“Kamu mengenalku?”
Gelmar memeriksa foto-foto yang ada di sakunya. Tidak diragukan lagi. Si Tomboy dengan kemampuan bela diri yang mumpuni. Jawara dalam berbagai turnamen nasional. Istimewanya lagi dia sudah menggunakan sabuk hitam.
“Namaku Adelia Putri. Putri angkat ke tiga. Aku tahu kamu lewat pesan telegram Sancez.”
Gelmar bisa bernafas lega. Akhirnya ada salah satu putri angkat yang mengenalnya. Memang dari awal perasaannya sangat klop dengan gadis tomboy ini.
“Sekarang kita fokus menyelamatkan Miranda. Lawan kali ini bukan main-main. Aku berharap kamu bisa mengerahkan semua kemampuanmu.”
Mobil yang mereka ikuti berhenti di sebuah gudang. Adel menaikkan laju kendaraannya tepat ketika pintu gudang itu akan ditutup.
“Brak!”
Mobil offroad itu berhasil masuk. Menimbulkan efek debu beterbangan. Muncul bayang-bayang Adel dan Gelmar yang turun dari mobil itu.
Sosok mereka jelas begitu melangkah ke depan mobil. Baru pada saat itu. Pandangan mulai kentara. Terlihat puluhan orang mengacungkan senjata tepat ke arah mereka. Sedangkan Miranda dibekap di tempat paling belakang. Sorot mata gadis berambut merah itu memelas meminta pertolongan.
“Satu umpan, dua mangsa sekaligus, haha….”
Terdengar suara dari salah satu pria berjubah membahana di gudang. Disambut oleh tawa seluruh anggota mafia. Empat pria berjubah itu bertudung dengan masker yang menutupi wajah mereka sehingga sangat sulit untuk dikenali.
“Lepaskan Miranda! Atau ku obrak-abrik markasmu ini!”
Adel berteriak lantang. Gadis itu sama sekali tak gentar sekalipun berhadapan dengan puluhan orang bersenjata. Dia tampak sedikit menundukkan badannya dengan kaki ditekuk. Kedua tangannya bersiap. Dari posisi kuda-kudanya, jelas sekali dia siap untuk bertarung.
“Tidak perlu gegabah, Nona muda. Nyalimu justru membuat kami gemas. Mending kamu menyerahkan diri saja. Jadi selir bos kami. Perempuan agresif sepertimu sepertinya sangat menantang di ranjang.”
Salah satu pria berjubah itu menyeletuk. Gelmar menjadi semakin bertanya-tanya. Jadi mereka orang suruhan. Suruhan siapa?
“Kurang ajar! Awas saja! Akan kurobek mulutmu nanti!”
Tawa terpingkal-pingkal kembali menggema. Seluruh anggota mafia tersebut ibarat kawanan serigala yang sedang menertawakan kelinci kecil. Tanpa menyadari di sampingnya ada Si Botak raja rimba yang terkuat.
Gelmar memandang ke arah Adel yang sedang terbakar amarah. Wajahnya memerah. Pundaknya naik turun. Nafas menderu-deru. Harga diri gadis itu telah ditelanjangi oleh para pegundal itu.
“Kamu siap?”
Pandangan Adel langsung tertuju ke Gelmar. Dari api matanya, terlihat jelas bahwa Adel sudah lebih dari siap. Juga, kepercayaan yang menyala tertuju kepada Gelmar yang pasti siap untuk membantunya.
Gelmar beralih ke para begundal yang masih tertawa. Dia melangkah lebih depan dari Adel. Si Botak itu tampak menyeringai.
“Oh, jadi itu yang diajarkan pemimpin kalian. Merendahkan wanita. Pakai rok! Sekalian jadi gerombolan pengecut!”
Gudang mendadak sunyi. Berganti menjadi picingan mata penuh amarah. Gelmar tahu. Menghina pemimpin sama saja dengan menghina mereka secara keseluruhan.
“Bedebah! Berani sekali kau menghina pemimpin kami!”
“Kenyataannya memang begitu kan! Pengecut!”
Gelmar sengaja menekan kata pengecut. Semakin menyulut amarah mereka. Detik itu juga, komando dari pria berjubah menggerakkan seluruh anggota mafia.
“Serang mereka! Jangan beri ampun.”
