Home / Romansa / Elegi Syila / 9/2. Kotak Pandora

Share

9/2. Kotak Pandora

Author: suci dream
last update Last Updated: 2022-03-23 04:25:46

Di tangannya sebuah kartu undangan berwarna silver masih terbungkus rapi. Bola matanya yang indah menatap kartu undangan itu penuh pertimbangan. Suara detak jarum jam mengisi kesunyian yang tercipta dan ia sadar jika waktu terus bergulir.

Akankah ia datang?

Ketika matanya beralih menatap pantulan dirinya di cermin, ia tahu dirinya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Bayangan seorang gadis yang duduk di tepian ranjang, mengenakan dress selutut tanpa lengan berwarna peach dengan aksen pita di pinggang, terlihat sangat memukau. Namun, ia sadar di balik itu semua ia menyembunyikan kerapuhan yang sewaktu-waktu bisa saja hancur.

Ia menarik napas dalam. Membuang rasa sesak itu jauh-jauh. Ia beranjak dari duduk, berdiri di depan cermin. Mengamati pantulan wajahnya yang dipoles make up tipis. Cantik. Tetapi tak bisa menyembunyikan sisa-sisa kesedihan semalam.

"Syil, kamu sudah siap belum? Chef Julian udah datang."

Hari ini pasti akan datang juga. Bertemu ke

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Elegi Syila   9/3. Kotak Pandora

    "Halo." Syila mengangkat telepon dan suara musik yang berdentuman sangat keras langsung terdengar di telinga."Alfa?" panggil Syila gusar."Apa ini Syila?" Syila mengerutkan dahi, mendengar suara milik seorang laki-laki asing dan bukan Alfa yang berbicara. Ia melirik layar ponselnya, memastikan ID caller Alfa yang menghubunginya. Namun, kenapa suaranya asing?"Iya," jawab Syila ragu. Ia tidak tahu siapa yang sedang meneleponnya sekarang dan ia penasaran kenapa suara di seberang mengetahui namanya."Alfa sekarang lagi mabuk berat. Berkali-kali meracau menyebut namamu. Jemput dia di Club Light sekarang juga."Syila ingin bertanya lebih lanjut, tetapi sambungan lebih dahulu terputus. Ia berjalan mondar-mandir di kamarnya. Ia melirik jam dinding telah menunjukkan pukul 11 malam. Satu jam lagi akan tengah malam, pasti kedua orang tuanya tidak akan mengizinkannya keluar rumah di

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   9/4. Kotak Pandora

    Semburat cahaya mentari menembus jendela kamar. Kelopak mata itu perlahan terbuka dan cahaya matahari langsung menyilaukan kedua mata. Ia mengerang, menghalau silaunya cahaya dengan menutup wajah dengan tangan. Perlahan ia mengerjap, menyesuaikan pandangan sampai ia benar-benar bisa melihat dengan jelas. Dahinya mengerut ketika ia menatap nyalang langi-langit kamar. Lalu pandangannya menyelusuri seluruh ruangan.Tubuhnya terduduk, mengusap kedua mata perlahan. Apa ini mimpi? Ia sangat yakin semalam ia pergi ke klub untuk mencari keberadaan Alfa dan setelah meminum orange juice, ia tidak ingat apa-apa. Namun, kenapa ia bisa berada di kamarnya sekarang. Siapa yang sudah memindahkannya?Sehari setelah kejadian itu, ia tidak pernah lagi melihat Alfa di sekolah. Pesan yang ia kirimkan padanya sama sekali tak dibalas, begitu juga dengan teleponnya yang tak pernah dijawab. Sungguh Syila ingin meminta penjelasan dari Alfa mengenai kejadian yang menimpanya kemarin.Lalu

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   9/5. Kotak Pandora

    Ponsel di saku Syila bergetar. Ia merogoh sakunya dan mendapati sebuah pesan dari nomor tak dikenal.081xxxBagaimana ya reaksi orang-orang yang kamu cintai mengetahui foto dan video itu? Sudah kukatakan kan untuk menjauhi Raka, tapi ternyata kamu menemuinya dan menganggap ancamanku main-main. Baiklah apa boleh buat aku akan menyebarkannya.Kedua tangan Syila mencengkeram erat railing tangga. Tenaganya seolah telah lenyap, hingga tak mampu menopang tubuh. ia terpuruk pada anak tangga terbawah. Tangisnya langsung pecah.Tiga hari setelah pertemuannya dengan Raka, ia mengira semua akan baik-baik saja. Namun, ternyata di luar dugaan, orang yang mengancamnya benar-benar menyebar foto dan video itu. Dia sendirian. Tidak ada yang menopang beban masalahnya. Tidak Alfa maupun Raka. Lalu apa yang harus ia lakukan sekarang."Syila!"Syila tertegun mendengar suara teriakan yang berasal dari ruang tamu. Pemilik suara itu muncul, melangkah dengan lan

