"Terjebak?" Crystal mengernyit, buru-buru turun dari mobil dan menghampiri Xander. Terbatuk-batuk menghirup asap yang masih mengepul dari mesin mobil—baunya menyengat seperti terbakar. "Itu kenapa?" tanya Crystal sembari menutup hidung.
"Jika kita beruntung, mesinnya hanya kekurangan air." Xander menutup kap mobil. "Tapi, jika kita sedang sial, air mungkin tidak bisa memperbaiki mobilnya."
"Lalu? Bagaimana?"
"Pilihannya hanya dua; mencari air atau menunggu pertolongan di sini." Xander menyisirkan jemarinya ke rambut. "Begini saja. Kau tetap di sini dan menunggu mobil lewat, sementara aku mencari air—"
"Tidak. Tidak. Aku ikut!" tolak Crystal cepat, lalu menatap Xander dengan bibir mencebik. Apa lelaki ini gila? Di sekitar mereka tidak ada apa-apa selain padang luas, jalanan panjang dan pohon-pohon tua. Langit mulai menggelap. Bagaimana jika ada hantu? Bagaimana jika ada orang jahat? Crystal
WILLIAM'S RANCH HOUSE, Chilcotin Country, British Columbia—Canada | 9:16 AM"Kau ... kau masih di sini."Xander terpaksa menghentikan kegiatan makannya dan menatap Crystal yang terlihat panik seperti melihat hantu."Aku pikir kau sudah memerah susu sapi, atau pergi ke pasar," lanjut Crystal dengan susah payah."Kau masih berusaha menghindariku?" tanya Xander datar sambil meneliti tiap perubahan raut gadis itu.Sudah beberapa hari berlalu, tetapi Crystal terus saja menghindarinya. Gadis ini keluar kamar setelah memastikan dia pergi memerah susu atau mengantar barang ke kota. Crystal tiba-tiba merengek ingin belajar berternak bersama Logan, bahkan ikut Lilya membeli kebutuhan peternakan di pasar dibanding menerima ajakannya."Jujur saja, Princess. Apa kau ingat yang terjadi?” todong Xander.Rona di wajah
Ada salah satu bagian favorite Crystal di ceritaAlice and Wonderland.Alice bertanya pada kelinci putih;berapa lama waktu selamanya?Si Kelinci putih menjawab;kadang, selamanya itu bisa jadi sedetik saja.Sekarang. Crystal menginginkan hal itu. Waktu berhenti di detik ini. Selamanya.Sambil menyadari tiap tarikan napas, tiap gerakan, Crystal membuka mata—menatap Xander sayu setelah ciuman mereka terlepas. Tangan Xander dengan lembut memegangi pinggul Crystal, sementara Crystal meneliti wajahnya. "Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, Princess." Bibir Xander bergetar ketika mengatakan ini, tapi Crystal melihat ketegasan di matanya. "Aku ingin kau tahu," bisiknya. "Hal yang menjadi penyesalan terbesarku."Crystal hanya membuka tutup mulut, kehilangan kata-kata. Ia bahkan nyaris tidak bisa bernapas, nyaris tidak berpikir. Semua ini terlalu ... membingun
Entah sudah berapa lama hening menyelimuti mereka.Crystal menunggu rasa panik—takut—atau keringat dingin kembali menyapa. Namun, rasa itu tidak datang. Hanya ketenangan yang nyaman saat jemari Xander turun dari pipinya lalu bersatu dengan jemarinya.Kesuraman membayangi cahaya bintang di mata Xander, tatapan yang belum pernah Crystal lihat pada laki-laki itu. "Jika kau memang masih butuh waktu untuk berpikir, aku bisa menunggu." Xander berdiri, membelai lembut puncak kepala Crystal, kemudian beranjak dan menghilang di balik pintu.Tidak. Jangan. Jangan pergi.Crystal mengusap wajahnya kasar, sementara kata-kata itu terus tersendat di kerongkongannya. Bukannya Crystal tidak mempercayai ucapan Xander. Crystal percaya. Sangat. Selama mereka bersama, tidak sekalipun Xander menyakitinya. Crystal hanyashockmelihat sisi lain dari lelaki itu. Xander mengingatkannya p
