HALLO, EVA COMEBACK!!
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 di Ig untuk info update, yah!
I LOVE YOU, GUYS!!
CHAPTER-2. I DON’T CARE!
JACKSON mengumpat dalam hati saat melihat ekspresi Beverly. Bukannya takut, wanita itu justru menyunggingkan senyum manisnya. Jantung sialannya melompat-lompat tidak karuan.
“Dan kau pikir aku takut dengan ancamanmu, begitu?” tantang Beverly. Wanita itu mendorongnya hingga terpaksa Jackson mundur beberapa langkah. Beverly berlajan melewatinya. Namun Jackson mencekal tangan wanita itu. “Kau mau kemana?” tanyanya dengan nada tinggi.
“Buang air besar.” jawab Beverly santai. “Apa kau mau ikut?”
Jackson memandang wanita itu dengan mulut menganga. Wanita macam apa Beverly ini? Yang jelas, di mata Jackson Beverly bukanlah wanita anggun yang seharusnya memiliki sopan santun tinggi layaknya seorang wanita. Beverly justru tampak seperti wanita bar-bar yang lahir dari keluarga tidak berpendidikan.
“Minggir!” Beverly menepis tangan Jackson dan melangkah mencari toilet. Begitu menemukan toilet, Beverly masuk dan keluar lima detik kemudian. “Kau punya handuk bersih?” tanyanya pada Jackson.
Dengan hati dongkol, Jackson menunjuk lemari di dekat jendela, tempat ia menyimpan handuk bersih.
“Terima kasih. Aku harus mandi. Badanku lengket.” Ucap Beverly seraya berlalu meninggalkan Jackson.
Jackson melipat tangan di depan dada. Seharusnya, dia membuat Beverly menderita. Bukan malah dirinya yang menderita karena ulah Beverly. Belum genap 2x24 jam Jackson menculik Beverly, wanita itu sudah membuatnya sangat menderita. Jakcson berlajan menuju kulkas lalu mengambil air dingin dan meneguknya. Pria itu sudah bertekad akan membuat Beverly menderita. Jadi, dia tidak ingin rencananya gagal hanya karena Beverly adalah wanita bar-bar yang ternyata memang tidak cengeng.
Dasar bar-bar. Batin Jackson.
Kesal dengan ulah Beverly, Jackson kembali ke kamarnya. Bukan hanya badan Beverly yang lengket. Badannya pun tak kalah lengket. Jackson membuka celananya dan berdiri di bawah shower. Air yang mengalir dari shower itu benar-benar mampu menghilangkan beban pikirannya selama ini. Jackson mengambil bubble bath dan menggosokkannya ke seluruh badan. Rambutnya yang pirang juga tak lupa dicucinya. Ritual mandinya pun selesai. Namun, saat Jackson akan mengguyur tubuhnya lagi dengan air, terdengar suara berisik dari luar kamarnya.
Jackson mengumpat kasar. Lagi-lagi, wanita bar-bar itu mengganggu hidupnya. Dengan cepat, Jackson menyelesaikan ritual mandinya dan mengenakan haduk seadanya. Handuk putih itu hanya membalut bagian pinggangnya hingga ke lutut. Jackson membuka pintu dengan kasar. Hal pertama yang ingin ia katakan adalah, sialan! Apa yang kau lakukan! Apa kau tidak tahu aku sedang mandi! Kenapa kau selalu berteriak? Memangnya kau pikir kita tinggal di hutan?!
Namun, semua kata-kata Jackson teredam di tenggorokannya saat ia melihat Beverly berdiri di depan pintu kamarnya hanya dengan mengenakan handuk yang menggantung di dadanya. Rambut wanita itu tergerai indah, sedikit berantakan tetapi justru terkesan sexy! Jackson meneguk salivanya kasar.
“Apa kau punya pakaian yang layak untukku?” Beverly memandang Jackson dengan tatapan merendah. Jackson benar-benar naik darah dibuatnya. “Aku tidak mungkin memakai handuk sepanjang hari ‘kan?”
“Sayangnya, tidak!” ucap Jackson ketus. “Bukan urusanku kau mau pakai baju atau tidak.”
