang dari rumah Azka, mereka berdua memutuskan menginap di rumah orang tua Evan. Mumpung weekend, pikir mereka.Dan karena kelelahan, keduanya langsung terlelap di kamar Evan setelah ritual bersih-bersih singkat."Udah ada banyak ART yang bantu Mama.""Ya tapi kan Mama masak kalo pagi, masa aku nggak bantuin.""Mama bakal lebih seneng kalo kamu melakukan sesuatu di pagi hari daripada bantuin Mama masak.""Apa?""Bikinin cucu untuk Mama."Hana mencibir niat terselubung Evan di balik kata-katanya."Beneran, kalo nggak percaya tanya sendiri ke Mama.""Masa yang begituan ditanyain ke Mama."Evan terkekeh melihat rona merah yang muncul di pipi Hana tanpa aba-aba. "Eh, Sayang, aku mau nanya sampe lupa. Kita udah dua bulan nikah, tapi ka

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   106 Beda antara Belum Bisa Move On dan Obsesi

    "Serius lo, Han?" Vio menatap Hana dengan rasa tidak percayanya.Hari sabtu itu, keduanya memutuskan untuk bertemu dan makan siang di Sop Konro Karebosi Kelapa Gading. Vio yang kebetulan baru saja bertemu klien di daerah Rawamangun mengajak Hana untuk makan siang bersama, dan beruntungnya dia, Azka sedang berkunjung ke rumah Evan dan Hana. Kalau tidak, mana mungkin Evan akan melepaskan Hana untuk keluar di hari sabtu tanpa dirinya."Gue udah nggak bisa bedain sih, antara belum bisa move on atau terobsesi.""Terobsesi sih kayaknya. Kalo belum bisa move on itu kayak lo selama ini ke Evan."Hana yang sedang menyesap es palubutung tiba-tiba saja tersedak mendengar kenyataan yang diutarakan Vio. Kenapa dia baru menyadarinya?"Bener kan?" ledek Vio. "Lo setelah jatuh cinta sama Evan, yang entah tahun kapan itu kejadiannya, sama sekali nggak berminat jalin hubungan sama orang lain karena perasaan lo cuma buat dia. Tapi kan bukan berarti lo jadi dengan nggak tau malunya deketin Evan atau beru

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status