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   10/1. Tunangan

    Melepaskan dan berdamailah dengan masa lalu. Maka beban seberat apa pun yang kau pikul akan terasa lebih ringan nantinya. ***Julian mengambil gelas berkaki berisi minuman berwarna merah di meja prasmanan. Ia mengamati dari kejauhan sosok Raka yang sedang menyambut uluran tangan dari beberapa rekan bisnis orang tuanya.Rasanya Julian ingin sekali menonjok wajah Raka yang saat ini menampilkan senyuman lebar, seolah ia tak memiliki masalah apa pun yang berarti. Padahal sangat jelas, jika dia dihadapkan pada masalah yang sangat rumit.Smirk muncul, memperlihatkan deretan gigi putih. “Aku akan membuat pria bodoh itu sadar,” gumamnya sambil meneguk pelan cairan merah itu sampai tersisa setengah. Ia meletakkan gelas itu di meja dan menghampiri Raka.

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   10/2. Tunangan

    Perasaan ragu-ragu berkecamuk di hati. Apa memang keputusannya adalah tepat. Sial! Jika saja Julian tidak mengajaknya mengobrol, maka bukan hal yang sulit bagi Raka untuk melanjutkan pertunangannya dengan Felisya.Kedua matanya yang legam mengamati sosok Felisya yang cantik luar biasa, berjalan mendekati Raka yang berdiri di atas panggung. Dengan busana kebaya berwarna broken white melekat sempurna di tubuhnya yang elok. Raka tak menampik jika Felisya terlihat sangat anggun dan menurut perkataan orang-orang yang menyebut mereka pasangan serasi adalah tepat.Ketika ia tak sengaja melempar pandangan ke arah lain. Raka meyakini jika matanya tak salah melihat. Gadis itu duduk sangat jauh dari panggung tempatnya berdiri. Sendirian. Walaupun jarak yang begitu sangat jauh dan Raka harus memicingkan mata karena gadis itu duduk dalam pencahayaan yang minim, ia masih bisa melihat wajah itu tampak sendu.Kedua

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   10/3. Tunangan

    Syila memasukkan sebagian perlengkapan yang ia perlukan dan sebagian pakaian dari lemari ke dalam koper yang tergeletak di atas kasur. Setelah dirasa cukup, ia meritsliting koper dan menurunkannya dari atas kasur.Dia sudah memutuskan untuk pergi dari rumah orang tuanya karena ia tak ingin membuat mereka kecewa dan menurutnya kepergiannya adalah hal yang tepat. Mengingat dia bukanlah siapa-siapa dan hanyalah anak yang diasuh dari panti asuhan yang sama sekali tak memiliki hak untuk tetap tinggal di rumah itu.Pandangannya jatuh pada surat yang tergeletak di atas nakas. Sengaja ia membuatnya untuk Felisya dan kedua orang tuanya. Hanyalah tulisan berisi ucapan maaf, terima kasih dan selamat tinggal. Maaf untuk perbuatannya yang sangat mengecewakan. Ucapan terima kasih untuk kedua orang tuanya yang sudah mau merawatnya dan membesarkannya hingga sampai sekarang. Dan selamat tinggal untuk kenangan manis yang diberikan kakak dan mereka

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   10/4. Tunangan

    “Raka.”Suara dari Farida membuyarkan kenangan yang menyakitkan dulu. Pandangannya ia alihkan sepenuhnya pada Farida. Ia mengusap wajah dan menghela napas panjang.“Maaf,” lirihnya.“Saatnya tukar cincin.” Farida mengingatkan.Ternyata sejak tadi ia sama sekali tak mendengar pembawa acara berbicara. Malah pikirannya tersedot ke masa lalu dan itu sukses membuatnya sangat kalut. Ditatapnya Felisya yang tengah tersenyum manis. Ketika pembawa acara memberitahukan bahwa tukar cincin telah dimulai, Raka melempar pandangan ke arah Syila. Sejenak ia tertegun, bisa ia rasakan gadis itu tengah menitikkan air mata. Kali ini ia tak lagi memungkiri perasaan laki-laki itu pada Syila.“Raka.” Kali ini Felisya memanggil namanya. Menatapnya sarat akan kekhawatiran.Raka mengambil cincin dari kotak yang disodor

