Teriakan Sopo Barungan membangunkan Barata dari lamunannya. Dia segera melompat ke belakang dan menghindari pukulan makhluk batu itu. Saat dia melihat posisinya kembali, dia melihat sebuah lubang yang besar dengan retakan yang tak terhitung jumlahnya. Barata menatapnya dengan ngeri sambil merasakan betapa kuatnya makhluk itu. Dari pukulan itu, dia tahu jika tubuhnya bisa hancur jika menerimanya mentah-mentah.
“Makhluk yang menakutkan, pantas saja jika pusaka itu berada di dalam batu-batu itu. Mungkin saja kekuatannya terkait dengan batu atau makhluk. Jika aku bisa mendapatkannya maka ini akan sangat baik!” Barata menatapnya sambil berpikir tentang kekuatan yang dimiliki oleh pusaka itu. Paling tidak dia bisa menebaknya meski tak sepenuhnya benar.
Dia menembakkan bola api, tapi tak ada pengaruh apapun. Sekali lagi dia melihat makhluk itu dan berpikir kembali. “Serangan api tak berpengaruh, berarti Pusaka Kalimedeni dan Pusaka Batu Api tak memiliki peng
Kekuatan hidup Barata seperti tersedot dengan kuat. Dia tidak bisa melepaskan tangannya dari tempat itu dan terus berada dalam keadaan yang buruk. Keringatnya tidak berhenti keluar dan terus membuatnya basah. Barata tidak bisa merasakan kekuatannya, seolah dirinya berada dalam keadaan yang putus asa. Dia juga tidak bisa melihat pasukannya yang sedang bertarung dengan ganasnya melawan monster yang muncul. Mereka bertarung dengan sekuat tenaga dan banyak dari monster yang terbunuh begitu juga dengan pasukannya.Barata merasakan tekanan yang hebat datang dari balik batu itu. Dia berusaha keras untuk bertahan tapi rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya terlalu mengerikan . Semua rasa sakit itu terpusat di telapak tangannya. Saat dia mencoba untuk menariknya, hisapan yang terjadi semakin kuat dan tidak masuk akal. Dia hanya bisa bertahan melaluinya. Awalnya dia masih mampu menahan rasa sakit itu, tapi setelah terus menerus merasakannya, dia benar-benar terdiam tanpa bisa ber
Barata melihat keadaannya saat mendapatkan serangan dari makhluk itu, dan dia benar-benar tidak percaya jika dia terluka olehnya. Darah mengalir keluar baik dari mulut ataupun dadanya. Dia menatap makhluk itu kembali dan mrncoba melihat keadaannya, tapi begitu matanya tertuju pada makhluk itu. Dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Makhluk itu tewas dengan badan yang tak utuh dan reruntuhan batu berceceran di sekitar makhluk itu.Keadaannya memang berbalik, tapi Barata sama sekali tidak bisa merasa tenang dengan keadaan yang tidak biasa itu. Memang makhluk itu sudah binasa di tangannya, tapi entah kenapa dia merasa energi makhluk itu tidak memasuki tubuhnya dan menguap lenyap entah kemana. Dia menatap pusaka itu, dan ingin rasanya dia berjalan ke arahnya dan mengambilnya. Barata menatapnya cukup lama, tapi dia sama sekali tidak bisa merasa tenang dengan keadaannya.Barata tahu pasti ada sesuatu yang tak biasa dari tempat itu, perasaan ditekan tak pernah menghilang da
Setelah melalui rasa sakit yang tidak terukur, Barata merasa tubuhnya dipenuhi dengan energi yang tidak terbatas seolah dia baru saja melalui neraka dan bertemu dengan surga. Tidak peduli apa yang terjadi setelahnya, Barata tidak tahu. Dia pingsan setelah keluar dari tempat itu, entah karena jiwanya yang tak kuat akibat dari menerima banyak pusaka atau karena fisiknya yang lelah ditambah dengan luka yang menumpuk dan bertambah banyak.Barata merasa tidak tenang setelah dia sadar. Dia khawatir dengan pasukannya, tapi ketika dia sadar hari sudah gelap dengan bintang dan bulan yang menghiasi langit dengan hawa dingin yang menusuk tulang. Barata tidak mengetahui sudah berapa lama dia tak sadarkan diri. Namun, saat dia menatap ke arah bawahannya, dia sadar bila mereka semua sudah melalui sebuah pertempuran yang sulit dan melelahkan. Ketika dia menyaksikan betapa lelahnya bawahannya, dia merasa tidak tenang.“Ketika mereka bertarung melawan makhluk-makhluk itu, aku yak
