Home / Romansa / Embrace Fate / 23. You Don't Know Her Father

Share

23. You Don't Know Her Father

Author: Chani yoh
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hari bahkan belum menyentuh sore saat Darren menyambar jaketnya dan berlari keluar dari unitnya. Saat tiba di depan lift, Darren berhenti dan teringat akan Catherine. Dia tidak melihat wanita itu di rekaman CCTV. Lagipula, Hale sempat terlambat keluar dari sana dan Catherine tidak bersama mereka. Lalu, di mana dia? 

Jangan-jangan ... 

Darren berbalik dan kembali ke unit Catherine. Dia mengetuk pintu dengan segala pikiran buruk menghantuinya. Dia takut Hale berbuat jauh lebih buruk, yaitu membunuh Catherine. Biar bagaimanapun, orang yang sudah gelap mata cenderung bertindak nekat.

Sedetik kemudian, pintu unit itu terbuka dan wajah Catherine muncul di baliknya. Darren merasa lega di satu bagian. Tapi di benaknya, keadaan Esme masihlah mengkhawatirkan.

Jadi, saat Catherine muncul dari balik pintu, Darren sudah menyemburkan kekhawatirannya. 

"Pacarmu itu menculik Esme!" katanya tajam, kering, dan sangat dingin. Catherine menelan ludahnya

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Embrace Fate   24. Hurry Up!

    “Kalian pulanglah dulu. Aku ingin menenangkan diriku dulu.” Sejujurnya, hati Catherine masih terpecah menjadi dua, antara membenci Hale atas apa yang terjadi barusan, juga menginginkan Hale dan siap memaafkannya. Untuk itu, dia ingin memikirkannya dengan duduk menyendiri di kafe. Lagipula, dia teringat akan motor Darren. Tidak mungkin pria itu memboncengnya dan Esme sekaligus, bukan? Kalaupun dia ikut pulang ke apartemen, sudah pasti dia akan naik taxi. Entah Esme akan mengikutinya atau Darren.“Lebih baik kau pulang saja, Cath.” Esme memandangnya dengan wajah memelas. Setelah apa yang terjadi, dia tidak ingin berpisah dari Catherine. Esme merasa perlu membicarakannya secara personal. Dan setelah rentetan kejadian yang terjadi selama di Hawaii, Esme pun merasa perlu membicarakan rencana pelarian mereka selanjutnya. Tetap di Hawaii-kah? Pindah ke tempat lain? Atau … pulang?“Aku tidak akan lama, Little Girl. Kau pulanglah dulu dengan Darren. Dan Darren, thanks a lot sud

  • Embrace Fate   25. The Forgotten

    Darren kembali ke unit apartemennya dengan perasaan hati yang aneh. Ada keinginan yang kuat untuk memeluk Esme dan memberikannya rasa nyaman demi menghapus keterkejutan dan ketakutannya atas perlakuan Hale pada gadis itu. Dia ingin sekali bisa membisikkan kata yang menenangkan pada Esme, bahwa dia ada untuk gadis itu dan akan selalu ada untuk melindunginya. Nyatanya, lidahnya kelu. Bahkan otot tubuhnya seakan membeku tak mampu untuk sekadar memberikan pelukan menenangkan. Gadis itu terlihat begitu memesona dengan kepolosan dan kerentanannya. Seperti vas yang terbuat dari kaca, gadis itu berada di tepian tebing, sangat beresiko untuk jatuh dan pecah. Darren begitu ingin merengkuh vas itu, sekaligus begitu takut vasnya terpecah.Darren bergegas membasuh wajahnya dengan air untuk menghapus bayangan wajah Esme yang begitu rapuh. Entah apa yang akan dia kerjakan sekarang. Rasanya obsesinya untuk memburu Don Signoraz sudah menyurut. Yang dia inginkan adalah kembali ke unit di depann

  • Embrace Fate   26. Catherine!!