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   11/1. Menjalankan Amanah

    Adakah yang lebih membingungkan dari sekadar persimpangan jalan? Aku takut jika aku memilih jalan yang salah, langkahku tak akan bisa kembali lagi.***Spanduk bertuliskan selamat datang kepada direktur yang baru, terpasang di lobi kantor. Beberapa staf dan karyawan berdiri di depan lobi, menunggu dengan tak sabar kedatangan direktur baru mereka. Saling berbisik membahas keputusan mendadak dari direktur sebelumnya—Tora Rahardian—yang menyerahkan jabatan pada anaknya untuk sementara waktu.Mereka tak tahu apa yang melatarbelakangi keputusan itu, yang mereka tahu jika perusahaan sedang mengalami masalah. Itu pun mereka tak tahu masalah apa yang sedang terjadi. Perusahaan seolah menutupi permasalahan itu dan mereka meyakini, hanya petinggi perusahaan yang tahu.Sebuah mobil BMW hitam berhenti tepat di depan pintu lobi. Sosok yang ditunggu-tunggu pun keluar dari mobil itu. Menyita

    Last Updated : 2022-04-24

Latest chapter

  • Elegi Syila   22/3 Dua Sisi yang Berlawanan

    TV plasma 21 inch itu menayangkan acara komedi di channel lokal. Kendatipun volume suara lumayan keras, telinga Syila seolah kedap suara. Matanya mungkin menyorot penuh ke layar TV, tetapi tidak dengan pikirannya. Sebelumnya kekhawatiran diam-diam menyelusup. Menunggu dengan tak sabar kedatangan Raka. Harusnya ia bertanya lebih spesifik Raka kembali pada jam berapa. Kalau ia tahu kan ia tak secemas ini dan lagi jika ia bisa menghubungi Raka minimal lewat telepon, sayangnya ia tak tahu nomornya. "Sedang melamun?" Syila terlonjak dari duduknya, adrenalinnya meningkat drastis seirama dentuman jantungnya yang bekerja ekstra. "Kak Raka!" sahutnya cepat bercampur kesal. Raka tertawa kecil. Ia duduk di samping Syila dan memandangnya dengan hangat. Usapannya pada kepala Syila melenyapkan kerisauan Syila terhadapnya. "Kakak ke mana saja? Aku sendirian di sini. Menunggu Kak Raka yang tidak datang-datang membuatku gelisah." ketus Syila. "Merindukanku, heh?" Raka terkekeh. Reaksi salah tin

  • Elegi Syila   22/2 Dua Sisi yang Berlawanan

    Syila terbangun dari tidurnya. Mengerjap beberapa kali selagi ia mengumpulkan nyawa. Dalam detik berikutnya matanya melotot, serampangan ia bangun dan terduduk dengan mata menelusuri tubuh yang mendengkur halus di sampingnya. Ia tak mempercayai apa yang ia lihat. Namun, tak ada keraguan untuk menyimpulkan bahwa ini nyata. Raka bukan mimpi belaka. Semburat merah muncul di pipinya mengingat ia memeluk Raka dalam tidur. Saking sibuknya Syila dengan pergolakan batinnya tentang sosok Raka yang terasa seperti bayangan semu, ia tak menyadari jika Raka telah bangun. Kini Raka memandangnya penuh minat. Untuk pertama kalinya ia bisa tidur sepulas ini dalam kurun waktu dua tahun dan hal pertama yang ia lihat saat membuka mata adalah disambut wajah cantik pujaan hatinya. Hatinya langsung dibanjiri perasaan kebahagiaan. Ingatkan ia untuk membuat sebuah janji seumur hidup, karena ia akan melakukan apa saja demi melihat Syila, hal pertama kali yang ia lihat ketika membuka mata dari tidurnya. "Pagi

