Home / Romansa / Elegi Syila / 10/2. Tunangan

Share

10/2. Tunangan

Author: suci dream
last update Last Updated: 2022-04-24 21:25:45

Perasaan ragu-ragu berkecamuk di hati. Apa memang keputusannya adalah tepat. Sial! Jika saja Julian tidak mengajaknya mengobrol, maka bukan hal yang sulit bagi Raka untuk melanjutkan pertunangannya dengan Felisya.

Kedua matanya yang legam mengamati sosok Felisya yang cantik luar biasa, berjalan mendekati Raka yang berdiri di atas panggung. Dengan busana kebaya berwarna broken white melekat sempurna di tubuhnya yang elok. Raka tak menampik jika Felisya terlihat sangat anggun dan menurut perkataan orang-orang yang menyebut mereka pasangan serasi adalah tepat.

Ketika ia tak sengaja melempar pandangan ke arah lain. Raka meyakini jika matanya tak salah melihat. Gadis itu duduk sangat jauh dari panggung tempatnya berdiri. Sendirian. Walaupun jarak yang begitu sangat jauh dan Raka harus memicingkan mata karena gadis itu duduk dalam pencahayaan yang minim, ia masih bisa melihat wajah itu tampak sendu.

Kedua

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Elegi Syila   10/3. Tunangan

    Syila memasukkan sebagian perlengkapan yang ia perlukan dan sebagian pakaian dari lemari ke dalam koper yang tergeletak di atas kasur. Setelah dirasa cukup, ia meritsliting koper dan menurunkannya dari atas kasur.Dia sudah memutuskan untuk pergi dari rumah orang tuanya karena ia tak ingin membuat mereka kecewa dan menurutnya kepergiannya adalah hal yang tepat. Mengingat dia bukanlah siapa-siapa dan hanyalah anak yang diasuh dari panti asuhan yang sama sekali tak memiliki hak untuk tetap tinggal di rumah itu.Pandangannya jatuh pada surat yang tergeletak di atas nakas. Sengaja ia membuatnya untuk Felisya dan kedua orang tuanya. Hanyalah tulisan berisi ucapan maaf, terima kasih dan selamat tinggal. Maaf untuk perbuatannya yang sangat mengecewakan. Ucapan terima kasih untuk kedua orang tuanya yang sudah mau merawatnya dan membesarkannya hingga sampai sekarang. Dan selamat tinggal untuk kenangan manis yang diberikan kakak dan mereka

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   10/4. Tunangan

    “Raka.”Suara dari Farida membuyarkan kenangan yang menyakitkan dulu. Pandangannya ia alihkan sepenuhnya pada Farida. Ia mengusap wajah dan menghela napas panjang.“Maaf,” lirihnya.“Saatnya tukar cincin.” Farida mengingatkan.Ternyata sejak tadi ia sama sekali tak mendengar pembawa acara berbicara. Malah pikirannya tersedot ke masa lalu dan itu sukses membuatnya sangat kalut. Ditatapnya Felisya yang tengah tersenyum manis. Ketika pembawa acara memberitahukan bahwa tukar cincin telah dimulai, Raka melempar pandangan ke arah Syila. Sejenak ia tertegun, bisa ia rasakan gadis itu tengah menitikkan air mata. Kali ini ia tak lagi memungkiri perasaan laki-laki itu pada Syila.“Raka.” Kali ini Felisya memanggil namanya. Menatapnya sarat akan kekhawatiran.Raka mengambil cincin dari kotak yang disodor

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   11/1. Menjalankan Amanah

    Adakah yang lebih membingungkan dari sekadar persimpangan jalan? Aku takut jika aku memilih jalan yang salah, langkahku tak akan bisa kembali lagi.***Spanduk bertuliskan selamat datang kepada direktur yang baru, terpasang di lobi kantor. Beberapa staf dan karyawan berdiri di depan lobi, menunggu dengan tak sabar kedatangan direktur baru mereka. Saling berbisik membahas keputusan mendadak dari direktur sebelumnya—Tora Rahardian—yang menyerahkan jabatan pada anaknya untuk sementara waktu.Mereka tak tahu apa yang melatarbelakangi keputusan itu, yang mereka tahu jika perusahaan sedang mengalami masalah. Itu pun mereka tak tahu masalah apa yang sedang terjadi. Perusahaan seolah menutupi permasalahan itu dan mereka meyakini, hanya petinggi perusahaan yang tahu.Sebuah mobil BMW hitam berhenti tepat di depan pintu lobi. Sosok yang ditunggu-tunggu pun keluar dari mobil itu. Menyita

