Home / Romansa / Elegi Cinta Raisa / Kebohongan yang Terendus

Share

Kebohongan yang Terendus

Author: Haris Fayadh
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Raisa masuk ke kamarnya. Wanita itu tersenyum  lembut pada Kun yang tengah bergoler dengan mata terpatri pada layar ponsel di tangan. Sekilas Kun melirik Raisa, tanpa membalas senyuman.

Mendapati Kun semakin bersikap dingin, Raisa menelan ludah. Lalu perlahan menghampiri sang suami.

"Mas mau langsung tidur atau mau aku pijitin?" tanya Raisa.

"Tidak perlu," jawab Kun tanpa melihat sang istri.

Lagi, Raisa menyunggingkan senyum lembut meski sadar perhatiannya tidak akan mendapat balasan apa-apa selain tatapan dingin.

Sudah pukul sepuluh malam, Raisa harus segera tidur. Atau dirinya akan kesiangan. Besok pagi-pagi dia harus memasak untuk sarapan dan bekal Kun. Bi Imas sedang pulang kampung karena anaknya sedang sakit.

Raisa merebahkan tubuh di samping Kun, berjarak dua jengkal. Dada itu kembali berdebar. Rasa di mana hati Raisa direngkuh nyenyat saat menyadari bahwa dirinya dan Kun seperti orang asing. Bukan seperti sepasang suami istri.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Elegi Cinta Raisa   Wanita di Depan Pagar

    "Pa, Kun tidak bohong, Pa," elak Kun sambil mengibaskan tangan di udara."Kamu pikir aku bodoh, hah? Aku tahu dari ayahmu kalau kamu tidak menginap di sana!" bentak Sanjaya dengan bibir gemetar menahan amarah.Kun terdiam begitu mendengar kalimat Sanjaya. Benar, dirinya tidak menginap di rumah ayahnya di kampung. Akan tetapi, dia menghabiskan malam di rumah Delila, sang istri siri.Sementara, di tempatnya berdiri, Raisa kembali harus menahan perih. Pikiran-pikiran negatif perlahan tumbuh berjejal memenuhi kepala."Pa, maaf. Kun memang tidak menginap di rumah Ayah. Kun menginap di rumah teman," ucap Kun pelan.Belum sempat Sanjaya mengeluarkan suara lagi, terdengar seseorang melangkah mendekati keduanya. Raisa tersenyum sambil menimang sebuah paper bag berisi bekal Kun yang sudah disiapkannya."Mas, kamu lupa membawa bekal." Raisa berkata lembut dan menyerahkan bekal di tangannya.Kun berusaha tersenyum pada Raisa, lalu m

  • Elegi Cinta Raisa   Dilema

    "Kamu hamil?" tanya Sanjaya dengan gurat semringah. Senyumnya terkembang lebar.Mendapatkan tebakan sang mertua Raisa buru-buru membulatkan mata. Ini adalah kekeliruan. Raisa seketika merasa dilema. Bingung hendak menjelaskan apa. Semua jawaban akan membuat Sanjaya kecewa.Tidak mungkin Raisa mengiyakan pertanyaan Sanjaya, tapi dia juga tak mungkin mengatakan pada sang mertua jika dirinya mengidap penyakit itu.Raisa membeku dengan pikiran berkecamuk ketika sebuah notifikasi berbunyi. Ojek online pesanannya sudah berada di depan."Pa, aku pamit. Sudah ditunggu sama ojeknya," ucap Raisa sambil mendekat dengan mengukurkan tangan."Kamu naik ojek?" Sanjaya menaikkan alis."Iya, Pa."Pria setengah baya itu berdecak. "Seharusnya kamu diantar oleh Kun!""Tidak apa-apa, Pa. Kalau begitu aku berangkat," ujar Raisa lalu berderap pergi."Hati-hati!" Sanjaya mengingatkan.Sambil melangkah, Raisa menoleh dengan senyum tersung

  • Elegi Cinta Raisa   Gawat!