"Princess! Kau di mana?!"Crystal terbatuk, meringkuk di bawah altar. Sesak. Panas. Keringat bercucuran dari tubuhnya, kesadarannya juga nyaris habis ketika ia mendengar suara itu—menyelip dari balik kobaran api yang mulai melahap gereja. "Princess! Jawab aku!""Dad," bisik Crystal serak. Terlalu lemas untuk bersuara.Crystal mengelus dada, beringsut dan berusaha keluar, tapi kepulan asap dan api itu menahannya. Tidak bisa. Hidupnya akan berakhir di sini. Crystal menyerah. Tadi pun dia sudah berusaha keluar dari gereja ini, tapi puing-puing berapi yang runtuh itu menghalanginya, membuat Crystal memekik ketakutan, gemetar dan lebih memilih meringkuk di bawah altar—makin terjebak. Tidak akan ada yang akan menolongnya. Siapa orang gila yang akan menembus api-api sialan ini hanya untuk menyelamatkannya?Dongeng bodoh mommynya tidak ada, tidak ada pangera
S E A S O N 2 : E R E B O S The Prince really loves the Princess. The Princess is the soul and center of his life. He was willing to do anything as long as the Princess always stays beside him. Instead, the Prince made a rule for the Princess. Just one. That the Princess can't come out, even for an inch. The outside world isn't safe. There will only be her and the Prince. Unfortunately, The Princes's curiosity destroyed everything. Princess could no longer hold herself when something outside keeps calling her out. So seductive. Pulling her closer and closer. Stupidly, the Princess got hooked. She goes out, breaks the only rule made by the Prince and walks closer to someone who always stands there, waiting for her in the darkness. Faithfully watching every step
LEONIDAS Mansion, Barcelona—SPAIN | 07:10 PMCrystal.leonidas : Meng!Crystal.leonidas : Meng!Crystal.leonidas : Meng!Crystal.leonidas : We need to talk.Crystal.leonidas : Jika kau sudah membaca pesan ini, segera hubungi aku.Walaupun Crystal tahu Xander belum membalas pesannya diinstagram,tetap saja dia memeriksanya lagi—berharap Xander sudah membaca. Tapi, tidak ada. Jangankan balasan, akun itu bahkan tampak tidak aktif. Sebenarnya apa yang sedang Xander lakukan? Apa sengaja tidak membuka pesannya? Apa ... Xander marah?Crystal menghela napas frustasi, teringat dengan pertemuan mereka yang terakhir. Tidak ada kata perpisahan. Yang ada, Crystal melawan Xander
TARTARUS HOTEL, Toronto, Ontario—Canada | 02:14 PM"Masih tidak ada kabar."Crystal menoleh kebelakang mendengar suara Lilya, mendesah panjang melihat gadis itu berjalan santai memasuki ruang tamu kamar hotel dengan rambut panjang yang sedikit berantakan, tapi menambah kesan seksi dari baju rajuttanpa lengan gadis itu."Sepertinya dia memutuskan baru muncul di pertemuan.""Oke. Aku ikut ke sana saja." Crystal mengembalikan perhatiannya pada dinding kaca, menatap pantulannya sendiri yang masih mengenakan kimono mandi. Sejak datang ke hotel—Crystal bahkan belum tidur sama sekali. Menunggu Xander. Namun, kedatangannya seperti sia-sia. Belum ada tanda-tanda kemunculan laki-laki itu, sementara pernikahannya dan Aiden semakin dekat tiap detik yang berlalu. "Bawa aku datang ke pertemuan.""Sebenarnya apa yang kau perlukan darinya? Jika it
"Not now, Princess." Xander berdesis, kemudian menarik telinga Crystal dengan gigi. Tubuh Crystal goyah dan menegang. Alih-alih menjauh, ia mendekat lebih jauh—menutup mata—menikmati belaian jemari Xander di punggungnya yang terbuka. "Aku masih harus mendengar laporan anjing-anjing ini dulu.""Tapi—""George." Suara Xander memecah kebisuan di ruangan itu, termasuk protes Crystal.Pria berkulit hitam berumur sekitar tiga puluhan berdiri. Dilihat dari pin hitam, lelaki itu salah satu pemimpin rahasia. "Salam,Sir."George mengangguk hormat, lalu memandang Crystal. "Salam juga untuk wanita Anda.""Wanitaku?" Xander menyentuh wajah Crystal sambil memiringkan kepala. "Let's see,apa hubungan kami sepanjang itu untuk membuatnya menjadi wanitaku."