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   11/2. Menjalankan Amanah

    Syila baru saja menyelesaikan kelasnya. Untuk menunggu kelas berikutnya, ia putuskan menghabiskan waktu di perpustakaan. Resti, entah menghilang ke mana. Prediksi Syila menyatakan jika sahabatnya itu sedang berada di gedung fakultas Teknik. Anak itu pasti sedang melancarkan aksi menggaet kakak senior yang bernama Gio.Sudah lama ia menyukainya, sejak masa ospek sampai sekarang. Namun, baru beberapa hari ini Resti berani mencari perhatian senior tersebut. Semoga saja perasannya terbalaskan.Sampai di perpustakaan, Syila mencari buku-buku yang ringan bacaan. Untuk me-refresh kembali otak yang terkuras pada pelajaran tadi. Lalu mencari tempat duduk yang nyaman dan mulai membaca buku pilihan. Syila mendengar tempat duduk di sampingnya ditarik, menimbulkan bising, sehingga konsentrasi Syila terpecah.“Hai!”Syila mendongak. Terkejut dengan sosok yang duduk di sampingnya y

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   11/3. Menjalankan Amanah

    Jas dan dasi telah terlepas, tersampir di sandaran kursi. Tinggal kemeja putih yang melekat sempurna di tubuh Raka. Bahkan lengan sudah ia gulung sampai siku. Sedang membenturkan pena pada meja, menghasilkan bising mengisi ruangan sepi itu.Dahinya berkerut. Menandakan sedang berpikir keras. Berkas yang ia baca membuatnya mengernyit. Perusahaan LeeCo—salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang konstruksi dan perdagangan— sama seperti RH Group. Perusahaan itu diakuisisi oleh RH Group sekitar dua tahun lalu karena perusahaan itu mengalami kebangkrutan. Yang membuat Raka makin penasaran, ia merasa pernah mendengar pendiri LeeCo. Namun, ia belum tahu pasti. Sepertinya ia harus menyelidiki semuanya.Apalagi saat rapat tadi, tak sedikit ia mendapat tatapan meremehkan. Ia tahu, ia tidak memiliki pengalaman apa pun dengan umurnya yang sekarang 24 tahun. Bahkan menginjakkan kaki ke kantor saja baru tiga kali. Itu pun

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   12/1. Rahasia Terselubung

    Kali ini aku tidak akan melepasmu lagi ***Dahi Julian berkerut, tatkala sepasang matanya menangkap sosok Syila yang berdiri di luar pintu masuk restoran. Gadis itu tak sendirian. Melalui pintu masuk yang terbuat dari kaca tembus pandang, Julian bisa mengenali sosok yang sedang berbincang dengan Syila. Pria itu Alfa. Tak lama motor sport yang ditunggangi Alfa bergerak bersamaan lambaian tangan yang diberikan Syila untuk mengiringi kepergian Alfa. Baru setelah Alfa benar-benar pergi, Syila melangkah memasuki Restoran Gorgeous. Melihat tubuh Julian yang berdiri di hadapannya, sontak Syila menghentikan kaki. Menatap kedua bola mata coklat terang milik Julian yang balik menatapnya dengan pandangan menyelidik.

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   12/2. Rahasia Terselubung

    Gadis pemilik sepasang kaki jenjang itu melangkah penuh percaya diri memasuki sebuah kafe. Kedatangannya tak ayal membuat pengunjung lain melirik penasaran. Si gadis sama sekali tak peduli dengan pandangan mereka, ia memilih untuk menempati satu meja kosong dekat jendela yang langsung memberikan view serba hijau di luar kafe.Sesuai tema yang diusung kafe tersebut, go green. Tak hanya indoor, pengunjung juga bisa menikmati suasana di luar kafe dengan meja dan kursi yang ditata sedemikian rupa. Sehingga pengunjung dapat menikmati secara langsung kesejukan dan hijaunya tanaman-tanaman berbagai jenis yang sengaja ditanam di dalam pot-pot maupun lahan khusus yang disediakan.Tak ada waktu untuk menikmati suasana yang menyejukkan mata, ia lebih memilih menyibukkan diri dengan ponsel yang ia ambil dari tas hermes. Tidak ada notifikasi apa pun dari orang yang menyuruhnya datang ke kafe tersebut. Tamp