    "Assalamualikum." Raisa berderap menuju sang bapak dengan senyum lembut. "Waalaikum salam. Ada apa, Nduk? Apa yang terjadi?" tanya Sulaiman dengan wajah heran bercampur cemas. Raisa mengernyit melihat Sulaiman. Duh, Bapak pasti khawatir karena Raisa ke rumah sendirian, batin Raisa. Raisa kembali tersenyum. Wajahnya semringah, menunjukkan bahwa tidak ada yang terjadi dengan rumah tangganya. "Raisa kebetulan ke kantor desa antar hape Mas Kun, Pak. Jadi, ya mampir ke sini," jelas Raisa. Sulaiman akhirnya bisa tersenyum. Lalu mengajak Raisa masuk. Rasa damai seketika membasuh hati Raisa. Penat dan letih dengan kehidupan rumah tangganya, seketika lindap. Seandainya bisa, Raisa ingin kembali ke masa di mana dirinya masih lajang, ingin berlama-lama menikmati aroma ketenangan ini. Tidak ada rasa sakit. Tidak ada kecewa. Tidak ada ... Kun. "Nesha sama Zidan di mana, Pak?" Raisa bertanya sambil berjalan. Matanya mengedar p

  • Elegi Cinta Raisa   Benih-benih Penyesalan

    Raisa buru-buru bersiap ketika dikabarkan bahwa Kun berada di rumah sakit. Pria itu mengalami kecelakaan Subuh tadi."Ada apa, Raisa?" tanya Sulaiman. Pria itu menghampiri Raisa saat mendengar suara Raisa berbicara dengan suara panik."Aku harus pulang, Pak. Mas Kun kecelakaan," ucap Raisa dengan air muka cemas.Sulaiman terkejut begitu mendengar penuturan anaknya. Cemas juga menggantungi wajah lelaki setengah baya itu."Kecelakaan? Kenapa bisa?" tanya Sulaiman.Raisa menggeleng. Tidak tahu. Bi Imas tidak menceritakan apa-apa. Yang perempuan itu katakan bahwa Kun sedang tidak sadarkan diri hingga saat ini."Raisa pamit, Pak. Assalamualikum," ucap Raisa sambil mengulurkan tangan."Waalaikum salam. Hati-hati, Nduk."Raisa menunggu ojek online yang dipesannya. Syukurlah dia dengan cepat mendapatkan ojek di hari yang masih pagi ini.Tak lama kemudian, ojek yang dipesan datang. Segera Raisa meminta sang driver agar mema

  • Elegi Cinta Raisa   Ceraikan Raisa!

    Delila menghambur ke arah Kun dengan mata berkaca-kaca. Raisa yang tadinya tersenyum menyambut kedatangan Delila, seketika meredupkan senyum itu. Kepalanya digelantungi tanda tanya."Mas, tidak apa-apa?" tanya Delila dengan air mata perlahan menyembul dari sudut mata.Kun mengalihkan pandangan pada Raisa yang membeku tidak paham dengan apa yang disaksikannya.Kun panik. Bagaimana kalau Raisa curiga? Tidak. Rasa penasaran sudah terpahat jelas di wajah Raisa. Raisa pasti berpikir macam-macam tentangnya."Delila, kamu datang dengan suami kamu?" Kun balik bertanya. Sorot matanya mengintimidasi. Meminta agar Delila menghentikan aksi bodohnya di depan Raisa.Delila terdiam sejenak. Sebenarnya dia benci dengan semua sandiwara ini. Dengan segala kenyamanan bersama Kun selama ini, membuatnya perlahan berniat untuk menjadi satu-satunya istri Kun.Namun, dia harus bersabar. Jika saat ini dia membeberkan semuanya, bukan hanya Raisa yang pergi, tap

  • Elegi Cinta Raisa   Serasa Malam Pertama

    "Raisa, apa kabar?" tanya Ben, masih dengan senyum lebar. Pandangannya hanya sekilas tertuju pada pria di atas kursi roda. Setelah itu, Ben kembali lagi menumbuk tatapan pada perempuan di depannya. Sungguh, dia sangat merindukan Raisa, sudah lebih empat tahun sejak saat yang menyakitkan itu. Ah, sudahlah! Lupakan semuanya!"Alhamdulillah baik, Kak Ben. Bagaimana dengan Kak Ben?" Raisa balik bertanya, kini senyumnya tidak selebar sebelumnya. Ya, dia harus menjaga sikap, ada Kun di dekatnya."Aku baik. Sangat baik, Raisa.""Alhamdulillah. Oh iya, perkenalkan ini suamiku," ucap Raisa sambil menunjuk dengan wajah pada Kun yang terduduk."Ah, ya." Senyum Ben perlahan meredup, berubah senyum tipis dan getir. "Aku baru tahu kalau kamu sudah menikah, Raisa."Ben memindah pandangan pada pria di atas kursi roda. Mengulurkan tangan untuk menyalami sambil berseru pelan, "Beni."Namun, beberapa saat, Kun hanya membiarkan tangan yang terjulur itu mengamba