Belasan anggota mafia dari depan, kiri, kanan menyerbu. Gelmar dan Adel berpencar. Masing-masing diserang membabi buta. Seluruh tubuh menjadi incaran.
Gelmar dengan kemampuan istimewanya menumbangkan lawan. Satu persatu anggota mafia itu ambruk. Pria berkepala plontos yang sering berkecimpung dengan pertarungan besar. Gagah menerjang musuhnya dengan kepalan tangan besar serta kaki yang kuat berotot. Satu bogem. Tendangan. Cukup membuat musuh terkapar tidak sadarkan diri.
“Adel!”
Gelmar beralih ke Adel yang kewalahan. Walau bagaimanapun kemampuannya bela diri. Tetap saja, belum mampu melawan para begundal yang menyerang tanpa belas kasihan.
“Rasakan Ini!”
Gelmar menjadi tameng Adel. Secepat kilat dia menghajar sisa-sisa gerombolan. Menangkis. Menyerang balik. Tak jarang melakukan uppercut. Menyiku lawan tepat di tenggorokannya. Langsung membuat lawan muntah darah kejang-kejang.
Melihat situasi seperti itu, ke empat pria berjubah serba hitam itu tergagap panik. Bagaimana seluruh anak buahnya dilibas habis dalam hitungan detik. Hanya menggunakan ilmu istimewa yang belum pernah mereka lihat. Satu tendangan dan satu pukulan yang langsung melumpuhkan lawan.
“Kuat sekali dia! Bagaimana ini!”
“Kalau kita turun tangan. Bunuh diri namanya!”
“Tidak ada cara lain. Kita harus segera kabur dari sini.”
“Ayo! Mumpung si Botak itu masih sibuk! Sekalian kita bawa selir cantik ini!”
Miranda yang mendengar itu semua pun memberontak. Wajahnya pias takut setengah mati. Ingin sekali dia teriak. Meminta pertolongan kepada Gelmar. Namun, dia teringat dengan hinaannya. Caciannya.
“Cepat bungkam mulutnya! Langsung kita bawa ke belakang!”
Satu pria berjubah langsung membekap mulut Miranda. Menyeretnya dengan cepat.
Hmmmrrp..hmmrrpp
Miranda berteriak tertahan. Kedua kakinya meronta-ronta. Tangis meleleh tidak tertahan. Penyesalan tidak berkesudahaan karena sudah menghina si Botak. Di situasi ini. Hanya dia yang mampu menolong.
“GELMAR! TOLONG MIRANDA!”
Untungnya, Adel sempat melihat. Dengan sisa tenaganya dia menyela pertarungan Gelmar.
Sekilas, Gelmar menoleh. Langsung tertuju ke arah belakang di mana Miranda diseret.
“Bedebah! Jangan bawa Miranda!”
Keempat pria itu tampak gemeteran. Hendak buru-buru membawa putri cantik berambut merah itu.
Sedangkan, Gelmar. Karena tidak ada cara yang lebih cepat untuk melawan sisa-sisa anggota mafia itu. Maka, dia mengeluarkan jurus pamungkas.
Hyat! Hyat!
Tubuh para mafia itu lunglai. Jatuh ke tanah seperti tanpa tulang.
Gelmar sengaja menyerang titik syaraf paling lemah dengan jemari saktinya, dada, leher, belakang kepala. Hal-hal yang bersifat akupuntur yang diturunkan oleh mendiang Sancez. Dipadu dengan bela diri. Belum lagi kemampuan-kemampuan hebat lainnya yang masih tersembunyi.
“Sialan! Dapat darimana dia ilmu itu!”
“Dia benar-benar bukan orang sembarangan!”
“Terus, gimana ini!”
“Panggil pasukan lain!”
Keempat pria berjubah itu terdesak. Lebih lagi, saat Gelmar berjalan dengan langkah panjang ke arah mereka. Diiringi sorot mata besar yang menyala.
“Kalau kita di sini terus bisa mati kita!”
“Enggak ada waktu lagi. Lepaskan dia! Segera pergi dari sini!”
Belum juga mereka melepas Miranda, Gelmar dengan cepat menerjang mereka. Melakukan serangan yang sama sampai mereka terkulai di tanah. Sayangnya, salah satu di antara mereka berhasil lolos.
“Miranda, kamu enggak apa apa?”
Gelmar terfokus dengan Miranda. Menyenderkan wanita itu di pahanya yang kokoh. Tempat sangat nyaman bagi para wanita.