“Do you think this is the end? Poor of your delusional heart, Asshole. I’ll be back and show you the real nightmare. I swear!” – Persephone.FALLING for THE BEAST | EPILOGX A N D E R TYGERWELL’s Hidden Quarters, Rome—Italy Hanya butuh beberapa detik bagi Xander melewati sistem keamaan bunker Tygerwell dengan mudah. Membiarkan alat-alat canggih itu menganalisis dan mencocokkan profilnya dengan database secara otomatis.Suara ‘AUTHORIZED’ dan ‘WELCOME ELYSIUM’ dengan aksen robotik bergema di sepanjang lorong—sebelum dinding besi di ujung lorong itu terbuka. Sebuah ruanga
Crystal menggeleng pelan, terkekeh. Tubuhnya membeku. Pandangannya mengarah pada Aiden yang mendekat. Selama ini ternyata dia bekerja sama dengan Lukas.“Pengkhianat!” Lilya menggeram—menatap Rhysand dengan tatapan seganas binatang. “Berengsek kau, Rhysand!” Theodore tidak berbeda jauh, bersama Samuel, ia mengawasi sekitar lewat lirikan mata. Mencoba mencari-cari celah. Sialan. Mereka terjebak, walau bagaimana pun mereka kalah jumlah.Rhysand menyeringai, ia menggeser posisi ke sebelah Lukas, menggantikan posisi Aiden, sementara lelaki itu berhenti sepuluh kaki dari Crystal. Sangat dekat—seakan bisa Crystal raih dengan mudah. Aidennya. Lelaki yang pernah sangat ia cintai dan sekarang ia benci setengah mati.Aiden masih sangat tampan seperti yang terakhir Crystal ingat. Wajahnya memang sedikit lebih cekung, lelah juga membayangi bawah matanya. Namun, tatapan lelaki itu masih sama&mdas
“Aiden....?” Dengan kaki lunglai, Crystal melepaskan diri dari Rhysand. Namun, tidak sedikit pun pandangannya lepas. “What do you mean?” “Sama seperti keterlibatan Mr. Leonidas dengan kecelakaannya. Aku mendapatkan misi dari Mr. Leonidas utuk melakukannya.” Xavier. Tuan Rhysand adalah Xavier. Entah apa yang melatar belakangi kontrak mereka hingga lelaki ini sangat setia—Rhysand bahkan nyaris tidak pernah menyebut nama Kakaknya. Napas Crystal tersekat dalam satu detakan jantung, dia memang pernah menduga Xavier terlibat dengan kecelakaan Aiden, tapi mendengar fakta itu sendiri membuat jantungnya terasa sesak.Angeline benar, mungkin kematian Xander memang karma untuk mereka. Untuknya.Mata Crystal terasa terbakar. “Kau membunuh Aiden?”Rhysand menggeleng. “Setelah mengetahui apa yang sudah Aiden lakukan padamu, Mr.
ELYSIUM’s Mansion, Yonkers, New York City—USA | 07:15 PM “Aku akan mengumumkan kematian Xander tujuh hari dari sekarang.” Suara dingin Ares Rikkard Leonard memecah suasana makan malam yang hening. Semua orang di meja makan itu; Crystal, Javier, Anggy, Charlotte, Xavier, Aurora, Lilya, Quinn dan Andres—langsung menghentikan kegiatan makan mereka. Charlotte bahkan terang-terangan menatap Rikkard tidak percaya, sedangkan Crystal hanya diam—menatap piring makannya. “Setelah itu aku akan melakukan pemilihan CEO dan pewaris Leonard.”“What did you say?!” Charlotte mendesis rendah. “Anak kita belum ditemukan, dan yang kau pikirkan hanya—““Kau suka atau tidak, aku butuh pewaris. Leonard butuh pewaris. Karena itu pengumuman kematiannya diperlukan. Apa masalahnya? Bukankah kita juga sudah melarungkan bunga unt
Hari-hari berganti dengan samar.Setelah tertidur hari itu, Crystal mengalami demam tinggi, kondisinya juga tidak kunjung membaik bahkan setelah lewat seminggu. Selama itu pula tidak ada informasi berarti terkait private jet Xander. Hanya ada info rute beserta titik radar terakhir sebelum pesawat itu menghilang. Dari rekaman komunikasi Pilot dengan Air traffic Controller yang terakhir, juga tidak ditemukan tanda-tanda pesawat itu mengalami masalah. Jejaknya bersih, seakan private jet itu menghilang begitu saja.Nyaris semua headline berita dipenuhi kecelakaan pesawat pewaris Leonard, beberapa ahli bahkan memprediksi pesawat itu terjatuh karena turbulance mesin akibat cuaca buruk. Karena itu, pencarian dilakukan dengan menyisir di sekitar titik terakhir keberadaan pesawat di radar, berusaha mencari titik terang.Crystal berharap sebaliknya. Sedikit pun, ia tidak berharap bang