Beverly menyerngitkan keningnya. “Oh. Baiklah kalau begitu.”
Wanita itu kemudian berlalu meninggalkan Jackson yang masih menganga sekaligus kesal. Jackson melihat bagaimana bokong sekal Beverly berayun indah di balik handuk tipis miliknya. Sial! Umpatnya dalam hati.
Jackson kembali ke kamarnya, mengambil pakaian lalu memakainya. Lima menit kemudian, dia sudah berada di dapur. Jackson menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri. Saat tangannya memotong beberapa kentang untuk digoreng, tatapannya tertuju pada sosok yang masih mengenakan handuk yang kini berdiri di taman belakang rumahnya. Jackson meletakkan pisau dan berdiri di dekat jendela kaca, mengamati Beverly.
Beverly terlihat sedang mencuci pakaian yang ia kenakan saat Jackson menculiknya. Wanita itu bersandar di dekat mesin cuci. Tatapannya tertuju pada segerombolan burung yang terbang melintasi awan. Beverly mendendangkan lagu yang tidak dipahami oleh Jackson. Suaranya bisa terbilang merdu. Dan darah sialan Jackson berhenti di nadinya.
Selesai mencuci pakaiannya, Beverly menjemur pakaian itu. Cuaca terik siang ini, wanita itu pasti berpikir pakaiannya akan segera kering kalau dia mencuci dan menjemurnya sekarang. Jackson tersenyum, Beverly pasti berpikir memakai pakaian lamanya setelah baju-baju itu kering.
Jackson meneguk salivanya ketika Beverly membuka handuk yang dipakainya. Tubuh polos wanita itu terpampang jelas di depan matanya. Instingnya sebagai laki-laki memperingatkan Jackson untuk menerkam wanita itu dan menindihnya hingga Beverly kehabisan napas. Namun, instingnya sebagai musuh Beverly memperingatkan Jackson untuk menyeret wanita itu dan membuangnya ke laut! Astaga.
Beverly mengambil handuk bersih yang masih menggantung di jemuran, handuk miliknya. Tatapan Jackson tidak beralih dari setiap gerakan yang Beverly ciptakan. Setelah memasukkan handuk bekas yang baru saja dipakainya ke dalam mesin cuci, Beverly lalu menyampirkan handuk baru itu di depan tubuhnya sehingga menutupi payudara dan sesuatu di bawah pusarnya.
Jackson mengerang, wanita itu duduk manis di atas pagar rumahnya. Rambutnya tergerai indah, menambah pesona seorang Beverly Montano. Jackson tersentak ketika Beverly tiba-tiba memandang ke arahnya. Wanita itu tersenyum miring.
“Kau pikir aku tidak tahu kau di sana?” tanya Beverly dengan suara khasnya.
Berhubung sudah tertangkap basah, Jackson akhirnya keluar dari persembunyiannya. Pria itu membuka jendela dan keluar melalui jendela. “Apa yang kau lakukan di sini? Kau pikir ini rumahmu? Kau bisa seenaknya telanjang di rumahku!” ucap Jackson dengan nada meremehkan.
“Oh, jadi ini semua salahku? Begitu?” Beverly melilitkan handuknya di atas dada. “Kau sendiri yang menculikku dan sekarang kau juga yang menyalahkan aku? Demi Tuhan, manusia macam apa kau ini?”
“Jaga bicaramu!” bentak Jackson.
“Baiklah, baiklah. Aku ini tawananmu. Aku yang salah. Dan kau yang benar. Kau puas sekarang?”
Bukannya puas dengan pernyataan Beverly, Jackson justru semakin kesal dibuatnya. Beverly memutar bola matanya, “Kau menyiksaku dengan tidak memberiku pakaian yang layak bukan? Aku menerimanya. Kau pikir aku akan tersiksa hanya karena kau tidak memberiku baju?” Beverly mendekat pada Jackson hingga wajah mereka nyaris bertabrakan. “Kita lihat saja siapa yang akan tersiksa di sini.” Kemudian, Beverly mencium pipi Jackson dan berlalu meninggalkan pria itu.