Miranda memandang Gelmar. Tidak terlontar satu katapun. Wajahnya yang pucat. Sorot mata sendu. Mengisyaratkan rasa trauma yang mendalam. Beberapa saat kemudian, terdengar suara tangis lirih.
“Sudah-sudah, sekarang kamu aman Miranda. Jangan takut lagi.”
Gelmar menggulirkan badan ideal ramping itu ke pelukannya. Di sanalah, baru pecah tangis Miranda. Gelmar memberikan ketenangan sembari menepuk-nepuk pundak mungil wanita itu.
Baru saja situasi menjadi kondusif, tiba-tiba terdengar suara ramai di luar. Langkah kaki serentak mengepung gedung. Tidak berapa lama, Puluhan pasukan mafia lain datang lengkap dengan senjata laras panjangnya. Pasukan lapis kedua yang lebih sangar dari yang sebelumnya.
“Bedebah! Ada lapis keduanya!”
“Bedebah! Ada lapis keduanya!”Gelmar menatap nanar. Pasukan itu terlihat lebih padu. Pakaian rapi serba hitam dengan dalaman kemeja berwarna putih. Topi datar yang familiar. Lengkap dengan persenjataanya. Gelmar sendiri tentu belum mampu menaklukan mereka.“Tikus got-nya besar juga ternyata.”Pria paling depan berkata sambil memainkan tusuk gigi. Picingan matanya terlihat dari balik kaca mata hitam yang dia pakai. Gaya meledek ala pemimpin sebuah pasukan kacangan.“Rata semua pasukan lapis satu. Pertunjukan sirkus yang bagus.”Yang lain menimpal. Menganggap Gelmar hanyalah binatang sirkus yang hanya bisa menaklukan pasukan remahan mereka.Gelmar tersungut. Namun, sebisa mungkin meredamnya dalam dekapan Miranda yang ketakutan. Agak terpaksa, dia melepas Miranda di sisi tembok bangunan. Berbicara lembut dengan Miranda sejenak.“Jangan terlalu cemas ya, aku akan melawan mereka dulu, setelah itu kita pulang.”Kerlingan mata indah itu tertuju pada sorot mata dalam. Terasa hangat. Penuh ta
“Uh.”Untuk beberapa saat, Gelmar ingin waktu berhenti. Menikmati momen mendaratnya rahang tegas ke sesuatu yang terasa padat dan kenyal. Rasanya ingin mimisan saja.Namun, momen itu tidak bertahan lama saat bentakan keras terasa memekakan telinga.“Ih!”Seketika wanita berambut pendek berkaca mata itu agak menjauhkan wajah Gelmar yang menempel. Tanpa melepaskan cengkramannya. Merasa geli dan jijik. Padahal, dia sendiri yang menarik paksa.Inilah kakak pertama. Putri tertua dari semua putri di sini. Sekar Melani. Seorang dokter bedah yang cukup terkemuka. Kesan auranya lebih galak dari yang lain. Bahkan, Stevani pemimpin pasukan khusus dan Gwen pemimpin Mafia kalah telak. Mungkin karena dia adalah sosok yang paling dituakan.“Ini dibilang utusan Sanchez? Yang benar saja?”Sekar tertuju ke semua saudara angkatnya. Seolah-olah meremehkan pria lusuh yang dipandang tidak memiliki kemampuan apa-apa, selain perawakannya yang macho sekali.“Tapi, Benar Kak. Dia utusan Sanchez.”“Diam kamu Ad
“Ah!”Gelmar terhenyak sesaat menyadari kecerobohannya yang membuka pintu kamar mandi tanpa mengetuk. Alhasil yang ada di hadapannya sosok badan sekal langsing khas atlet. Lengkap dengan keindahannya tanpa tertutup sehelai benang pun.“Gila kamu ya! Main masuk saja!”Pria berkepala pelontos itu serasa tertampar. Wajahnya bersemu merah. Cengiran terlihat antara malu dan bingung.Insiden itu cukup menghentikan waktu beberapa saat sampai Adel yang langsung buru-buru mengenakan handuk. Kedua tangan mulus tapi kencang itu langsung mendorong perawakan Gelmar sampai hamper agak terjengkang keluar dari kamar mandi.Punggung besar Gelmar terhantam di sudut ruangan. Disudutkan oleh wanita tomboy yang kesehariannya selalu terlihat easy going dengan rambut yang terkuncir, Tampak sorot matanya yang tajam menikam seolah ingin menelan Gelmar hidup-hidup.Bukannya tersadar oleh kesalahannya. Malah Gelmar terhipnotis aroma sabun yang menyeruak dari badan wanita tomboy itu. Badan setengah telanjang yan
