Setelah kecupan hangat itu, Darren memundurkan tubuh Esme sedikit. Dan dia menunggu Tom agar tiba dekat dengan persembunyian mereka.
Tepat saat Tom melangkah sejajar dengannya, Darren menghantam wajah pria itu dengan sundulan kepalanya.
Tom terhuyung-huyung sembari berteriak dan memegangi batang hidungnya.
“Aaaarrrrggghhh!!!!” teriaknya sangat keras tanpa henti-hentinya. Tangannya menampung darah segar yang mengalir dari hidungnya. Tom tak berhenti berteriak karena apa yang dirasakannya saat ini sangat sakit. Dan saat dia meraba batang hidungnya, terasa tulang itu telah mencuat ke atas dan menembus kulitnya.
Tom semakin kuat berteriak. Selain karena kesakitan juga karena dia sangat murka, hidungnya kembali terkena dan menjadi benar-benar patah. Napasnya sendiri sudah terputus-putus akibat menahan sakit yang hampir membuat ubun-ubunnya retak dan terbelah dua.
Sakit yang teramat sangat dirasakan Tom hingga pria itu tak mampu lagi berpikir
Esme merasakan tubuhnya sangat ringan dan bagai melayang. Dia berada di awan-awan yang tinggi dan terbaring di atasnya. Lembut, empuk, dan begitu halus rasa awan-awan itu di kulitnya.Dan sedang menikmati kelembutan itu, cahaya matahari tampak menyelinap dan menyinarinya. Bagitu terang dan menyilaukan. Setelahnya, awan-awan itu hilang. Dia membuka mata dan mendapati dirinya terbaring lemah di sebuah ruang perawatan.Tangannya terasa perih akibat jarum infus menancap di punggungnya. Tubuhnya lemas tak berdaya. Udara dingin terasa menembus kulitnya. Kecuali satu, tangan kanannya yang terasa hangat karena digenggam setiap detiknya.Esme menoleh dan mendapati Darren duduk tertidur di kursi dengan kondisi yang lebih menyedihkan darinya. Lengan kiri pria itu dibalut dan diberi penopang kain. Sedangkan yang menggenggam tangannya adalah tangan kanan Darren. Rasanya begitu hangat dan begitu menentramkan.Tanpa sadar, Esme membelai tangan Darren yang
“Ada apa?” tanya Esme pada Darren yang mendadak menjadi melankolis.“Menikahlah denganku, agar aku bisa menjagamu dengan segenap hidupku.”Esme merasakan permukaan matanya perih dan berair. Itu adalah kalimat yang telah dinantinya sejak lama.Dan kini, kalimat itu tiba.Esme mengangguk. Tetapi Darren menggeleng, dan berkata lagi, “Maksudku, kita menikah malam ini.”Esme ternganga. Dia tak tahu apa yang harus dia katakana lagi. Yang pasti, dia merasa terenyuh. Mungkin semua ini efek dari kejadian penculikan tadi pagi, di mana kematian begitu dekat dengan mereka berdua, hingga rasanya setelah ini mereka tak kan sanggup lagi untuk berpisah meski sedetik saja.Perlahan, Esme menganggukkan kepalanya, mengiyakan permintaan Darren. Senyum lebar penuh haru merekah di bibir Darren. Dia pun mengecupi seluruh wajah Esme sebagai tanda bahagia yang meluap dari hatinya. Setelah itu, Darren
“Bagaimana kalau kita mandi bersama?” Senyum jahil merekah di wajah Darren.ESme merona sekalipun bibir wanita itu menyuarakan ‘tidak’.Pintu ditutup dengan cepat, dan Darren terkekeh senang. Rasanya menyenangkan bisa menggoda istrinya dan melihat rona merah di wajah Esme. Dengan menggeleng-gelengkan kepalanya, Darren menuju dapur dan membuat makan malam yang mudah.Aroma tumisan daging cincang segera tercium di udara. Dan saat Esme telah selesai mandi, dengan mengenakan bath robe putih, gadis itu keluar dari kamar mandi dan segera mencium aroma lezat masakan Darren. Air liurnya langsung menetes.Esme mengelap rambut basahnya dengan handuk, kemudian menuju ke dapur. Kini, terdengar desingan yang cukup kuat di sana. Darren sedang menggoreng telur.Berpikir untuk membalas kejahilan Darren di masa dulu, Esme berdiri di pintu dapur. Dia memanggil suaminya itu dengan suara terlembut yang pernah dia keluarkan.