**
Sebenarnya, Beverly juga merasa risih jika harus memakai handuk sepanjang hari. Namun ia tidak punya pilihan lain. Jackson tidak memberinya pakaian yang layak. Dan Beverly juga tidak mungkin memakai celana dalam Jackson.
Setelah mencium Jackson, wanita itu kembali ke dalam rumah. Ia memutuskan untuk pergi ke dapur dan mencari sesuatu untuk dimakan. Beverly lupa kapan terakhir kali dia makan. Perutnya benar-benar kosong. Beverly mengambil apel di kulkas dan memakannya tanpa mengupas terlebih dahulu.
“Aku tidak mengijinkanmu memakan makananku!” Beverly tersentak ketika Jackson tiba-tiba berdiri di belakangnya.
Embusan napas lembut keluar dari tenggorokan Beverly. Ia berbalik dan tersenyum lembut kepada Jackson. “Oh, maafkan aku.” Ucap Beverly. Wanita itu meninju perut Jackson pelan sehingga Jackson membuka mulut dan Beverly memasukkan apel sisa miliknya ke dalam mulut Jackson.
Jackson membulatkan matanya. “A-p-pph!”
“Kau melarangku makan apel ini? Sekarang kau bisa memakannya semua!” seru Beverly lalu pergi meningglkan Jackson.
Ungtung saja, Beverly terbiasa makan dengan porsi kecil. Separuh buah apel cukup untuk mengganjal perutnya. Beverly kembali ke kamar dan mengurung diri di sana. Lebih baik mengurung diri di dalam kamar, bersembunyi di balik selimut, meski tanpa pakaian daripada harus menghadapi Jackson.
Selang sepuluh menit kemudian, Beverly mendengar suara ketukan di pintu kamar. Wanita itu enggan begerak dari posisinya. Biarlah kalau Jackson ingin menembak kepalanya. Beverly tidak peduli. Beverly semakin mengubur diri di dalam selimut, menenggelamkan seluruh tubuhnya dan memejamkan mata kuat-kuat.
Terdengar suara langkah kaki, Beverly menduga suara itu adalah langkah kaki Jackson. “Apa-“ suara Jackson teredam saat ia berhasil membuka selimut dan menemukan Beverly tanpa sehelai kain pun.
Beverly menutup buah dadanya kedua tangan. Tatapannya terarah pada ekspresi kaget yang
muncul di wajah polos Jackson. “Apa yang kaulakukan di sini?” sentak Beverly.
Wajah Jackson merah padam. Ia tidak menyangka menemukan Beverly dalam keadaan seperti sekarang. Ia juga tidak menyangka kalau Beverly ternyata memiliki bentuk tubuh yang menggoda bak--- “Aku mengetuk pintu. Kenapa kau tidak menyahut?” seru Jackson.
“Kepalaku pusing!” sentak Beverly tak kalah keras.
“Jangan berbohong!”
“Oh!” Beverly mendengus. “Apa maumu? Aku bosan berdebat denganmu.”
Jackson terkekeh geli. “Bosan? Seharusnya aku yang mengatakannya.”
“Kalau kau bosan denganku,” Beverly menarik selimut dan kembali menutup dadanya. “Buang saja aku ke laut. Biarkan paus-paus di luar sana memakanku.”
“Omong kosong.” Jackson melempar sepasang pakaian dalam ke wajah Beverly. “ Di sini tidak ada paus.”
“Oh, ya?” Beverly menyingkirkan pakaian dalam itu dari wajahnya. “Bagaimana kau tahu?”
“Aku sudah tinggal di sini selama bertahun-tahun. Jadi aku tahu makhluk apa saja yang tinggal di sini.” Jackson melirik pakaian dalam Beverly. “Pakai itu. Aku akan menunjukkan Sesutu padamu.”
“Apa ini pakaian bekas?”
“Tidak. Pakai saja. Masih untung aku memberimu pakaian. Jangan banyak protes!”
“Siapa yang protes?” Beverly melempar bantal ke wajah Jackson. “Aku hanya bertanya. Apa kau tidak bisa membedakan antara bertanya dan memprotes? Dasar menyebalkan.”