“Segera keluar dari mobil ini, Adel!” Adel terperanjat ketika mendengar aba-aba dari Gelmar. Begitu melihat Gelmar melompat. Adel pun segera melompat. Dia sempat mendarat ke tanah dan terguling-guling sebelum beberapa saat kemudian mobil meledak.Duar!Adel mematung. Pandangannya terpana ke arah ledakan mobil yang membentuk jamur raksasa sungguh sangat menakutkan. Apa jadinya kalau tadi sedetik saja dia terlambat melompat.“Kamu enggak apa-apa?” Gelmar menghampiri Adel. Mengangkat tubuh gadis itu. Memberi kode kepada sekuriti yang mendekat untuk mengambil air. Meminumkannya ke Adel.Beberapa teguk mengalir di tenggorokan Adel, baru terdengar suara helaan nafas Adel yang berat. Wajahnya yang pucat pasi tampak panik. Dia memegang kedua lengan besar Gelmar.“Gelmar! Kita dalam bahaya Gelmar! Mereka sudah ada di sekitar kita!”Adel tak mampu menyembunyikan ketakutannya. Dia yang selama ini dikenal sebagai sosok yang tegar, periang, dan easy going menjadi menciut gara –gara insiden ini
“Bos, ada orang gila yang ngaku-ngaku keluarga bos.” Juan penuh semangat mengadu kepada Hana. Berharap bos-nya itu akan mencaci Gelmar dan mengusirnya dari depan gedung itu. Namun, reaksi Hana justru mengejutkan. “Siapa yang kamu maksud orang gila?” Mata Juan melotot. Dia benar-benar tidak menyangka reaksi sang bos. Padahal, jelas-jelas Juan menunjuk ke arah Gelmar. Pria berpakaian kumal lusuh. ‘Jangan-jangan benar yang dikatakan Gelmar tadi kalau Hana adalah saudaranya,’ Juan membatin. Peluh mulai membanjiri keningnya. “D-dia, Nyonya. Nyonya enggak mungkin kan punya saudara gembel seperti dia?” Juan mempertegas pertanyaannya. Dia masih yakin kalau Gelmar, lelaki yang dulu dia pandang remeh di masa sekolah mempunyai saudara CEO paling terpandang di negeri ini. Sangat mustahil! “Kalau emang iya, kenapa?” Wajah Juan langsung memucat. Rasanya ingin merobek saja wajahnya. Melempar jauh-jauh. Serasa tertampar sebuah fakta di luar dugaan. “Jadi…” Dengan gerakan slow-motion, Juan
“Tolong, lepaskan aku.”Miranda merintih begitu penutup kepalanya dibuka. Sumpelan kain di mulutnya di lepas.“Kita ketemu lagi nona manis.”Miranda tak mampu menyembunyikan ketakutannya begitu melihat siapa yang ada di hadapannya. Tiga orang bertudung berpakaian misterius yang dulu pernah menculiknya kini hadir di hadapannya. Tidak hanya dia, melainkan banyak anak buah yang mengelilinginya.Miranda meneguk ludah. Dia benar-benar dalam ketakutan luar biasa. Dia masih ingat. Ketika mobil yang mengantarnya melaju tadi. Di tengah jalan dia dihadang oleh beberapa mobil.Dan entah sekejap mata tubuhnya langsung berpindah dan sekarang dia berada di sini.“Kami melakukan penculikan ini karena perintah dari seseorang yang sekarang menjadi saudaramu.”Salah seorang dari mereka mengungkapkan sebuah rahasia. Miranda tampak mengernyit. Saudara yang mana? Apakah saudara-saudara tirinya?“Siapa yang kamu maksud? Mana mungkin saudari-saudari tiriku melakukan penculikan? Aku sangat tahu mereka? Janga