    Last Updated : 2022-04-24
  • Elegi Syila   12/3. Rahasia Terselubung

    Satu dorongan saja pintu apartemennya terbuka lebar. Segera Raka masuk dan mengunci kembali pintu. Kemeja yang melekat di tubuh dari pagi tadi telah kusut, bahkan jas dan dasi sudah terlepas sejak dari kantor. Sekarang ia letakkan bersamaan dengan tas kerjanya di atas sofa.Rasa lelah menggerogoti, di luar bayangan ternyata hari pertama bekerja sudah dihadapkan dengan segudang masalah kantor. Benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Bayangan wajah keriput di usia muda dan menumpuknya penyakit lantaran stres, membuatnya bergidik ngeri. Pantas saja Papanya terlihat lebih tua dari umur yang sebenarnya. Ia tak berani membayangkan perubahan fisiknya dalam jangka waktu ke depan, yang tak tentu. Dia akan rajin berolahraga dan mengatur jadwal ke gym sesegera mungkin.Raka mengempaskan tubuh di sofa. Berdecak kesal menatap apartemennya yang berantakan dan belum ada waktu untuk bersih-bersih. Ada untungnya juga mamanya

    Last Updated : 2022-04-24

Latest chapter

  • Elegi Syila   22/3 Dua Sisi yang Berlawanan

    TV plasma 21 inch itu menayangkan acara komedi di channel lokal. Kendatipun volume suara lumayan keras, telinga Syila seolah kedap suara. Matanya mungkin menyorot penuh ke layar TV, tetapi tidak dengan pikirannya. Sebelumnya kekhawatiran diam-diam menyelusup. Menunggu dengan tak sabar kedatangan Raka. Harusnya ia bertanya lebih spesifik Raka kembali pada jam berapa. Kalau ia tahu kan ia tak secemas ini dan lagi jika ia bisa menghubungi Raka minimal lewat telepon, sayangnya ia tak tahu nomornya. "Sedang melamun?" Syila terlonjak dari duduknya, adrenalinnya meningkat drastis seirama dentuman jantungnya yang bekerja ekstra. "Kak Raka!" sahutnya cepat bercampur kesal. Raka tertawa kecil. Ia duduk di samping Syila dan memandangnya dengan hangat. Usapannya pada kepala Syila melenyapkan kerisauan Syila terhadapnya. "Kakak ke mana saja? Aku sendirian di sini. Menunggu Kak Raka yang tidak datang-datang membuatku gelisah." ketus Syila. "Merindukanku, heh?" Raka terkekeh. Reaksi salah tin

  • Elegi Syila   22/2 Dua Sisi yang Berlawanan

    Syila terbangun dari tidurnya. Mengerjap beberapa kali selagi ia mengumpulkan nyawa. Dalam detik berikutnya matanya melotot, serampangan ia bangun dan terduduk dengan mata menelusuri tubuh yang mendengkur halus di sampingnya. Ia tak mempercayai apa yang ia lihat. Namun, tak ada keraguan untuk menyimpulkan bahwa ini nyata. Raka bukan mimpi belaka. Semburat merah muncul di pipinya mengingat ia memeluk Raka dalam tidur. Saking sibuknya Syila dengan pergolakan batinnya tentang sosok Raka yang terasa seperti bayangan semu, ia tak menyadari jika Raka telah bangun. Kini Raka memandangnya penuh minat. Untuk pertama kalinya ia bisa tidur sepulas ini dalam kurun waktu dua tahun dan hal pertama yang ia lihat saat membuka mata adalah disambut wajah cantik pujaan hatinya. Hatinya langsung dibanjiri perasaan kebahagiaan. Ingatkan ia untuk membuat sebuah janji seumur hidup, karena ia akan melakukan apa saja demi melihat Syila, hal pertama kali yang ia lihat ketika membuka mata dari tidurnya. "Pagi