Tanpa mengindahkan pertkataan Beverly, Jackson keluar dari kamar itu dan membiarkan Beverly mengganti pakaian. Jackson mengambil sepotong kue di dalam kulkas lalu memasukkannya ke mulut. Hari ini, Jackson berencana menyuruh Beverly membersihkan kolam renangnya. Dulu sekali, Maria yang menginginkan rumah mereka memiliki kolam renang. Semenjak Maria tinggal di Paris dan dirinya di Dubai, kolam itu menjadi terbengkalai.
Beverly berdiri di dekat pintu kamardengan mengenakan pakaian dalam berwarna merah menyala. Celana dalam berenda serta bra merah membalut dadanya dengan sangat pas. Wanita itu mendesah pelan. Jackson pasti sudah gila telah menyuruhnya keluar rumah dengan hanya mengenakan celana dalam.
“Kita mau kemana?” tanya Beverly seraya bersandar di depan pintu.
Jackson menoleh, melihat Beverly dalam balutan pakaian dalam itu membuanya tersedak roti. “Apa yang kaulakukan?” tanyanya untuk menutupi kegugupan.
“Apa? Salah lagi?”
“Kenapa kau hanya memakai pakaian dalam?!”
“Lantas? Apa lagi yang harus kupakai? Kau memberiku pakaian ini, bukan?!”
Jackson mendengus, ia lupa memberi baju pda Beverly. “Kau benar-benar merepotkan!”
“Kau beanr. Seharusnya kau tidak menculikku kalau kau tahu aku merepotkan.”
“Dan melupakan yang telah kau lakukan padaku? Aku tidak akan melepaskanmu sebelum aku berhasil memnuatmu menderita dan membunuhmu.”
“Do what you wanna do. I don’t care.” Beverly mendekati Jackson dan mendorong pria itu hingga Jackson menabrak tembok. Lalu dengan tangan cekatannya, Beverly menarik kaos Jackson melewati kepala pria itu dan memakainya. “Begini lebih baik.” Gumamnya pada diri sendiri.
HALLO, EVA COMEBACK!!JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 di Ig untuk info update, yah!
HALLO, EVA COMEBACK!!JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 di Ig untuk info update, yah!
HALLO, EVA COMEBACK!!JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 di Ig untuk info update, yah!
HALLO, EVA COMEBACK!!JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 di Ig untuk info update, yah!
HALLO, EVA COMEBACK!!JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 di Ig untuk info update, yah!
HALLO, EVA COMEBACK!!JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 di Ig untuk info update, yah!
HALLO, EVA COMEBACK!!JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 di Ig untuk info update, yah!
CHAPTER-10. KILL HERJACKSON menyesal telah membentak Beverly siang hari ini. Sejak tadi siang, Beverly mengurung diri di kamar. Ternyata, seperti ini rasanya diabaikan oleh seseorang yang tinggal satu atap denganmu. Jackson bahkan sengaja duduk di ruang keluarga, hanya sekedar menunggu Beverly keluar dari kamar itu. Namun, tidak ada tanda-tanda wanita itu mau keluar dari sarangnya.
CHAPTER-48. END.JACKSON sekali lagi melahap lembaran keju di tangannya. Ini lembar kedua untuk hari ini. Biasanya ia menghabiskan tiga lembar keju setiap hari. Dan sekarang, saat waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi, ia sudah menghabiskan dua lembar keju. Jackson lupa kapan terakhir kali Dimitry datang dan membawakannya keju. Dokter muda itu sudah jarang sekali berkunjung semenjak mengurus rumah sakit dan hotelnya. Kemarin memang Dimitry datang, tapi Jackson lupa menanyakan ap
CHAPTER-47. NEW ADVENTURE.KAYLA MONTANO mendapati suaminya tengah berdiri di ambang pintu saat ia sedang menikmati pemandangan di langit. Malam ini bintang bertaaburan di angkasa. Dan bulan bersinar indah dengan awan-awan tipis yang menutup sinarnya. Meski begitu, terangnya tidak terkalahkan oleh awan itu.“Hey,” panggil
CHAPTER-46. FALLIN IN LOVE.BEVERLY MONTANO terbangun karena sinar mentari yang merengsek masuk melalui jendela kamar. Kepalanya sedikit pening. Untungnya hanya sedikit, wanita muda itu kemudian membuka matanya perlahan. Pandangannya masih mengabur saat ia melihat langit-langit ruangan mewah itu. Beverly masih ingat tentang luka tembaknya. Maka ia hanya sedikit bergerak saat bangun di pagi hari.