“Aku dipanggil mengikuti rapat dadakan yang disebutkan oleh Inspektur sebagai rapat yang penting dan urgent.”Esme turun memancarkan kekecewaannya. Meski begitu, dia akhirnya berbesar hati. “Pergilah. Aku akan menunggumu pulang.”Darren mengangguk dengan kekesalan yang masih kentara jelas di wajahnya. Pria itu menuju lemari baju dan berganti pakaian. Esme juga mengenakan lagi bath robe nya. Dan setelahnya, mereka kembali berpelukan sebelum Darren akhirnya mengecupi keningnya, kemudian hidung, dan bibir Esme.“Kunci pintu dan jangan bukakan bagi siapa pun. Aku akan segera kembali,” bisik Darren. ***“Baiklah aku akan mulai meeting kita kali ini. Teruntuk Detektif DArre, maaf mengganggu masa pemulihanmu. Tetapi ini benar-benar penting.”Suara berat Inspektur Paul Warmer bergema di ruangan
Ayahnya memang selalu efisien. Itu yang Catherine ketahui tentang ayahnhya.Dan benar saja, tidak sampai 3 hari sejak dia memberitahu nama pria yang menghamilinya, sang ayah sudah menghubunginya lagi dan menyuruhnya datang ke rumah.Catherine sudah lama mengetahui cara kerja ayahnya dan tindak tanduk sang ayah. Hingga dia cepat-cepat datang ke sana dengan segala perasaan yang bergejolak. Jauh di lubuk hatinya, dia curiga semua ini adalah tentang Kyle.Saat tiba di rumah, Catherine langsung disambut oleh pengurus rumah dan diantarkan ke ruang kerja ayahnya.Alangkah terkejutnya dia saat tiba di sana, anak buah kepercayaan ayahnya semua hadir di sana. Mereka semua mengitari sosok seorang pria yang berlutut dengan isak tangis di tengah-tengah.Firasat Catherine sudah tak enak. Dan saat dia memasuki ruangan, dan sang ayah menyambutnya dengan memanggilnya, “Putriku,” pria tak berdaya itu menoleh dan jelas itu adalah Kyle McGroo
Hari berganti hari dengan cepat. Masa cuti Darren selama satu minggu berlalu begitu saja hanya dihabiskan bersama istri tercintanya. Mereka menggunakannya untuk pergi ke mexico, berziarah di makam ibu Esme.Di sana, Esme menaburi bunga di atas makam ibunya, dengan menangis sedih bercampur bahagia. Sedih karena dia sudah tak bisa sering-sering mengunjungi makam ibunya. Bahagia, karena sekarang dia sudah tak sendiri. Ada Darren yang berada di sampingnya, menjaga dan melindunginya.Selesai dari berziarah, mereka berkeliling mexico hingga ke tempat-tempat tradisional yang menjadi saksi tumbuh besarnya Esme di sana. Esme juga mengajak Darren mencicipi masakan tradisional meksiko, terutama yang menjadi kesukaannya. Esme juga mengajak Darren menyaksikan festival-festival mereka yang unik dan terkenal meriah.Tiga hari mereka habiskan waktu di sana, masih tersisa empat hari lagi waktu cuti Darren. Giliran Darern yang mengajak Esme mengunjungi keluarganya d
“Bagaimana tadi?” Darren menarik Esme dalam pelukannya begitu mereka tiba di hotel dan telah masuk ke dalam kamar. “Urgh, lumayan,” jawab Esme tanpa sadar nada suaranya seperti tidak yakin. “Kenapa hanya lumayan?” “Ya, lumayan. Berarti cukup baik. Kenapa kau masih bertanyaa?” Esme melepaskan pelukan Darren dan menuju ke kamar mandi. Dia berganti pakaian dan setelahnya menatap cermin wastafel dalam waktu yang lama. Selesai makan malam tadi, Darren menemani sang ayah bermain catur. Sudah tentu, dia menjadi ditemani sang ibu dan Claire. Entah mengapa, aura permusuhan terpancar dari diri Claire. “Kalau aku ingin membuat kueku menjadi harum tetapi sedikit garing dan kering, mentega apa yang harus kupakai?” tanya Claire waktu itu. TAtapan gadis itu seperti sedang mengetesnya. “Urgh, kue apa dulu yang kau maksud?” tanya Esme gugup. Dia tidak terlalu menggunakan mentega berdasarkan merk. Tetapi lebih pada seleranya sendiri. “Kue nastar
Claire yang merasa kalah 1-0 dibandingkan Esme, kini memkirkan hal lain untuk menohok Esme. Entah kenapa, kepulangan Darren bersama wanita yang telah menjadi istrinya ini membuat hatinya cemburu. Darren sudah lama merantau untuk kariernya, tetapi sebelum dia merantau dulu, mereka sangat dekat. Darren lah yang membantunya dalam segala hal. Mulai dari menangkap kupu-kupu, membenarkan rantai sepedanya, memboncenginya saat bermain sepeda, sampai menjahit bonekanya yang telah robek. Allan yang adalah kembarannya lebih sering mengganggunya dan bersaing dengannya dalam segala hal. Allan ingin menjadi lebih baik darinya, begitu pula Claire. Karena itulah, mereka tidak bisa akur. Tetapi Darren, dia telah menjadi kakak terbaik yang bisa terjadi pada seorang kakak. Untuk itulah, di usia Claire yang berumur 7 tahun, dia bertekad akan menjadi istri yang baik bagi kakaknya itu. Impiannya itu sempat menghancurkannya saat dia beranjak remaja dan mengetahui bahwa saudara kandung tida