    “Sambungkan aku dengan Martinez!” Suara Marco terdengar rendah tapi tetap menggelegar . Begitu panggilannya dijawab Martinez, Marco langsung menyembur, “Kapan jadwal pesawat kita ke Honolulu?” “Sore ini, Tuan.” “Lalu apa yang kau kerjakan sekarang?” “Aku hendak memberi pelajaran pada orang yang menjual identitas palsu pada Nona Esme dan Catherine, Bos.” “Kenapa baru sekarang?! Baiklah! Jangan sampai telat!!” “Baik, Tuan,” jawab Martinez lagi. Marco menutup teleponnya dan mendorong pintu kamarnya. Dia memandangi Margaritta yang terbaring di atas ranjangnya. Luka di tubuh istrinya terlihat semakin parah. Andai Marco mau mengakuinya, beberapa luka yang dia torehkan dengan sarung samurainya itu terlihat semakin terang dan melebar. Bau daging yang bernanah mulai tercium samar di ruangan itu. Akan tetapi, kemarahannya pada sang istri tidak membuat dia menyadari seberapa parah yang dia lihat, dan seberapa busuk yang tercium in

  • Embrace Fate   27. Handcuffs

    “BAgaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?!” Esme panic dan dia benar-benar kehilangan akal sehatnya. Wajahnya pucat dan ketakutan. Teringat di benaknya ucapan Darren sebelumnya yang mengkhawatirkan pembalasan dari Hale. “Ap- apakah ini perbuatan Hale?” “Aku rasa iya,” jawab Darren sambil memandang sekelilingnya. “Ayo!” Darren berlari menuju toko penyewaan motor. Mereka menyewa motor dan gegas mengejar jejak mobil tadi. Sampai di persimpangan jalan raya, tidak ada lagi jejak mobil yang masih tersisa di sana. Esme merasa terhempas jatuh dari pohon tinggi. Bagaimana ini? “Kita kembalikan motor ini, kemudian pulang ke apartemen. Aku akan menghubungi temanku yang bisa melacak ponsel. Kau tenang saja, ya. Hale tidak akan berani macam-macam. Orang seperti dia hanya mampu mengancam. Dan yang dia butuhkan adalah uang. Jadi, dia tidak akan berani macam-macam.” Darren berusaha menenangkan Esme. Kemudian, laju motor itu kembali ke area pantai yang ramai. Sesam

  • Embrace Fate   28. Martinez

    Honolulu International AirportMarco Bandares turun dari pesawat pribadi mereka dengan menggunakan kacamata hitam. Di sampingnya adalah sang adik, Rodriguez Bandares, pun dengan mengenakan kacamata hitam. Martinez berjalan di depan mereka, memastikan situasi aman.Meskipun mereka landing di jalur tersendiri, tapi keadaan di bandara teramat ramai. Mereka tidak bisa mengambil resiko akan dikenali public atau pihak berwenang setempat. Dengan berjalan mantap, Marco dan Rodriguez dituntun Martinez hingga ke pintu keluar, yang tersembunyi dari khalayak umum.Limousin yang disiapkan Martinez lewat rekannya di Honolulu telah menunggu kedatangan mereka. Marco dan Rodriguez melesak masuk. Dan begitu Martinez masuk dan menutup pintu, Marco langsung memerintahkannya, “Cepatlah lacak nomor ponsel mereka!”“Baik, Tuan!”Martinez mengeluarkan laptop dan segala peralatannya. Setelah berkutat selama beberapa menit

  • Embrace Fate   29. Martinez Beraksi

    Martinez melepas jasnya dan menutupi tubuh polos Catherine. Dia juga mengambil celana dalam gadis itu dan memakaikannya pada Catherine. Setelahnya, jantungnya kembali terjun bebas ke tanah karena dia juga menyadari denyut nadi gadis itu sangat lemah. “No! No! No! Bertahanlah! Kau harus hidup!” Martinez menggendong Catherine hingga tiba di limousine yang terparkir di dekat sana. Begitu dia masuk dan menutup pintu, dia segera berseru, “SEgera ke rumah sakit!” Suara hardikan Martinez lah yang membuat driver langsung injak gas dalam-dalam. Mereka tiba di rumah sakit. Martinez menggendong Catherine lagi dan berlari terseok-seok meminta pertolongan pertama dari tenaga kesehatan. Setelah tubuh Catherine dibaringkan di tempat tidur pasien dan dokter menanganinya langsung, Martinez terduduk letih. Dia menyeka keringat dan mengeluarkan rokok untuk meredakan kepanikannya yang hampir membuatnya lupa akan hal lainnya. Sekarang dia baru teringat unt

  • Embrace Fate   30. Ini Dosaku!