  • Elegi Syila   22/1 Dua Sisi yang Berlawanan

    Jalanku adalah menujumu. Bahagia dan kepedihanmu adalah bahagia dan kepedihanku. ***Pagi ini teramat buruk bagi Karin sepanjang ia berada di London atau bahkan mungkin dalam hidupnya. Di samping badannya yang dipaksa tidur semalaman di sofa panjang yang menimbulkan pegal dan sakit, insomnia dan hipotermia juga turut menyerangnya.Satu-satunya ranjang di kamar itu dikuasai sepenuhnya oleh dua sejoli yang sedang dimabuk romantika. Terkutuklah dengan yang namanya cinta. Rasanya ia ingin menghancurkan sesuatu sampai hancur sehancur-hancurnya. Itu salah satu perwujudan dari kegerahan hatinya yang bertentangan dengan suhu udara kota London yang minus di bawah nol derajat.Kau iri kan? Karin mengernyitkan dahi mendengar kata hatinya. Apa mungkin ia merasa iri melihat Syila dan Raka tidur saling berpelukan? Lantas cemburu karena kebalikan dengan kisah perjalanan cintanya yang berliku dan berakhir tragis? Tidak! Tidak! Mungkin itu efek dari insomnia."Berhenti berpikiran yang tidak-tidak Kar

  • Elegi Syila   21/2 Hangatnya Pelukan

    "Tidak ada yang akan menyakitimu lagi. Aku janji ini terakhir kalinya kamu menderita." Kehangatan rengkuhan itu membungkus Syila dalam kedamaian. Menciptakan rasa aman. Melindunginya dari ketakutan. Namun, lambat laun rengkuhan itu terurai, jarak pun tercipta. Kepanikan tak ayal melingkupi Syila tatkala bayangan Raka menjauh. Senyuman itu terkembang untuk Syila hingga akhirnya tenggelam dalam kegelapan. "Tidak! Jangan pergi!" teriak Syila. Tangannya menggapai-gapai udara kosong. Tangisnya pecah, gagal menarik tangan itu yang tak tampak lagi. Kegelapan pun perlahan semakin menelannya. Syila tersentak. Terduduk dalam ranjangnya dalam keadaan napas tersengal. Peluhnya bercucuran membingkai wajahnya yang memancarkan ketakutan. Matanya nyalang menatap ke sekeliling. Cahaya temaram berasal dari lampu tidur di nakas samping ranjang yang menemaninya. Dia Sendirian. Ia mengusap peluhnya di dahi lantas terisak pelan. Tidak ada rengkuhan. Tidak pula dengan adanya sosok Raka. "Jadi, itu hanya

  • Elegi Syila   21/ Hangatnya Pelukan

    Saat tangan ini merengkuhmu, saat itu pula kepingan hati yang telah lama menghilang, kembali dalam genggaman. Melengkapi hati yang telah lama mati sejak aku melepasmu pergi. ***"Akhirnya aku menemukanmu." Rengkuhannya pada Syila kian mengerat. Tubuh Syila pun bergetar. Jantungnya tak beraturan bergemuruh. Mengalun di antara sunyi senyap. Setetes cairan hangat mengalir. Begitu pula suara tangisnya yang tertahan."Jangan menangis." Lembut suara itu, namun makin membuat Syila sulit mengontrol tangis.Pundak Syila diputar lembut. Syila tak sanggup mengangkat kepala, menolak jika ilusinya memang benar adanya. Karena benaknya terus saja meneriaki kata tak mungkin berulang kali.Namun, saat jemari itu menghapus jejak air matanya. Tangan itu pulalah yang perlahan mengangkat dagu Syila. Kedua matanya mencoba mengerjap, meniadakan kekaburan. Ia terhenyak tatkala senyuman itu tertarik untuknya. Keyakinannya akan sosok di depannya belumlah sepenuhnya terkumpul. Tangannya bergerak mengusap pipi

  • Elegi Syila   20/4 Menemukan Hati yang Hilang

    Telapak tangannya terjulur. Merasakan dinginnya sekaligus kelembutan salju yang berjatuhan di telapak tangan. Senyumnya mengembang, walau tak selebar dulu. Sweater yang ia kenakan tak membantu sama sekali untuk mengusir rasa dingin, padahal sejak kemarin ia tak merasakan dingin seekstrem ini. Mungkin kekacauan pikirannya dan bahaya yang menghadang mematikan saraf kulitnya.Keterpaksaan untuk menelan kepahitan hidup membuatnya nyaris menyerah. Kalaupun ia tetap bangkit, untuk siapa ia harus berjuang. Ia sendirian. Semua orang meninggalkannya. Kecuali, Resti. Bagaimana ia bisa melupakannya. Kesadarannya itu memunculkan kerinduan untuknya. Pasti sahabatnya itu sangat khawatir dan tentunya akan berusaha mencarinya.Syila mendesah. Tangannya menyentuh dinginnya birai pembatas balkon, lantas menatap langit abu-abu. Mendadak ia bersin. Tangannya mengusap hidungnya yang terasa gatal. Syila mendesah. Kenapa baru sekarang ia terserang flu.Dulu, flu sesuatu hal yang sangat tak disukai Syila dan