ELYSIUM’s Mansion, Yonkers, New York City—USA | 11:55 PM Xander masih belum datang.Crystal melirik jam dinding dan pintu bergantian. Hari ulang tahunnya hanya bersisa beberapa menit lagi, lilin yang Crystal nyalakan di meja makan juga sudah terbakar separuh. Namun, belum ada tanda-tanda kemunculan lelaki itu. Kegelisahan mulai memenuhi Crystal hingga jemarinya berkali-kali gemetar.Where are you?Satu pesan lagi Crystal kirimkan ke ponsel Xander. Namun, tetap tidak ada jawaban. Padahal itu cara komunikasi satu-satunya setelah Xander memutuskan koneksi micro chip mereka. Sialan. Jika lelaki itu berniat muncul di detik-detik terakhir sembari mengatakan ‘Am I late, Princess?’ dengan cengiran khasnya—maka lelaki itu akan mati. Crystal tidak akan me
TYGERWELL DOME, Yonkers, New York City—USA | 04:05 PM “Get up!” Napas Crystal terengah, ia terbaring di atas lantai keras dengan kulit dibasahi keringat. Jemarinya bahkan gemetar parah. Crystal baru saja menutupi wajahnya dengan sebelah lengan ketika Theodore melangkah mendekat. “Kau kesakitan karena cara memukulmu salah. Telunjuk dan jari tengah—itu harusnya yang menjadi tumpuanmu,” ucap Theodore, matanya menunjuk memar-memar di telapak tangan Crystal.“Kita sudah berlatih seharian! Bagaimana aku bisa memikirkan itu?!”“Kau pikir tidak akan ada kemungkinan pertarungan sebenarnya berakhir lebih lama dari ini?” Theodore mengulurkan tangannya untuk membantu Crystal bangun, menunjukkan sedikit kebaikan hati setelah melatih Crystal bak pembunuh berdarah dingin—persis seperti yang dikatakan Xander.
ELYSIUMs Mansion, Yonkers, New York City—USA | 11:57 PM “Theo, aku memintamu menjaga Crystal.” Xander berkata di depan perapian, tepat di tengah malam yang pekat. Di sekitarnya, Theodore, Rex, Lilya—bahkan Samuel sudah berkumpul. Theodore bersandar di salah satu dinding, Samuel berdiri tegap di samping Rex, sementara Lilya duduk di sofa bersama Crystal. Setelah apa yang terjadi hari ini, kaki Crystal masih terasa lumpuh. “Buat semua agent bayanganku menjaganya juga. Untuk Samuel, kembalikan dia ke markas Tygerwell.”Crystal terbelalak. “Ini bukan salah Samuel. Tidak mau. Aku tidak mau berganti penjaga!”“Kau harus.”“Sam tidak salah!”“Benar, itu kesalahan tuan Putri kita yang terlalu naif.” Sekalipun perkataan Lilya benar, Crystal tetap menatap kes
LEONARD Center, New York—USA | 12:14 AM “Akan lebih baik jika pemilihan CEO Leonard yang baru dilakukan secara terbuka. Tanpa ditunjuk—semuanya bebas mencalonkan diri dengan persetujuan dewan direksi sekalian.” Suara berat dan rendah Liam Leonard memenuhi ruang rapat besar pimpinan sekaligus dewan direksi Leonard. Lelaki tiga puluh tahun bermata coklat, tubuh tegap dengan jambang tipis itu duduk di sisi kursi sebelah kanan, bersebelahan dengan Lukas Leonard—yang terlihat tampan dengan setelan hitam resmi.Penampilan Lukas tidak berbeda jauh darinya, kecuali tubuh tegap yang lebih besar khas lelaki Italia dan wajah yang lebih tua. Xander sendiri duduk di sisi sebelah kiri, tepat di sebelah Ares Rikkard Leonard yang kursinya berada di tempat terujung meja. Pusat dari semuanya.Suara deheman mengudara, diikuti tatapan memicing Rikkard. “Apa kau sedang