  • Elegi Cinta Raisa   Jangan Sampai Raisa Tahu

    Keterkejutan tidak hanya terpahat di wajah Dokter Farah. Namun juga Kun. Pria itu pucat pasi begitu pandangannya berserobok dengan pandangan dokter muda tersebut.Kepala Kun dijejali beragam tanda tanya. Bagaimana dokter yang menangani keluhan Delila bisa kenal dengan Raisa? Bagaimana bisa mereka terlihat begitu akrab? Lalu benaknya seketika diserang rasa khawatir dan takut berkecamuk. Ini akan menjadi petaka baginya dan rumah tangganya dengan Raisa.Kun segera menghindari kamera. Sedangkan Raisa mengernyit dengan rasa penasaran mencuat atas apa yang baru saja disaksikannya. Kenapa mereka berdua terlihat begitu terkejut?"Mbak?" panggil Raisa.Dokter Farah segera terbangun dari keterkejutannya. Buru-buru wanita itu meminta diri untuk mengakhiri panggilan."Raisa, aku ada pasien. Kita lanjut lain kali saja, ya.""Oh, iya, Mbak. Semangat, ya," kata Raisa dengan senyum tulus.Sambungan telepon terputus. Raisa berbalik, menatap sang

  • Elegi Cinta Raisa   Membungkam Dokter Farah

    Dokter Farah terkesiap ketika Kun menyodorkan koper disesaki uang ratusan ribu. Bukan karena melihat uang itu? Bukan. Benaknya kini dapat menvonis Kun lelaki seperti apa. Lelaki yang dengan mudahnya menggunakan harta sebagai alat untuk mencapai segala keingingan. "Bagaimana, Dokter?" tanya Kun sekali lagi dengan begitu percaya diri. Dokter Farah hanya memaku tatapan, tidak memberikan reaksi apa-apa, membuat Kun seketika dihinggapi rasa ragu. Ragu jika dokter di depannya tidak menerima tawaran. "Jika kurang, saya bisa menambahnya, Dokter," imbuh Kun dengan gurat penuh harap. Dokter Farah menatap pria di hadapannya dengan datar. Benaknya telah bergelut dengan ragam opini, kini dia merasa harga dirinya diinjak-injak. Berani-beraninya Kun menyamakan dirinya dengan kebanyakan manusia di luar sana yang akan mudahnya disogok dengan seonggok uang. "Pak Kun, apakah Anda selalu seperti ini untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan?" Dua net

Latest chapter

  • Elegi Cinta Raisa   Epilog

    Saat itu, setelah mendapatkan kecewa lagi dari perempuan yang sangat dicintainya, Ben langsung pergi begitu saja, tidak menghiraukan panggilan Raisa.Beberapa hari terakhir, pria itu juga tidak masuk kantor. Raisa semakin gelisah sebab nomor Ben tak dapat dihubungi.Raisa berjalan menuju sebuah rungan di mana Pras berada. Barangkali dia tahu di mana keberadaan Ben kini."Pak Ben tidak masuk kerja beberapa hari. Kamu tahu dia ke mana?""Ben sedang ke luar negeri. Aku tidak tahu pasti ada urusan apa," jawab Pras.Raisa tersenyum dan berterima kasih. Lalu dia berderap keluar ruangan.Waktu pulang tiba. Rasa penat yang mendera kian bertambah saat Dokter Farah menunjukkan sebuah foto.Raisa membekap mulut saat tiba-tiba dadanya terasa terhimpit."Ini Pak Ben, bukan?" Dokter Farah awalnya ragu untuk memberi tahu Raisa. Namun, jika mendiamkannya, sama halnya dengan mengkhianati Raisa.Raisa tak mampu berkata-kata, dia han

  • Elegi Cinta Raisa   Kecewa

    Ben tidak kuasa menahan cemburu saat Raisa bertemu Kun. Bayangan Kun ketika membingkai wajah Raisa bergelantungan di matanya. Kejadian empat hari lalu itu benar-benar membuat hatinya perih.Ben mendengkus, sebelum akhirnya Raisa masuk dengan membawa sebuah baki berisi segelas teh dan kudapan."Ada apa?" tanya Raisa. Perempuan itu mengambil posisi duduk di depan Ben."Tidak ada apa-apa, Raisa." Ben berbohong.Raisa mengangguk dengan senyum lembut tersungging. Kemudian dia berlalu dari hadapan Ben.Tadi pagi, Sanjaya mengabarkan pada Raisa jika Kun akan dibawa pulang besok. Berkat Raisa yang selalu datang menemui Kun, kondisi pria itu berangsur pulih.Sementara, Raisa merasa ragu untuk memberi tahu Ben jika setiap hari dirinya mengunjungi Kun. Takut pria itu cemburu.Setelah mempertimbangkan, Raisa memutuskan untuk tetap merahasiakannya pada Ben. Dia yakin sebentar lagi Kun akan kembali seperti sediakala dan dirinya tidak perlu mengunju