    “Saya tidak mau tau! Putriku harus bisa ditolong!” Seruan Rodriguez memantul di dinding rumah sakit besar yang ada di kota itu. Kedua tangannya malahan telah kurang ajar menarik kerah baju sang dokter dan dia berdesis di depan wajah dokter itu. “Buat dia sadar!” “Rod, Rod! Tenanglah! Biarkan mereka bekerja semaksimal mungkin. Kau tenang dulu!” Marco Bandares menepuk punggung adiknya itu agar menenangkan dirinya. Biar bagaimanapun, kota ini bukanlah kandang mereka. Mereka tidak bisa seenaknya. Bisa mendapatkan perawatan intensif bagi Catherine di rumah sakit ternama ini saja sudah bagus, meskipun Marco harus mengeluarkan banyak kemampuan berbicaranya untuk mengarang jati diri mereka pada pihak rumah sakit. “Tuan tenanglah dulu. Kami para dokter pasti akan berusaha yang terbaik untuk setiap pasien kami. Jadi, tolong Anda berikan kami waktu untuk bekerja semaksimal mungkin. Silakan menunggu di ruang tunggu sebelah sana. Dan harap semuanya tenang karena di sini ada banya

  • Embrace Fate   31. Chat yang Bikin Melambung

    “Uncle, Itu dokter yang merawat Catherine!” bisik Esme pada pamannya yang terduduk lesu di sampingnya. Sudah satu jam lebih mereka menunggu, tapi tim dokter belum juga keluar. Uncle Rod sampai tidak mengingat hal lain lagi, kecuali menunggu kabar tentang Catherine. Dan saat mendengar ucapan Esme, Uncle Rod langsung bangkit dan menghampiri dokter. “Bagaimana, Dokter?” Sang dokter menghela napasnya seraya melepaskan kacamata yang bertengger di atas hidungnya. “Putri Anda berhasil tertolong. Efek obat di dalam darahnya telah berhasil kami bersihkan. Kita hanya perlu menunggu dia tersadar saja.” Seketika Uncle Rod lemas karena terlalu bahagia. Tetapi wajahnya mulai merekah hidup kembali. “Boleh saya lihat dia, Dok?” “Ya, silakan. Tapi dia masih belum sepenuhnya sadar. Silakan ditemani agar saat sadar dia tidak merasa down lagi.” “Iya, Dok. Iya.” Bertiga, mereka masuk ke ruang perawatan Catherine. Kondisi gadis itu cukup memilukan d

Latest chapter

  • Embrace Fate   Extra Endings

    Tiga hari di Claymont terasa kurang bagi Darren maupun Esme. Akan tetapi, apa mau dikata. Mereka sudah harus pulang. Pekerjaan Darren menantinya. Dengan pangkat baru, tanggung jawab baru, Darren tidak bisa berlama-lama cuti, meskipun dia berharap dia bisa. Sebelum meninggalkan Claymont di hari itu, pagi harinya Esme mengajak Darren menuju ke perkebunan anggur. Dia ingin membawa pulang anggur berkualitas yang langsung bisa dia petik di perkebunan itu. Kebetulan, pemilik perkebunan mengenal baik keluarga Darren. Mereka menyusuri perkebunan itu dengan Mr. Thompson, pemilik perkebunan. Pria paruh baya itu sambil menjelaskan pohon anggur mana yang buahnya berkualitas baik. Hingga tiba di deretan pohon yang berada tepat di tengah-tengah kebun, Mr. Thompson berhenti. “Ini yang paling berkualitas di sini. Dan kau beruntung, ada yang baru berbuah dan belum dipetik. Jika kau datang siang ini, aku yakin buah ini sudah tidak ada di sini.” Esme tersenyum senang. “Trims, Mr. Thompson. Tapi, ak

  • Embrace Fate   170. As Long As You Love Me

    “Aku ingin tempat yang lebih tenang untuk hidup. Kota kecil atau pedesaan rasanya lebih cocok untukku.”“Pedesaan? Bagaimana kau bisa hidup di pedesaan?”“Aku bisa bertani. Atau beternak. Rasanya lebih menantang, dari pada hanya duduk seharian di apartemen dan menghabiskan uangku untuk minum dan makan saja.”Selesai mengucapkan itu, Martinez melewati Catherine begitu saja.Catherine begitu shock hingga dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Mengejar pria itu? Atau membiarkannya pergi? Catherine seperti kehilangan akalnya sendiri.Baru saat langkah Martinez semakin jauh darinya, Catherine baru tersadar. Gegas dia mengejar pria itu.“Jangan! Jangan pergi!”Martinez menghela napasnya. “Tekadku sudah bulat, Cath.”“Sudah bulat bagaimana? Kenapa kau tiba-tiba pergi? Padahal kau tidak boleh pergi! Kau ha

  • Embrace Fate   169. Throw a Party or Investment?