Barata menunggu kedatangan dari pasukan pelopor yang dipimpin oleh Bawono. Memang benar jika dia sedang berada dalam perjalanan dulu. Namun, dia tidak ingin kehilangan kabar dari mereka. Bagaimanapun juga sebuah kabar dari mereka bisa membawa sebuah perubahan tak terkira pada keputusannya. Saat ini dia hanya ingin pergi menuju ke Kota Sawarangun secara langsung. Namun, dia yakin jika ada sebuah masalah di depan sana jika dia terburu-buru. Oleh karenanya, dia menjadi lebih berhati-hati daripada seharusnya.Terburu-buru merupakan satu tindakan yang ceroboh dimana bisa membawa sebuah petaka tak terkira datang menghampiri. Jadi, Barata benar-benar memikirkannya dalam-dalam. Dia tidak bisa tidak memperhitungkan hal tersebut karena keselamatan pasukannya menjadi satu hal yang tidak bisa dia abaikan. Barata bukan hanya berpikir untuk membuat masalah, tapi dia harus memikirkan cara untuk meniadakan masalah tersebut. Kali ini masalah itu ada di depannya dan terkait erat dengan pasukan
Saat ini Barata berada di sebuah tempat yang menjadi salah satu markas sebuah faksi bernama Kapak Silang. Ketika dia berada di tempat itu, dia melihat sebuah tempat yang memiliki pagar yang kuat dan terbuat dari kayu yang diruncingkan. Tentu saja, ada sebuah menara pengawas. Barata datang dengan mengenakan pakaian yang cukup baik dan hal itu membuat siapa saja yang melihatnya curiga. Dia terlalu mencolok untuk disebut sebagai pengungsi. Kehadirannya segera menarik perhatian banyak pihak. Para penjaga yang berada di gerbang pun segera menjadi siaga saat melihat Barata. Mereka menarik parangnya keluar sambil menatap Barata yang diam tanpa melakukan apa-apa. Mereka juga tidak bisa menyerangnya secara asal karena Barata mengeluarkan aura yang mencekik dan menbuat siapa saja merasa ngeri. Mereka memerintahkan salah satu orang untuk membunyikan lonceng dan memberitahu pemimpin tentang kehadiran seorang pria yang sangat berbahaya. Barata diam tanpa melakukan apa-apa saat me
Barata kembali ke markasnya. Dia memperhatikan pasukannya yang sedang beristirahat. Dia mengamati mereka sambil menunggu pria-pria yang dia beri tugas. Selain itu, di juga menunggu beberapa orang yang memantau beberapa area yang kemungkinan besar akan menjadi medan perang. Dia perlu menyiapkan semuanya dengan matang sebelum benar-benar bertindak melawan mereka. Pekerjaan seperti ini bukan sesuatu yang mudah. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Namun, perang ini pasti akan menjadi besar. Mungkin saja seluruh faksi di tempat ini akan keluar seperti yang aku harapkan. Namun, di antara mereka pasti ada yang pandai dan mengerti jebakan di dalamnya. Sayangnya, sebuah situasi yang sudah tercampur oleh emosi tidak dapat diselesaikan hanya dengan kata-kata saja. Perang pasti terjadi, hanya di posisi mana kita akan berada!” Barata memikirkannya dengan baik dan mengunggah satu poin penting yang tak dipikirkan oleh yang lainnya. Kemenangan tidak berada di tanganny
Kehadiran dari berbagai faksi itu membuat Barata bergerak lebih cepat. Meski dia masih ragu apakah mereka akan bertempur atau tidak. Dia tetap pergi ke Kota Sawarangun. Dengan perasaan yang tidak menentu, dia pergi ke tempat tersebut. Melihat sebuah gapura dan pintu masuk yang begitu besar dengan setiap ukiran yang begitu indahnya. Barata tidak lantas masuk ke dalam area tersebut. Dia tetap berada di posisi awal dan terus menatap ke arah pintu itu. Perasaan tidak berdaya merasuk ke dalam hatinya, dan dia tidak bisa menolaknya. Perasaan cemas juga menggandrungi perasaannya saat dia menatap ke arah dalam. Jika hanya Zombie Kabewo, Zombie Monar, dan Zombie Durma. Barata tidak akan terlalu khawatir, tapi jika di tempat itu terdapat makhluk yang jauh lebih mengerikan dari ketiganya, dia tidak tahu harus bagaimana. Barata tahu jika situasi bisa berkembang ke arah yang sangat buruk saat ini. Namun, dia harus melakukannya. Taruhannya terlalu besar dan dia tak bisa kehilangannya. Jad
Situasi sudah tidak nyaman, Barata yang memerintahkan pasukannya untuk bergerak menyerang mereka yang sedang bertarung. Dia sama sekali tidak membiarkan pertempuran itu berakhir menjadi sesuatu yang tidak bisa dia bayangkan. Bagaimanapun jua, situasi yang dia hadapi sungguh berada di luar perkiraannya. Perang yang seharusnya merenggut banyak nyawa malah berakhir dengan biasa saja, tanpa ada sesuatu yang berlebihan.Keadaan di medan perang telah berubah ke titik yang sangat tidak biasa. Siapa saja yang melihat tempat itu akan merasakan kengerian yang sebenarnya. Zombie-zombie itu bergerak serentak bagaikan wabah yang tidak dapat dihindari. Barata yang menyaksikan bagaimana mereka bergerak pun terdiam dan tidak menyangka jika mereka akan menggunakan serangan yang begitu memuakkan. Barata tidak mau keadaan berubah menjadi lebih buruk lagi.Mereka yang sedang bertarung satu dengan lainnya pun segera menghentikan tindakan mereka dan bergegas untuk menyerang zombie-zombie ya