Beranda / Urban / Enam Tahun Tanpa Malam Pertama / 57. Bukan istri, tapi budak.

Share

57. Bukan istri, tapi budak.

last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-15 19:39:26

"Bangun Siwi! Hei, bangun! Sial! Menyusahkan saja!" umpat Raka sembari melepas ikatan tali di kedua tangan istrinya. Siwi lagi-lagi pingsan dengan keadaan sangat menyedihkan. Bagaikan mayit hidup. Tubuhnya kurus kering, rambutnya berantakan tidak pernah disisir. Aroma tubuhnya mau keringat, belum lagi aroma Pesing di kasur, karena Siwi terikat dan terpaksa buang air kecil di sana.

Dia bukanlah istri, melainkan budak yang dipasung. Dalam keadaan mungkin hampir mati, Raka sama sekali tetap tidak mengasihaninya. Lelaki itu memindahkan tubuh Siwi ke kursi kayu, lalu dia sibuk melepas kain alas kasur yang sangat berbau Pesing. Tubuh Siwi sama sekali tidak ia tutupi apapun. Lebih kepada, Raka sedikit jijik dengan penampilan Siwi yang kotor seperti gelandangan yang telanjang di jalanan.

"Kamu dan orang tuamu, bisanya menyusahkanku saja!" umpat Raka lagi dengan menahan napas.

Setelah beres dengan kasur. Raka kembali menggendong tu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   58. Melarikan Diri

    Srak!Srak!Siwi terus berlari dengan kaki telanjangnya. Menyusuri jalanan hutan dalam gelap malam."Siwi! Matilah Kau dimakan harimau!" pekik Raka dengan suara menggelegar. Siwi pias, kakinya semakin cepat berlari meninggalkan rumah besar.Bugh!"Sst ... Aaargh!" Siwi terjatuh, lalu dengan cepat ia berdiri lagi dan berlari. Burung hutan berterbangan di atas kepala. Saling sahut makhluk hutan lainnya tak membuat Siwi urung, ataupun takut sama sekali. Ia terus berlari, walau kakinya menginjak duri.Jauh dan semakin jauh. Matanya tidak bisa melihat apapun, karena keadaan sangat gelap. Tangannya terluka terkena ranting pohon yang tajam, karena meraba jalan di sisi kanan dan kirinya.Brem!Brem!Suara mobil dari kejauhan, membuat Siwi ketakutan. Ia kelimpungan mencari tempat untuk bersembunyi. Pasti suara mobil itu adalah mobil Raka. Ia pun yakin, ja

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   59. Pernikahan Raka

    3 Tahun Kemudian"Sayang, undangan untuk teman-teman kampus sudah kamu sebar'kan?" tanya Raka pada Rena saat keduanya tengah menikmati makan malam di sebuah cafe di bilangan di pusat kota Surabaya."Sudah semua, Sayang. Persiapan sudah sembilan puluh lima persen. Tinggal kita saja," sahut Rena sambil tersenyum lebar. Matanya kembali melirik cincin berlian pemberian Raka;lelaki yang hampir lima tahun ini menjadi pacarnya."Sepulang dari sini, kita mampir ke rumah ya? Udah kamu hias belum? Aku udah beli furniture yang kamu pesan itu. Udah dikirim dan sudah sesuai dengan kehendak Tuan Putri, bukan?" tanya Raka dengan senyuman hangatnya."Udah, Sayang ... Nanti saja ke sananya. Lagian pamali, belum menikah sudah menempati rumah baru. Kejutan pokoknya. Kamu pasti suka. Oh iya, mulai besok kita sudah tidak boleh ketemu, kata Mama. Aku dipingit," uja