  • Elegi Syila   20/3 Menemukan Hati yang Hilang

    Karin berulang kali mendesah. Kakinya begitu lihai membawanya ke depan pintu sebuah kamar hotel. Padahal hatinya terus mengelak. Kalau bukan karena merasa kasihan pada Syila dan ingin membantunya, demi apa pun di dunia ini ia tidak akan sudi merendahkan diri muncul di depan pria brengsek itu.Karin bergelut dengan pikirannya. Dan pada akhirnya ia menyerah dan berinisiatif mengorek informasi kepada resepsionis hotel. Sempat terjadi perang urat saraf dengan wanita pirang bermulut nyinyir—julukan Karin pada resepsionis tersebut—ia akhirnya mengetahui Julian Alexander Widjaya ternyata menginap di hotel yang sama dengannya.Lagi-lagi Karin mengurungkan niat untuk mengetuk pintu. Ia merasa sangat bodoh, berdiri di depan pintu hanya untuk menenangkan dentuman jantungnya yang berisik. Sebenarnya ia belum siap untuk berhadapan dengan Julian. Mengingat betapa ia terburu-buru me-judge Julian sebelum mengetahui fakta yang sesungguhnya. Lantas mencaci makinya tanpa ampun. Ia benar-benar tidak puny

  • Elegi Syila   20/3 Menemukan Hati yang Hilang

    Syila benar-benar merasa bingung dengan serentetan pertanyaan tanpa henti yang diajukan Karin padanya. Pertanyaannya adalah kenapa laki-laki itu dikait-kaitkan? Dan pada kenyataannya tidak ada hubungannya sama sekali.“Jawab!” tuntut Karin, lalu ia berkata dengan marah, “nanti biar aku yang akan membalas semua perbuatannya!”Syila mengerutkan dahi, ia mencerna semua kalimat yang terucap dari Karin. Lantas ia menyimpulkan satu hal bahwa Karin telah salah paham. “Kakak salah paham.”“Hah?” Karin melongo. Buru-buru ia membekap mulutnya dan melotot tajam. “Maksudnya?” tanyanya tolol.“Bukan Kak Julian, tapi ....” tiba-tiba tenggorokan Syila seolah disumpal benda tajam, terasa sakit dan napasnya pun tersendat-sendat layaknya dicekik tangan-tangan transparan.Karin memandangi buliran air mata yang meleleh di sudut mata Syila. “Tidak apa-apa kalau kamu tak bisa mengatakannya.” Karin bergerak merengkuh pundak Syila, sementara ia tak kuasa menahan gejolak kesedihan berupa isak tangis.Syila me

  • Elegi Syila   20/2 Menemukan Hati yang Hilang

    Syila benar-benar merasa bingung dengan serentetan pertanyaan tanpa henti yang diajukan Karin padanya. Pertanyaannya adalah kenapa laki-laki itu dikait-kaitkan? Dan pada kenyataannya tidak ada hubungannya sama sekali.“Jawab!” tuntut Karin, lalu ia berkata dengan marah, “nanti biar aku yang akan membalas semua perbuatannya!”Syila mengerutkan dahi, ia mencerna semua kalimat yang terucap dari Karin. Lantas ia menyimpulkan satu hal bahwa Karin telah salah paham. “Kakak salah paham.”“Hah?” Karin melongo. Buru-buru ia membekap mulutnya dan melotot tajam. “Maksudnya?” tanyanya tolol.“Bukan Kak Julian, tapi ....” tiba-tiba tenggorokan Syila seolah disumpal benda tajam, terasa sakit dan napasnya pun tersendat-sendat layaknya dicekik tangan-tangan transparan.Karin memandangi buliran air mata yang meleleh di sudut mata Syila. “Tidak apa-apa kalau kamu tak bisa mengatakannya.” Karin bergerak merengkuh pundak Syila, sementara ia tak kuasa menahan gejolak kesedihan berupa isak tangis.Syila me

DMCA.com Protection Status