CHAPTER-45. GOODBYE!BROOKLYN MONTANO mengaduk susu hamil untuk istrinya yang saat ini sedang menikmati acara di salah satu stasiun televise global. Sejak mengandung, Kayla memang lebih sering menghabiskan waktu di atas ranjang seraya menikmati acara televise. Brook melarangnya bekerja untuk perushaan Christian. Sebagai gantinya, Brook mengirim orang kepercayaannya untuk membantu Christian mengelola bisnisnya. Sepulang dari Colmar, Broo
CHAPTER-44. CAN I CALL YOU MINE?BEVERLY hanya tersenyum simpul saat mereka berhasil mengudara. Luka yang dihasilkan dari tembakan Brooklyn tidak seberapa dengan apa yang menyayat hatinya. Saat ini, Brooklyn pasti sangat tersiksa karena ulahnya sendiri. Jika saja ia membiarkan peluru Brook mengenai Jackson, mungkin saat ini Brook masih baik-baik saja. Entah mengapa Beverly bisa sangat yakin kalau kakaknya pasti sedang sangat sedih. Namun, di sisi lain ia juga tidak bisa membiarkan
CHAPTER-43. I SHOOTED HER!JACKSON duduk di samping Rome yang saat ini tengah mengemudikan Chevrolet Chevy Van keluaran tahun 1994. Beverly benar mengenai kebun anggur milik Rome. Kebunnya sangat luas. Rome memang beruntung memiliki tempat ini. Mobil tua itu terus melaju melewati jalanan beraspal di tengah kebun. Sepertinya, jalanan itu sengaja dibuat untuk memudahkan Rome dan pengunjung saat melewati kebun anggur dan membawa hasil panen.
CHAPTER-42.RUNAWAY!BROOKLYN baru bisa memejamkan matanya saat waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Hari ini ia terlalu lelah, bukan hanya fisiknya, otaknya pun ikut lelah mengahadapi hilangnya Beverly. Adik semata wayangnya itu benar-benar membuatnya frustasi akhir akhir ini. Sejak meninggalkan pulau priabadi Jackson, Brook segera kembali ke hotelnya. Kali ini, Brook memilih menggeledah hotelnya karena takut ada yang sengaja memata-matainya. Brook sangat yakin selama ini Jackson memang sengaja memantau dirinya lewat seseorang. Jika tidak, tidak mungkin Jackson bisa lolos dengan semudah itu.Dan ternyata dugaannya kali ini benar. Ada yang memasang alat pengintai di hotel Brooklyn. Brook sudah meminta penjelasan kepada pihak hotel mengenai kecerobohan ini, tetapi pih
CHAPTER-41. ROME.JACKSON dan Beverly baru saja menapakkan kakinya di kota yang sering disebut kota dongeng itu. Mereka baru saja tiba setelah perjalanan kurang lebih tiga jam lamanya. Lelah? Tentu saja. Matahari telah tumbang sejak satu jam yang lalu saat mereka masih berada di dalam kereta. Untungnya Dimitry memesan kereta kelas satu untuk perjalanan kali ini. Beverly tidak tahu bagaimana jadinya jika ia harus berdesak-desakan dengan penumpang lain. Seumur hidupnya, ia belum pernah hidup susah. Keluargaa Montano terlahir untuk menjadi orang berada. Dan sepertinya Beverly tidak akan sanggup jika tidak menikmati kemewahan dalam setiap langkahnya. Bahkan satu set pakaian dalamnya pun setara dengan satu buah sepeda motor yang biasa digunakan orang Indonesia. Dan untungnya, Jackson bisa memenuhi semua it
CHAPTER-40. COLMAR.BROOKLYN MONTANO akhirnya memutuskan duduk di sofa setelah interogasi rumit yang dilakukan Edwin kepada sepasang kekasih yang ditemukan di pulau pribadi milik Jackson. Selama ini, Brook mencari keberadaan Jackson dan Beverly. Tidak mudah baginya menemuka