  • Elegi Cinta Raisa   Mengamuk

    Sanjaya semringah melihat Kun tersenyum. Sudah sangat lama dirinya tidak melihat sang anak segembira itu. Hampir setiap malam, Kun mengalami mimpi buruk.Lalu saat terjaga, maka yang selalu disebut adalah nama Raisa. Hingga sakit yang diderita Kun semakin parah dan tubuhnya semakin kurus.Beberapa psikiater sudah dikunjungi. Akan tetapi, tidak ada hasil signifikan. Semua menyarankan agar Kun dipertemukan dengan seseorang yang selalu disebutnya.Semakin hari, Kun semakin aneh. Nama Raisa selalu diracaukan olehnya. Terkadang, ketika melihat seorang wanita berhijab, maka dia tersenyum girang dan sambil berseru nama Raisa. Begitu mendekat, maka senyum itu menguncup."Raisa ...."Raisa yang sejak tadi melamun, menoleh ke arah Sanjaya di sampingnya. Menunggu kalimat lanjukan yang akan dikatakan oleh pria itu.Hari sudah hampir gelap. Sesuai janjinya, Sanjaya akan mengantar perempuan itu pulang."Terima kasih," ucap Sanjaya.

  • Elegi Cinta Raisa   Pria di Taman Rumah Sakit Jiwa

    Seorang diri, Ben termenung meratapi betapa sialnya nasibnya. Setelah sekian lama berjuang untuk mendapatkan cinta Raisa, dia kira semuanya akan berjalan mulus sesuai harapan. Nyatanya anggapannya meleset. Pada saat makan malam waktu itu, setelah kedua orang tuanya tau jika Raisa janda dan sudah memiliki anak, mereka dengan lantang mengutarakan ketidaksetujuan pada hubungan Ben dan Raisa. "Pokoknya Mama tidak setuju kamu menikah dengan Raisa!" Ben yang sudah melihat jejak tidak mengenakkan di wajah sang mama, menghela napas panjang. Dia menggeleng pelan dengan kepala terasa berdenyut. "Apa yang salah dengan dia, Ma?" Ben bertanya dengan suara keras dan dahi mengkerut, sekilas menatap sang Papa yang hanya menyimak dengan mata fokus pada layar televisi yang tengah menampilkan berita. "Apa kamu sudah tidak waras, Ben? Tidak adakah wanita yang masih gadis?" Perempuan itu menatap nanar wajah sang anak. Ben membuang napas. Dia sangat t

  • Elegi Cinta Raisa   Dua Pria Mencurigakan

    Raisa mematut diri di depan cermin. Saat ini, dia merasakan jantungnya berdetak lebih kencang. Ben akan memperkenalkan dirinya kepada orangtua pria tersebut. Entahlah, ini benar-benar membuat dia gugup.Setelah segalanya siap, Raisa menoleh kepada Nadia di dalam box bayi. Perempuan anggun itu menatap wajah polos sang bayi. Tiba-tiba berkelebat wajah pria yang sangat familier saat melihat sang anak. Ya, wajah bayi itu begitu mirip dengan Kun.Teringat kembali tentang permintaan Sanjaya dua hari lalu agar menemui Kun, Raisa merasa kepalanya berdenyut. Itu adalah kunjungan Sanjaya yang kedua kalinya dengan permintaan sama."Apakah Kun benar-benar sakit? Atau ini hanya akalan mereka saja?" Raisa memijit pelipis sebelum akhirnya sebuah ketukan pintu terdengar."Masuk," kata Raisa.Rahmi masuk dan langsung berkata, "Pak Ben menunggu di ruang tamu."Raisa mengerutkan kening lalu buru-buru melihat ponsel. Benar saja, ada dua panggilan tak terjawab d

  • Elegi Cinta Raisa   Inikah Karma?