Sudut Pandang Gelmar“Meskipun sekarang, aku menjadi sekretaris kamu, tapi aku enggak mau disuruh-suruh sama kamu. Ingat itu!”Begitulah perkataan Miranda, wanita berambut merah di hadapanku. Aku hanya menghela nafas sambil memandang wanita bertubuh indah itu keluar dari ruangan.“Judes, tapi lama kelamaan pasti akan takluk denganku juga.”Sekarang, aku berada di dalam ruangan khusus presdir. Di dalamnya tertera foto-foto ayah Sanchez dan keenam putri angkatnya.Seketika aku merasakan darahku mendidih. Betapa Ayah Sanchez menyayangiku dari kecil. Dia yang menyelamatkanku dari peristiwa kebakaran di kampung akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. Membesarkanku, mendidikku hingga seperti sekarang. Dan ada satu orang yang ternyata adalah adik kandungnya sendiri Robert yang telah membunuh Ayah Sanchez.Aku pun teringat dengan beberapa saudara angkat yang lain. Ayah Sanchez tidak hanya mengangkat anak perempuan. Melainkan dia juga punya beberapa anak angkat lelaki yang notabene la
Sudut Pandang GelmarKulajukan kecepatan mobilku. Tujuanku adalah rumah Marco. Memang aku tidak bisa mendeteksi keberadaan Adel, karena mungkin Marco dan gerombolannya sudah membuang semua apa yang melekat di tubuh Adel. Namun, dia lupa, bahwa aku bisa mengetahui plat mobil dari cctv dan wajahnya, yang jelas-jelas adalah Marco.Hingga sampailah ke sebuah perumahan. Melihat kedatangan orang asing sepertiku, tentu mereka bertanya-tanya. Apalagi malam-malam seperti ini.“Maaf, ada keperluan apa? Mau bertemu siapa?”Aku memandang ke arah kedua sekuriti tersebut.“Saya mau ke rumah Pak Marco.”“Pak Marco-nya enggak ada. Dia sedang keluar.”Kali ini satpam yang satunya. Pandangannya menyelidik dari atas sampai bawah. Mencurigai Gelmar.Gelmar tersenyum. Pria itu lantas turun dari mobil. Dengan menyentuh titik sadar mereka. Mereka langsung pingsan. Membaringkannya ke dalam pos.“Maafkan saya, Pak. Tapi, saya terpaksa.”Gelmar memeriksa isi pos tersebut. Dengan mudah dia menemukan rumah dari
Edo pun kembali ke meja kerja Edo. Saat Edo duduk, lima malaikat itu saling tersenyum satu sama lain, kemudian tersenyum melihatnya. Hmmm, dari senyuman mereka, ada yang aneh. Itu bukan senyuman persahabatan, tapi lebih kearah... senyuman jahat. Apa yang sebetulnya mereka pikirkan?Tiga bulan masa training itu selesai. Sekarang, Edo bekerja secara penuh selama delapan jam sehari di kantor ini. Selama masa tiga bulan kemarin, Edo sempat bekerja selama empat jam sehari.Selama itu pula, belum ada tanda-tanda yang berarti tentang pergerakan mereka. Juga tidak ada tanda-tanda Sanchez juga. Namun, Edo tetap selalu bersabar. Melihat infrastruktur pembuatan sistem dan juga metodenya, Edo bisa mengatakan bahwa perusahaan ini bukan asal bikin sistem saja. Segala sesuatunya diperhitungkan dengan matang, sehingga hampir tidak ada cacat sama sekali dalam kode-kode program yang telah dibuat sebelumnya. Hebat, pantas saja perusahaan ini memberi gaji sekitar tiga sampai empat kali lipat dibanding
"Kedua, rahasia. Tidak seorang pun boleh tahu bahwa kamu bekerja di SA COMPANY ini. Kamu juga terikat kontrak seumur hidup, bahwa kamu tidak boleh membocorkan hal sesedikit apapun mengenai perusahaan ini. Kontraknya bukan kontrak sembarangan, yaitu kontrak dengan notaris dunia bawah. Isi kontraknya cukup sederhana, melanggar berarti mati." Kata Wakil Direktur Teknologi.Edo cukup tercekat mendengarnya. Haruskah misi ini akan menjadi misi yang paling membahayakan dan terakhir kalinya. SA COMPANY bukan perusahaan sembarangan bahkan dengan perusahaan Sanchez masih kalah jauh. Jika, terjadi sesuatu dengan dia suatu hari. Dia yakin kalau Gelmar dan yang lain turun tangan. Tapi, apakah mampu mereka melawan kekuatan sebesat SA COMPANY?"Belum berkeluarga adalah suatu keuntungan bagimu. Tapi, kami tetap memberikan bantuan kepadamu. Seperti yang kamu ketahui, SA COMPANY ini adalah perusahaan yang berdiri dibelakang nama suatu perusahaan besar di pusat kota. Kamu akan dengan mudah mengakses seg