  • Elegi Syila   22/1 Dua Sisi yang Berlawanan

    Jalanku adalah menujumu. Bahagia dan kepedihanmu adalah bahagia dan kepedihanku. ***Pagi ini teramat buruk bagi Karin sepanjang ia berada di London atau bahkan mungkin dalam hidupnya. Di samping badannya yang dipaksa tidur semalaman di sofa panjang yang menimbulkan pegal dan sakit, insomnia dan hipotermia juga turut menyerangnya.Satu-satunya ranjang di kamar itu dikuasai sepenuhnya oleh dua sejoli yang sedang dimabuk romantika. Terkutuklah dengan yang namanya cinta. Rasanya ia ingin menghancurkan sesuatu sampai hancur sehancur-hancurnya. Itu salah satu perwujudan dari kegerahan hatinya yang bertentangan dengan suhu udara kota London yang minus di bawah nol derajat.Kau iri kan? Karin mengernyitkan dahi mendengar kata hatinya. Apa mungkin ia merasa iri melihat Syila dan Raka tidur saling berpelukan? Lantas cemburu karena kebalikan dengan kisah perjalanan cintanya yang berliku dan berakhir tragis? Tidak! Tidak! Mungkin itu efek dari insomnia."Berhenti berpikiran yang tidak-tidak Kar

  • Elegi Syila   21/2 Hangatnya Pelukan

    "Tidak ada yang akan menyakitimu lagi. Aku janji ini terakhir kalinya kamu menderita." Kehangatan rengkuhan itu membungkus Syila dalam kedamaian. Menciptakan rasa aman. Melindunginya dari ketakutan. Namun, lambat laun rengkuhan itu terurai, jarak pun tercipta. Kepanikan tak ayal melingkupi Syila tatkala bayangan Raka menjauh. Senyuman itu terkembang untuk Syila hingga akhirnya tenggelam dalam kegelapan. "Tidak! Jangan pergi!" teriak Syila. Tangannya menggapai-gapai udara kosong. Tangisnya pecah, gagal menarik tangan itu yang tak tampak lagi. Kegelapan pun perlahan semakin menelannya. Syila tersentak. Terduduk dalam ranjangnya dalam keadaan napas tersengal. Peluhnya bercucuran membingkai wajahnya yang memancarkan ketakutan. Matanya nyalang menatap ke sekeliling. Cahaya temaram berasal dari lampu tidur di nakas samping ranjang yang menemaninya. Dia Sendirian. Ia mengusap peluhnya di dahi lantas terisak pelan. Tidak ada rengkuhan. Tidak pula dengan adanya sosok Raka. "Jadi, itu hanya

  • Elegi Syila   21/ Hangatnya Pelukan

    Saat tangan ini merengkuhmu, saat itu pula kepingan hati yang telah lama menghilang, kembali dalam genggaman. Melengkapi hati yang telah lama mati sejak aku melepasmu pergi. ***"Akhirnya aku menemukanmu." Rengkuhannya pada Syila kian mengerat. Tubuh Syila pun bergetar. Jantungnya tak beraturan bergemuruh. Mengalun di antara sunyi senyap. Setetes cairan hangat mengalir. Begitu pula suara tangisnya yang tertahan."Jangan menangis." Lembut suara itu, namun makin membuat Syila sulit mengontrol tangis.Pundak Syila diputar lembut. Syila tak sanggup mengangkat kepala, menolak jika ilusinya memang benar adanya. Karena benaknya terus saja meneriaki kata tak mungkin berulang kali.Namun, saat jemari itu menghapus jejak air matanya. Tangan itu pulalah yang perlahan mengangkat dagu Syila. Kedua matanya mencoba mengerjap, meniadakan kekaburan. Ia terhenyak tatkala senyuman itu tertarik untuknya. Keyakinannya akan sosok di depannya belumlah sepenuhnya terkumpul. Tangannya bergerak mengusap pipi

  • Elegi Syila   20/4 Menemukan Hati yang Hilang

    Telapak tangannya terjulur. Merasakan dinginnya sekaligus kelembutan salju yang berjatuhan di telapak tangan. Senyumnya mengembang, walau tak selebar dulu. Sweater yang ia kenakan tak membantu sama sekali untuk mengusir rasa dingin, padahal sejak kemarin ia tak merasakan dingin seekstrem ini. Mungkin kekacauan pikirannya dan bahaya yang menghadang mematikan saraf kulitnya.Keterpaksaan untuk menelan kepahitan hidup membuatnya nyaris menyerah. Kalaupun ia tetap bangkit, untuk siapa ia harus berjuang. Ia sendirian. Semua orang meninggalkannya. Kecuali, Resti. Bagaimana ia bisa melupakannya. Kesadarannya itu memunculkan kerinduan untuknya. Pasti sahabatnya itu sangat khawatir dan tentunya akan berusaha mencarinya.Syila mendesah. Tangannya menyentuh dinginnya birai pembatas balkon, lantas menatap langit abu-abu. Mendadak ia bersin. Tangannya mengusap hidungnya yang terasa gatal. Syila mendesah. Kenapa baru sekarang ia terserang flu.Dulu, flu sesuatu hal yang sangat tak disukai Syila dan