    Raisa dan Ben memasuki sebuah restoran mewah bergaya Italia yang sudah terlihat ramai oleh pengunjung. Raisa berjalan di samping Ben yang kini memasuki lift. Keduanya tiba di lantai tiga tak lama kemudian berjalan menuju lift. Mereka menuju lantai tiga. Ruangan luas dengan dinding nyaris seluruhnya kaca itu tidak seramai di lantai dasar.Dari sana, Raisa dapat melihat kendaraan yang padat merayap di jalanan. Ben menuju meja di dekat kaca. Tak lama setelah mereka duduk, waiter datang dengan menyerahkan buku menu setelah sebelumnya menyapa dengan begitu ramah."Mau makan apa?" Ben bertanya, membuat Raisa yang sebelumnya melempar pandangan ke luar menoleh ke arah pria di depannya."Apa saja." Raisa menjawab sekenanya, lalu kembali mengarahkan pandangan pada semua objek yang tertangkap mata di luar.Ben mengembuskan napas, kemudian memberitahu waiter menu yang dia pesan."Kamu sepertinya lebih tertarik memandang keluar daripada ke sini," celetuk Ben.&n

  • Elegi Cinta Raisa   Apa yang Terjadi pada Kun?

    Raisa meraih sebuah kunci yang berada di balik selarik kertas kecil. Ragam tanya berkelindan di benak, sebelum akhirnya dirinya menemukan jawaban pada kertas yang ternyata berisi tulisan dari Sanjaya."Raisa, terimalah ini. Ini kunci rumah yang berada di pusat kota. Rumah itu papa hadiahkan untukmu dan Nadia. Papa tahu, itu tidak akan pernah sebanding dengan apa yang telah kami perbuat padamu."Raisa terduduk dengan perasaan campur aduk. Senang? Tidak sama sekali. Bahkan perempuan itu merasa terbenani dengan pemberian Sanjaya. Dengan menerima hadiah besar itu, sama saja dengan membiarkan dirinya dillit hutang budi.'Ah, berpikirlah logis, Raisa! Dia itu bukan Kun. Lagi pula, Sanjaya adalah kakek dari Nadia.'Raisa mengusap wajah sebelum akhirnya terdengar ketukan. Daun pintu melebar setelah dirinya menyuruh Rahmi untuk masuk. Baby sitter Nadia itu berjalan pelan menuju box bayi.Dering ponsel terdengar menggema memenuhi ruangan yang lengang.

  • Elegi Cinta Raisa   Bertemu Sanjaya

    Suasana berubah menjadi sangat kaku bagi Raisa. Tak menampik, pria paruh baya di depan Raisa juga merasakan hal sama, hanya saja dia lebih pandai mengontrol kondisi hati, sehingga tidak kentara terlihat di wajahnya.Setelah Sanjaya membayar semua belanjaan Raisa, pria itu mengajak sang mantan menantu untuk duduk di kursi teras supermarket.Rasa kecewa yang diperbuat Kun, membuat Raisa tidak mau berhubungan lagi dengan orang-orang di rumah itu, kecuali dengan Bi Imas yang sudah dianggapnya layaknya orangtua sendiri. Sanjaya, dengan segala ragu yang mendera hati, dia juga enggan menghubungi perempuan di depannya sebab merasa kecewa.Hingga tempo hari Kun mengungkapkan bahwa Raisa tidak pernah melakukan kesalahan apa pun. Dan hari ini setelah meneguhkan hati, Sanjaya mencoba untuk menemui Raisa. Entah kebetulan atau memang rencana Tuhan, dia dipertemukan di sini saat hendak membeli oleh-oleh untuk sang cucu."Apa kabar, Nak?" Suara itu terdengar begitu berat

  • Elegi Cinta Raisa   Bogem Mentah

    Kun meringis menahan sakit di bagian pelipisnya. Dia terkesiap setelah pandangannya teralih pada pria yang kini berada di dekat Raisa. Rasa kesal berjelanak, tapi dia tidak ada waktu untuk meladeninya saat ini. Raisa lebih penting dari apa pun."Raisa ...." Kun kembali berseru pelan."Pergi sekarang, atau aku tambah!" Pria di samping Raisa mengancam. Sementara, Raisa terisak. Terpahat rasa iba di wajahnya melihat sang mantan suami yang pelipisnya tampak lebam."Aku tidak punya urusan denganmu!" Kun sudah tegak berdiri. Dia melangkah pelan untuk mendekati Raisa.Sigap, Ben mengangkat tangan untuk menghadiahi pria di depannya dengan satu bogem berikutnya. Namun, Raisa berseru, "Jangan ...!"Merasa dibela, Kun terkekeh dengan menumbuk tatapan sinis kepada Ben yang terlihat kesal."Lihat. Raisa masih ingin mendengarkanku, jadi minggirlah!"Raisa menggeleng. "Aku minta kamu angkat kaki dari sini. Dan jangan pernah temui aku dan Nadia lagi

DMCA.com Protection Status