    Pagi itu, Darren duduk di kursi makannya. Dia sedang menyesap kopinya saat matanya tertuju pada layar ponsel. Claire mengiriminya undangan pesta pernikahan. Sebagai kakaknya, tanpa dikirimi undangan pun Darren pasti harus hadir. Tetapi, adiknya itu tetap ingin mengiriminya undangan.Melihat undangan itu, Darren merasa ada yang menggelitik hatinya.Sepiring poblano peppers tersaji di hadapannya secara tiba-tiba. Esme menyusul dengan duduk di sebelah pria itu. Wajahnya tersenyum lembut, memancarkan kebahagiaan.“Wow! Sarapan yang menggiurkan,” ucap Darren dengan matanya berbinar penuh gejolak.“Ya! Tadi kebetulan bangun lebih pagi, dan semua bahannya ini lengkap. Jadi, aku masak saja ini.” Esme mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulut. Dia mengunyah dengan perlahan dan sambil menikmatii rasa yang bercampur dalam mulutnya.“Hmmm, ini sangat lezat. Kau tidak makan?”“Tentu, aku akan

  • Embrace Fate   168. I'm not Incomplete

    “Apa yang terjadi di sini, biarlah berlalu. Tidak perlu disimpan dalam hati apalagi sampai dibawa pulang ke rumah kita. Aku tidak ingin kebersamaan kita nantinya ternoda dengan segala hal yang diucapkan Claire padamu. Bisakah?”Mendengar ucapan Darren, air mata Esme luruh lagi. Dia menganggukkan kepalanya. Darren menghapus air mata itu dan mengecup wajah Esme dengan penuh kasih.Setelahnya, mereka membawa segala barang bawaan mereka keluar kamar.Baru juga membuka pintu, sosok Claire sudah menghadang Esme di sana.“Mau apa lagi kau?” hardik Esme pada Claire. Rasanya seluruh persendian tubuhnya terasa sakit karena segala emosinya tersentak pada perseteruannya dengan Claire.Darren pun yang masih menarik koper di belakang Esme langsung menghardik Claire juga. “Claire, please. Apa tidak capek kau memikirkan hal itu terus-menerus?”Claire menggeleng. Wajahnya terlihat pucat dan lemah. Dan dengan

  • Embrace Fate   167. Farewell and Forgetting

    Catherine menahan napasnya selama perkelahian mereka dan baru mengembuskan napasnya itu saat Garry telah kehilangan kesadaran. Dia mengangkat wajahnya dan pandangannya tertaut pada tatapan mata Martinez. Di benaknya, dia mengharapkan Martinez akan menanyakan dengan lembut, ‘apa kau tidak apa-apa?’ Namun yang terjadi sesungguhnya, pria itu menatapnya marah dan membentaknya. “Apa kau sudah gila?! Apa kau sudah tidak punya harga diri lagi?!” Catherine shock minta ampun. Dia sampai terbelalak dan mulutnya menganga lebar. Martinez masih melanjutkan kemarahannya pada Catherine. “Kalau kau bodoh, lebih baik kau tinggal di rumah dan mengurus bayimu. Bukannya berkeliaran mencari lelaki lajang. Kau haus belaian atau apa, huh?!” Kata-kata Martinez begitu menusuk hati Catherine. Dia yang baru saja merasakan keterkejutan karena perlakuan Garry yang membuatnya takut, kini malah harus menghadapi kemarahan Martinez. Dia bahkan dikatai b

  • Embrace Fate   166. Where's Your Pride?