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   60. Raka Depresi

    Ini sudah botol minuman keras kesepuluh yang dihabiskan oleh Raka. Lelaki itu bagaikan orang gila yang kehilangan arah, saat ditinggalkan begitu saja oleh calon mempelai pengantinnya, tepat di hari bahagia mereka. Luka pedih itu semakin menganga. Luka akan kekecewaan pada wanita di masa lalu, kini ia dapatkan di masa depan. Lucunya lagi, kejadian itu sama persis saat dia menjadi pahlawan kesiangan untuk Siwi;wanita yang pernah menjadi istrinya.Katakan ini karma, tetapi ini terlalu kejam untuk seorang Raka yang sudah berusaha melupakan kelamnya masa lalu. Tangan kekarnya yang berurat tebal, masih memegang ujung botol kesebelas dan bersiap memasukkannya kembali ke dalam mulut."Jangan diteruskan, Bos! Nanti bisa berakhir di rumah sakit. Tolong, Bos!" Tangan kekarnya dicekal oleh Dion. Asistennya itu tidak tega melihat Raka yang menggenggam minuman keras bagaikan orang kesurupan."Jangan urusi aku! Aku tidak akan pernah mati

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   61. Edwin bertemu Ayumi

    Siwi baru saja selesai memasukkan dua puluh kilogram singkong dan dua puluh kilogram jagung ke dalam karung besar. Subuh nanti, selesai salat, dia berencana akan mengantarkannya ke pasar di kota. Kakek Usman sedang tidak sehat, dari kemarin diare. Siwi tidak tega jika membiarkan kakek tua yang telah sangat baik padanya dan juga gadis kecilnya, melakukan pekerjaan berat, disaat kurang sehat."Kamu yakin mau mengantarkan ke pasar?" suara tua itu membuat Siwi menoleh. Kakek Usman masih setengah berbaring di ranjang kayunya yang sudah lapuk."Iya. Kasian Uda Jainal kalau kita tidak mengantar pesanannya. Udah Jainal sudah menjadi langganan terbaik Kakek'kan?" Siwi tersenyum. Lalu beranjak keluar rumah melalui pintu belakang. Maklumlah, namanya di kampung. Di dalam hutan pula. Tidak ada kamar mandi yang berada di satu ruangan. Kamar mandi pasti terpisah dari rumah utama.Awal-awal tinggal bersam

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-16
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   62. Raka Gila

    Edwin masih memperhatikan ibu dan anak yang masih mengantre di depan kasir apotek. Dia mengulum senyum dari balik rak madu, tempat ia bertabrakan dengan gadis kecil tadi."Wajahnya mirip dengan Raka saat kecil. Jika mereka disandingkan, pasti banyak orang yang akan mengatakan bahwa mereka adalah ayah dan anak," gumam Edwin dalam hati.Gadis kecil itu menoleh kembali padanya sambil melambaikan tangan. Edwin membalas lambaian tangan dengan senyuman hangat. Dengan gerakan cepat, Edwin mengambil ponselnya, lalu memotret Ayumi tanpa diketahui oleh ibunya. Edwin mengarahkan kamera ponsel pada gadis kecil itu dan di depan sana, Ayumi tersenyum dengan sangat manis. Edwin sampai terpana, seakan ia melihat Raka saat seusia Ayumi."Resep atas nama Tuan Raka Hidayat," seru petugas apotek. Edwin menghampiri panggilan yang ditujukan untuknya. Siwi yang mendengar nama yang tidak asing baginya, menjadi sangat ketakutan. Ia menoleh k

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   63. Edwin Babak Belur

    Edwin mengangkat kepalanya dengan perasaan putus asa. Wajahnya sudah babak belur dipukuli oleh Teja;ayah dari Siwi. Lelaki itu mengusap sudut bibirnya yang berdarah dengan punggung tangan. Walau sangat pedih dan menyedihkan, tetapi ia tidak bisa protes apapun. Dia berhak mendapatkan semua ini karena sudah menjadi orang tua yang tidak becus mengurus anak lelakinya.Teja masih terengah-engah dengan wajah penuh keringat. Tangan kanan dan kiri yang ia pakai untuk memukul Edwin terasa kebas dan juga berdenyut. Jika saja membunuh itu boleh, maka dia sudah pasti membunuh lelaki yang seumuran dengannya ini."Kenapa kalian lakukan ini pada Siwi? Kenapa?!" bentak Teja lagi dengan suara bergetar."S-saya benar-benar tidak tahu, Teja. Saya berkata jujur. Saya pasti sudah datang kemari jika tahu Raka menikahi Siwi." Edwin kembali mengiba dengan suara yang begitu payah. Tidak mudah mengeluarkan kalimat, disaat bibirnya terluka.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   64. Mencari Jejak Siwi