Sekarang, semuanya sudah jelas bahwa Sanchez masih hidup. Aku harus segera mencarinya dan menanyakan kepadanya alasan sebenernya kenapa dia melakukan hal ini.Maka, segera aku mencari semua informasi tentangnya. Meskipun agak sulit, tapi aku yakin akan ketemu. Aku juga meminta kepada ketiga saudaraku untuk mencari informasi sebisa mungkin tentang Sanchez.Hingga akhirnya semua infomasi mengarah kepada sebuah perusahaan besar di kota lain, namanya SA COMPANY, kota di mana Edo berasal. Perusahaan besar yang konon juga melakukan bisnis gelap. Bisnis yang besar dan rapi. Hingga tidak terdeteksi oleh pihak keamanan.“Jadi bagaimana rencanamu sekarang?”Very bertanya setelah kami semua berkumpul di ruang meeting. Meeting dadakan yang dilakukan setelah semua informasih terkumpul.“Bagaimana kalau kita suruh orang untuk bekerja di perusahaan itu untuk menggali informasi?”Hardi mengajukan ide yang menurutku cukup brillian. Namun, kita tidak bisa dengan gegabah.“Edo saja gimana? Dia kan y
Keesokan harinya,Tidak ada yang wah, semua berjalan seperti biasa. Very dan Hardi masuk kerja seperti biasa. Very ikut menghandle perusahaanku walaupun profesinya sebagai dokter yang seharusnya, dia praktek bersama Sekar. Namun, karena aku tahu bahwa Sekar tidak ingin adanya Very. Jadi untuk sementara, dia bekerja di perusahaanku dulu.“Bagaimana yang semalam? Lancar?”Tiba-tiba, Hanna mendekatiku. Wanita itu tampak anggun seperti biasa.“Lancar, markas Robert sudah digempur, hanya saja Robert kabur.”“Ya, saya tahu dari Kak Stevani dan Gwen juga. Kamu dan saudara-saudaramu sangat hebat. Aku sangat salut.“Biasa saja. Memang seperti itulah yang semestinya aku lakukan.”Hanna pun berlalu menuju ruangannya. Begitupun dengan aku. Namun, tiba-tiba, ada dua orang yang menghampiriku. Kak Sekar dan Miranda.“Gelmar, kami mau bicara sesuatu dengan kamu.”“Boleh, silakan masuk.”Aku mempersilakan mereka masuk. Sekaligus keheranan. Ada angin apa yang membuat mereka ke sini.“Kami minta maaf, a
“Sekali lagi maafkan Aku..." ucap Anna semakin menenggelamkan kepalanya ke bahuku..." tanganmu kasar sekali... Kau harus segera melakukan perawatan...." ucapku bercanda guna mencairkan suasana kami yang masih terlalu kaku...." Very kau terlihat Gagah dengan pakaian itu .." ucap Anna mendekatkan bibirnya ke mulutku....Jantung makin berdebar tak menentu dan semakin cepat .... Apalagi saat Anna mulai pasrah menutup matanya dan semakin memajukan bibirnya yang mengoda.... Semakin dekat bibir kami berdua....Tetapi Aku menghentikan semuanya... Aku sadar Anna sudah dimiliki seseorang yang mungkin lebih khawatir dengan keadaan nya setelah dengan paksa aku menculiknya dan yang menyebabkan Anna harus mengalami hal mengerikan seperti ini... Aku pria buruk yang membuat cinta sejatinya tak bahagia..." Very kenapa..." ucap Anna bingung. ." jangan lakukan itu lagi... Jika kau melakukan itu lagi aku akan memaksamu untuk bersamaku selamanya .." ucap Ku langsung meninggalkan nya....Jangan memberi