    “LEPASKAN! KAU BAJINGAN!” Catherine berusaha keras untuk berteriak, memukul, menendang. Apa saja agar terlepas dari kungkungan Garry. Tetapi, pria itu jauh lebih kuat darinya.Kini, wajah Garry berada di atas wajahnya. Bibirnya menjelajah di sekeliling pipi dan lehernya, membiarkan liurnya menempel di kulit Catherine. Dan pada akhirnya bibir itu mendarat di bibirnya.Catherine meronta-ronta ingin melepaskan dirinya.Namun nyatanya, tangan Garry malah merobek kaosnya.Catherine semakin histeris. Segala tenaga dia kerahkan hanya untuk merasakan terjangan tenaga yang lebih besar lagi dari Garry.“HELP! HELP!!!” teriak Catherine putus asa. Garry sudah bagai binatang buas yang siap membantai korbannya. ***Tok tok tok.Darren mengetuk pintu kamar orang tuanya. Tak lama kemudian, ayahnya membuka pintu dengan perlahan. Te

  • Embrace Fate   165. Foolishness

    Sementara itu di kamarnya, Claire juga menangis tersedu. Dia memikirkan betapa James Carter adalah pria yang baik.James sudah berteman dengan Darren sejak mereka di awal karier kepolisian. Claire suka berada di dekat mereka jika James datang ke rumah.Dan entah sejak kapan, James mulai menunjukkan tanda-tanda suka pada Claire. Meskipun gadis itu tidak menganggap James lebih dari seorang teman, Claire tidak pernah meremehkan perasaan James.Di hari ketika kabar tewasnya James tiba di telinganya, Claire mulai sering memikirkan pria itu. Saat itu, Claire merasa tidak ada salahnya membuka hatinya untuk James. Pria itu dewasa dan sangat baik. Dirinya yang manja mungkin akan bisa merasakan cinta yang manis saat bersama James.Claire bahkan sudah menyusun kata-kata yang akan dia ungkapkan pada James, bahwa dia ingin membuka hatinya untuk James.Tetapi kemudian kabar itu datang. Hatinya hancur remuk.Baru bertahun-tahu

  • Embrace Fate   The Accusation (ii)

    Garry benar-benar mengajak Catherine ke apartemennya. Dalam setiap langkahnya, Catherine merasa semakin gelisah.Meskipun semua ini adalah idenya sendiri, tetapi memikirkan dia akan kepergok Martinez mengunjungi apartemen pria lain, yang malahan baru dia kenal lewat kencan buta, tetaplah membuat perutnya terasa mual.Langkah kaki Cahterine hampir saja berbalik arah jika bukan karena wanita itu terngiang lagi akan ucapan Martinez sebelum ini.‘Kau berhak mendapatkan pria lain yang lebih sempurna. Yang layak mendapatkan dirimu.’Huh! Dasar lelaki tidak peka! Memangnya Martinez tidak sadar jika yang Catherine inginkan adalah pria itu sendiri? Dan karena kebodohannya itu, sekarang Catherine benar-benar ingin mencari yang lebih baik dari pria itu. Dia akan tunjukkan bahwa dia tidak akan mengemis cinta.“Unitmu di lantai ini?” tanya Cahterine terkejut saat mereka keluar dari lift. Bahkan unit Garry berada di lantai yang sama denga

  • Embrace Fate   164. The Accusation

    Garry pun memberitahu apartemen tempatnya tinggal. Cahterine terkejut karena nama apartemen yang disebut Garry adalah apartemen tempat Martinez tinggal. Mendadak, selintas ide gila lewat di otak Catherine. Dan idenya ini telah menghilangkan rasa malu Cahterine sebagai wanita. Dia berkata, “Boleh aku mampir ke apartemenmu? Ehm, maksudku, sekarang?” Pertanyaan Cahterine sukses membuat Garry tercengang. Tidak ada wanita yang lebih seterus terang dan segesit dia. Garry juga tidak menyangka jika Catherine bisa mengatakan ini semua mengingat saat makan di kafe tadi, Catherine tidak terlihat ramah. Dia begitu cuek, dingin, dan jutek. Wanita itu seperti tidak memiliki pikirannya di tubuhnya. Tetapi sekarang, tiba-tiba wanita ini memintanya untuk mengajaknya ke apartemen? Mungkin sebentar lagi akan hujan uang. Namun begitu, Garry laki-laki normal. Tidak mungkin dia melewatkan kesempatan emas seperti ini. Apalagi Catherine adalah wanita pirang seksi. Sungguh me

DMCA.com Protection Status