    Edwin dengan setia mendengarkan ocehan Raka yang masih asik menatap ponselnya, dengan memanggil nama 'Siwi'. Tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini, karena Raka tidak memberikan ponsel itu kembali ke tangannya. Padahal Edwin ingin sekali mengirimkan foto itu pada Dion, kemudian meminta lelaki itu untuk mencari informasi perihal wanita yang berkali-kali dipanggil 'Siwi' oleh anaknya.Edwin duduk di kursi, sedangkan Raka duduk di bawah. Rambut gondrong yang tumbuh sangat lebat dan tak terurus milik Raka, dengan sangat pelan dan hati-hati ia sisir hingga rapi. Setelahnya ia kuncir tinggi bak ekor kuda. Hormon Raka memang seperti itu, jika ia dalam keadaan mood tidak baik, maka rambut dan jampangnya akan mudah tumbuh dengan subur."Kita mandi ya, Ka? Nanti Papa ajak Siwi ke sini. Kamu mau?" rayu Edwin sambil berbisik. Raka yang tengah mematung menatap ponsel papanya, seketika menoleh dan sorot mata kosong itu bagaikan penuh harap."Siwi ya?" katanya lagi mema

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   65. Menjumpai Raka

    "Siapa ya? Ada apa ini?" Kek Usman muncul dari balik tubuh Edwin. Lelaki tua itu menautkan alisnya, memandang heran dua orang tamu di depan rumahnya. Edwin tersenyum, begitu pun Dion. Mereka memberikan jalan pada kakek tua agar bisa masuk ke dalam rumahnya yang sangat sederhana."Masuklah,," ujar Kek Usman dengan suara rentanya. Siwi masih belum sadar dari keterkejutannya, malah mematung di ruangan depan yang biasanya dijadikan tempatnya bermain bermain bersama Ayumi. Hanya ada tikar tua tergelar di sana sebagai alas duduk."Jangan, sungkan. Ayo masuk." Kek Usman berjalan ke belakang untuk mencuci tangan. Edwin dan Dion sudah duduk di atas tikar masih dengan mulut terkunci."Siwi, kamu belum pernah lihat orang kota ya? Ampe bengong gitu. Ayo, buatkan minum. Teh saja." Perintah Kek Usman membuat Siwi tersadar, lalu dengan gerakan cepat menarik tangan Ayumi ikut ke belakang bersamanya untuk membuatkan minum. Kepalanya masih

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18

Bab terbaru

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   95. Malam Pertama

    Edisi Malam Jumat"Wajahmu mengerikan sekali." Zamir menatap sinis Rena yang masih mendekam dalam penjara. Hari ini adalah tahun keenam ia dihukum. Masih ada empat tahun lagi yang harus ia lewati di dalam penjara untuk membayar semua perbuatannya yang telah merugikan banyak orang, sekaligus melakukan tindakan hampir membunuh seseorang dengan sengaja."Kalau lu kemari cuma mau mengejek gue, sebaiknya lu pergi aja!" Rena bangun dari duduknya dan bermaksud meninggalkan Zamir. Lelaki teman tidurnya sekaligus lelaki yang membuat semua rencananya yang hampir menguasai harta Erlan berhasil."Raka menikah hari ini. Pestanya sangat meriah. Apa kau tidak ingin lihat, bagaimana kebahagiaan kembali padanya? Heh, wanita yang pernah ia nikahi, kembali menjadi istri sahnya dan kau tahu, dia akan menjadi salah satu penerus keluarga Teja Corp. Ah, satu lagi ... Erlan juga

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   94. Pernikahan Siwi dan Raka

    PTM 48Hari pernikahan besar antara Siwi dan Raka digelar di sebuah hotel bintang tiga milik Teja yang baru saja sebulan resmi beroperasi. Berlangsung di ballroom yang cukup megah dan luas, pasangan Siwi dan Raka-lah yang pertama kali menggunakan tempat itu sebagai lokasi sakral mengucapkan janji suci pernikahan. Ruangan yang dengan kapasitas menampung maksimal kurang lebih seribu lima ratus orang. Namun tidak perlu khawatir dengan kapasitas maksimum itu, karena tamu dijamin tidak akan berdesakan dan penuh karena area foyer dari ballroom ini sangat luas.Ada yang menarik dari acara pernikahan anak pemilik hotel baru di Jakarta ini, tidak adanya pelaminan megah, tempat tamu memberikan doa dan selamat. Lalu di mana kedua pengangtin itu akan duduk? Siwi dan Raka memiliki konsep bahwa mereka yang akan berkeliling menyambut tamu yang datang. Kenapa tidak ada pelaminan dalam sebuah pesta pernikahan? Bukankah pelaminan itu hal wajib dalam sebuah pe