  • Elegi Syila   20/3 Menemukan Hati yang Hilang

    Karin berulang kali mendesah. Kakinya begitu lihai membawanya ke depan pintu sebuah kamar hotel. Padahal hatinya terus mengelak. Kalau bukan karena merasa kasihan pada Syila dan ingin membantunya, demi apa pun di dunia ini ia tidak akan sudi merendahkan diri muncul di depan pria brengsek itu.Karin bergelut dengan pikirannya. Dan pada akhirnya ia menyerah dan berinisiatif mengorek informasi kepada resepsionis hotel. Sempat terjadi perang urat saraf dengan wanita pirang bermulut nyinyir—julukan Karin pada resepsionis tersebut—ia akhirnya mengetahui Julian Alexander Widjaya ternyata menginap di hotel yang sama dengannya.Lagi-lagi Karin mengurungkan niat untuk mengetuk pintu. Ia merasa sangat bodoh, berdiri di depan pintu hanya untuk menenangkan dentuman jantungnya yang berisik. Sebenarnya ia belum siap untuk berhadapan dengan Julian. Mengingat betapa ia terburu-buru me-judge Julian sebelum mengetahui fakta yang sesungguhnya. Lantas mencaci makinya tanpa ampun. Ia benar-benar tidak puny

  • Elegi Syila   20/3 Menemukan Hati yang Hilang

    Syila benar-benar merasa bingung dengan serentetan pertanyaan tanpa henti yang diajukan Karin padanya. Pertanyaannya adalah kenapa laki-laki itu dikait-kaitkan? Dan pada kenyataannya tidak ada hubungannya sama sekali.“Jawab!” tuntut Karin, lalu ia berkata dengan marah, “nanti biar aku yang akan membalas semua perbuatannya!”Syila mengerutkan dahi, ia mencerna semua kalimat yang terucap dari Karin. Lantas ia menyimpulkan satu hal bahwa Karin telah salah paham. “Kakak salah paham.”“Hah?” Karin melongo. Buru-buru ia membekap mulutnya dan melotot tajam. “Maksudnya?” tanyanya tolol.“Bukan Kak Julian, tapi ....” tiba-tiba tenggorokan Syila seolah disumpal benda tajam, terasa sakit dan napasnya pun tersendat-sendat layaknya dicekik tangan-tangan transparan.Karin memandangi buliran air mata yang meleleh di sudut mata Syila. “Tidak apa-apa kalau kamu tak bisa mengatakannya.” Karin bergerak merengkuh pundak Syila, sementara ia tak kuasa menahan gejolak kesedihan berupa isak tangis.Syila me

  • Elegi Syila   20/2 Menemukan Hati yang Hilang

    Syila benar-benar merasa bingung dengan serentetan pertanyaan tanpa henti yang diajukan Karin padanya. Pertanyaannya adalah kenapa laki-laki itu dikait-kaitkan? Dan pada kenyataannya tidak ada hubungannya sama sekali.“Jawab!” tuntut Karin, lalu ia berkata dengan marah, “nanti biar aku yang akan membalas semua perbuatannya!”Syila mengerutkan dahi, ia mencerna semua kalimat yang terucap dari Karin. Lantas ia menyimpulkan satu hal bahwa Karin telah salah paham. “Kakak salah paham.”“Hah?” Karin melongo. Buru-buru ia membekap mulutnya dan melotot tajam. “Maksudnya?” tanyanya tolol.“Bukan Kak Julian, tapi ....” tiba-tiba tenggorokan Syila seolah disumpal benda tajam, terasa sakit dan napasnya pun tersendat-sendat layaknya dicekik tangan-tangan transparan.Karin memandangi buliran air mata yang meleleh di sudut mata Syila. “Tidak apa-apa kalau kamu tak bisa mengatakannya.” Karin bergerak merengkuh pundak Syila, sementara ia tak kuasa menahan gejolak kesedihan berupa isak tangis.Syila me

DMCA.com Protection Status