"Semua ini telah berakhir... Kau bisa kembali ke kehidupan lamamu...." ucapku" Apa semudah itu bisa kembali. Saat kau tak memiliki tempat untuk kembali...apa dunia masih bisa menerimaku seperti kehidupan lamaku." ucap wanita itu.Ucapan wanita itu sontak menyadarkanku akan satu hal... Bahwa Wanita ini memiliki kehidupan yang menyedihkan. Dunia ini terlalu kejam untuk wanita seperti mereka... Wanita yang menjadi korban kekejaman dunia...Hak asasi manusia hanya berlaku bagi mereka yang memiliki uang dan kekuasaan... Wanita seperti ini akan sulit kembali ke kehidupan normalnya....Penyiksaan selama menjadi tahanan akan membuatnya memiliki trauma yang besar... Kehidupan tak akan normal seperti sebelumnya....sekuat atau sehebat apapun dia berusaha... Terpikir di benakku ide yang sulit kukatakan pada wanita ini.... Tapi mungkin ini harus ku lakukan..." Aku akan mengantarmu pulang...." ucapkuWanita itu tak menjawab... Dia hanya mempererat pelukannya...." tenanglah aku berjanji tak akan
# diruangan AtasEdo pasrah dengan keadaannya ... Robert menyerang dengan kekuatan terkuatnya lagi... Edo hanya pasrah dengan serangan kali ini tubuhnya sudah cukup babak belur.... Dia tak mampu bergerak menghindar lagi...." kau memang hebat Anak muda ... Kau bisa bertahan dan membuatku harus mengeluarkan tenaga terbaikku..." ucap Robert sedikit memuji ketangguhan Edo ... Yang mampu bertahan cukup lama dari setiap serangannya yang luarbiasa mematikan....Robert melompat cukup tinggi dan melepaskan tendang keras ketubuh Edo yang sudah tak mampu bergerak." Bruaaaak.”Serangan Robert di hentikan dengan tangkisan tangan kekarku.Robert langsung melompat cukup jauh ... Robert kaget luarbiasa akan kehadiran Pria yang dianggap oleh Robert telah tewas ... Karena mungkin dia mengira antoni atau benny sudah membunuhnya." kau masih hidup...." ucap Robert." kau kira hanya kau yang bisa hidup lama di dunia ini..." ucapku." apa kau datang untuk menyelamatkan temanmu yang bodoh itu..." ucap Ro
****************Pov EdoGila ini baru namanya perang ... Aku sudah hampir menjatuhkan 150 orang hari ini.... Dan masih banyak lagi musuh kami terus menyerang ...seakan tak habis-habisnya.... Dan yang makin parah adalah ... Amunisi kami hampir habis... Pasukan yang dibawa oleh Martino suami Emelin ... Hanya menyisakan 3 orang lagi semuanya sudah tewas saat baku hantam kami.Kami makin terjepit di pintu masuk gedung utama markas musuh.... Sedangkan musuh kami mengepung dari segala sisi .... Ini pertama kalinya aku cemas... Bukan karena akan mati.... Tapi cemas karena tak mampu menghajar mereka semua." Kalau seperti ini terus kita akan mati..." ucap Martino yang mulai pesimis... Bersembunyi di balik tembok yang terus di berondong oleh senjata mesin..." kita harus bertahan... Jangan sampai mereka bisa membunuh kita...." ucap Shilo... Yang terlihat sangat tegang... Apalagi tubuhnya sudah penuh luka... Akibat peluru nyasar... Meskipun tak ada yang telak di tubuhnya..." Very kau bisa me
*Cteek..tekk...tekk...Benda yang ku lempar di tengan kelompok bersenjata itu. Dan jatuh tepat di kaki pemimpin pasukan dan sepersekian detik ledakan besar terjadi....membunuh seluruh pasukan bersenjata itu." Hahaaa.... Bagaimana ledakanku... " ucapku muncul... Tubuh yang di berondong mereka tadi adalah tubuh temannya yang kami jadikan umpan ..."Akhhh tolong aku....tolong..." ucap salah satu prajurit yang masih bertahan hidup setelah terkena ledekan hebat...Rico mendekati prajurit tak berdaya itu... Dan berusaha mendekati nya...aku langsung menembak prajurit itu ."Jika dalam perang jangan pernah mencoba melakukan hal tersebut... Jika kau melakukan hal tersebut kau bisa terbunuh..." ujarku memberi nasehat pada Rico." Maafkan aku tuan...." ucap Rico." Ayo kita Cepat selesaikan misi ini..." teriakku sambil melempar beberapa peledak ke arah Beberapa perumahan yang terdapat disini..."******************Pov GelmarKami terus maju ... Meskipun musuh kami lebih banyak dari pada yang