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   93. Pesta Ulang Tahun Ayumi

    6 Tahun KemudianHari Sabtu yang begitu dinantikan oleh anggota keluarga besar Teja dan Ria pun tiba. Hari yang akan dilangsungkannya pesta ulang tahun Ayumi; cucu mereka yang telah berusia delapan tahun.Pesta digelar dengan meriah di dalam rumah Teja yang baru saja selesai direnovasi. Yah, setali tiga uang. Sambil mengadakan pesta ulang tahun, Teja juga mengadakan syukuran acara rumah barunya yang semakin bagus dan mewah. Ada beberapa tamu artis dan petinggi yang datang memberikan selamat.Pesta yang digelar di dalam ruangan, tetapi juga tamu dipersilakan untuk menikmati pemandangan luar rumah yang sangat asri. Teja berhasil mendesign rumahnya dengan ide dan sesuai keinginannya sendiri. Begitu melihat hasilnya, ia sangat puas.Semua tamu yang datang ke rumahnya tentu saja membawa banyak kado untuk Ayumi. Gadis kecilnya yang semakin hari semakin cantik d

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   92. Ketuk Palu Hakim Pengadilan

    Rena terus saja menggaruk tubuhnya yang terasa sangat gatal. Tidak hanya di kedua kaki dan tangan, Rena juga mengalami rasa gatal di leher dan juga wajahnya. Entah apa yang terjadi sehingga tahanan lain tidak mau satu sel dengan Rena, karena amat jijik dengan bau busuk serta kudis yang muncul di permukaan kulit wanita itu.Seorang dokter sudah didatangkan untuk memeriksa Rena dan ia pun sudah diberikan salap dan juga obat yang harus diminum sehari tiga kalia agar rasa gatalnya hilang. Namun sangat disayangkan, wanita itu masih terus menggrauk seluruh tubuhnya. Jangankan tahanan lain, sipir penjara dan pengacaranya saja tidak sanggup duduk berlama-lama di dekat karena karena bau bangkai seperti bangkai tikus tercium hidung mereka. Rena pun hampir frustasi dengan keadaannya yang sangat menyedihkan. Tidak ada siapapun yang bisa menoleongnya, karena kedua orang tuanya juga masuk ke dalam penjara, karena kasus penggelapan

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   91. Permintaan Siwi

    PTM 44Kondisi kesehatan Evan berangsur pulih. Polisi menjadwalkan reka ulang kejadian esok hari. Kepada pihak kepolisian, Evan sudah mengakui kesalahannya atas penyekapan berencana bersama tiga orang pria suruhannya. Semua itu ia lakukan karena sakit hati—merasa dipermainkan oleh Siwi. Jejak ciuman Siwi dengan Raka yang nampak di matanya, membuat lelaki itu buta dan nekat melakukan kejahatan yang belum pernah ia lakukan.Erlan pun sudah mulai pulih, tetapi masih dirawat di rumah sakit, karena kepalanya masih sering sakit. Lelaki itu belum mengetahui perihal pengakuan Evan dan Rena yang sudah mendekam di jeruji besi. Pak Sulis yang meminta pada pihak kepolisian untuk menahan diri memberitahukan apapun pada Erlan, karena Erlan memiliki riwayat penyakit jantung.“Siapa kamu?” tanya Erlan pada wanita bertubuh semok yang tengah duduk termenung di sofa kamar perawatannya. Wanita itu menoleh, lalu dengan sigap be

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   90. Tertangkap

    Siwi terbangun berjam-jam berikutnya. Sinar matahari pagi yang masuk ke kamar perawatannya, membuat Siwi merasakan matanya sedikit silau. Setelah matanya dapat menatap jelas langit-langit kamar, Siwi pun merenggangkan ototnya yang kaku. Kulitnya terasa tertarik dan begitu kebas karena tangannya terlalu lama diikat pada sisi tempat tidur.Jika kemarin ia belum terlalu merasa ya nyeri di sekujur tubuhnya, tapi pagi ini tubuhnya terasa sangat sakit. Siwi menoleh ke samping, tepatnya ke arah sofa. Papa dan mamanya tengah terbaring dengan lelap. Entah pukul berapa mereka baru tidur setelah menjaganya semalaman. Jam di dinding sudah menunjukkan angka sembilan dan Siwi mulai merasakan cacing di dalam perutnya melakukan orasi.Siwi ingin bangun setengah duduk untuk mengambil air, tetapi tubuhnya tidak mampu digerakkan. Kali ini ia meringis saat merasakan nyeri pada pinggang dan juga pangkal lengan. Merasa ada pergerakan dari brangkar putriny

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   89. Rena Melarikan Diri

    Rena sudah meninggalkan kota Jakarta dengan menyewa mobil rentalan. Wanita itu ketakutan dan kabur keluar kota tanpa membawa banyak barang. Ia terlanjur takut akan kedatangan polisi ke apartemennya. Rena hanya membawa satu tas koper kecil dan beberapa surat berharga suaminya dan juga berkas-berkas usaha showroom miliknya.Awalnya pemilik rental tidak mengijinkan karena tidak menyertai sopir dari mereka. Namun Rena bersikeras ingin menyetir sendiri, sambil memberikan uang rental yang ia berikan dua kali lipat. Tentu saja pemilik rental tergiur dengan uang sepuluh juta di depan wajahnya. Rena juga berani meninggalkan KTP-nya sebagai barang bukti, jika ia tidak kembali dalam waktu tiga hari.Rena juga memberikan alamat orang tuanya (palsu) sebagai bukti kuat bahwa ia tidak mungkin melarikan diri membawa mobil rental yang ia pilih sangat biasa saja.Rena berhenti di rest area saat ponselnya berdering. Lelaki yang selalu saja m

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   88. Malangnya Erlan

    ["Apa? Evan sekarat? Papa jangan sembarangan bicara! Dia ke kantor tadi. Oke,oke ... Erlan segera kembali ke Jakarta dan langsung ke rumah sakit."]Erlan menekan gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sebelah tangannya memegang setir, sebelah lagi terus menghubungi Rena. Karena tak kunjung diangkat oleh istrinya, Erlan memutuskan untuk meninggalkan pesan suara.["Evan sekarat di rumah sakit XXX. Aku harap kamu ke sana sekarang! Aku sudah berada di tol, mungkin dua jam lagi baru sampai."]SendRena baru saja keluar dari kamar mandi. Tubuhnya segar dan wangi karena memakai sabun dan lulur yang baru saja ia beli dari salah seorang temannya. Konon, lulur ini sudah didoakan oleh seorang dukun sehingga setiap wanita yang memakainya akan selalu terpancar aura kecantikan dan juga aroma tubuh yang memabukkan setiap pria.Kopernya

  • Enam Tahun Tanpa Malam Pertama   87. Pesan Raka pada Edwin

    Tangan Raka diborgol, lalu digiring masuk ke mobil polisi. Sedangkan Siwi masuk ke dalam ambulan ditemani oleh salah satu polwan. Siwi masih menangis tersedu melihat Raka yang menunduk di dalam mobil. Lelaki itu tidak mengatakan apapun, selain menitipkan Ayumi padanya. Jika Raka akan langsung dibawa ke rumah sakit, maka Raka langsung mendekam di penjara.Mendengar putrinya berada di rumah sakit, Teja dan juga Ria segera meluncur ke sana. Pihak rumah sakit tidak mengatakan apapun perihal Siwi. Mereka hanya mengatakan bahwa putri mereka sedang berada di rumah sakit dan dalam keadaan tidak baik-baik saja.Teja mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikiran buruk akan kemalangan putrinya semenjak munculnya Raka, membuat lelaki itu kesal. Di dalam hatinya pun menyimpan dendam pada Raka, jika sampai terjadi sesuatu pada putrinya."Pelan, Pa. Jangan sampai kita juga celaka karena Papa tida

DMCA.com Protection Status