Usai memantau pemindahan Satwa liar, William dijamu Manajer di ruangannya. Keringat yang bercucuran dari tubuh William seketika buntu. Pori-pori kulitnya tak langit mengeluarkan keringat lantaran udara berganti dingin.
“Haaa, lega sekali. Aku rasa Planet Zoo bertambah panas kini,” ucap William usai menenggak air lemon dingin.Manajer tampak senyum-senyum seraya mengangguk-angguk. Namun, tiba-tiba Manajer membuka mata ketika Willian berkata, “Knox, apa kau sudah menghubungi kepala pemotongan hewan, Tuan Rigath?”“Sudah, Tuan Muda. Tuan Rigath akan datang pada sore ini. Dan akan mengeksekusi pada malam ini juga.”Dengan tergagap Manajer bertanya, “Apa maksud Tuan Muda? Pemotongan hewan apa?”Sebelum menjawab pertanyaan Manajer, William tersenyum bahagia. Ia mengatakan bahwa ia telah berbincang dengan Dokter Bolton saat memeriksa hewan-hewan yang di Planet Zoo.Willia
Usai menarik nafas dalam-dalam, Paman Hery mengepalkan kedua tangannya. Kemudian membuka salah satu telapak tangannya. Dan mengarahkan kepalan tangan iu pada salah satu tangannya pada telapak tangannya. “Baiklah. Akan aku coba.”“Itu bagus.”“Tapi... kau akan menyusulku kan? Setelah yang kerjakan selesai?”Kali ini Brenda yang membuang nafas. “Baiklah, tapi aku tidak janji.”“Aku yakin kau akan menyusulku. Baiklah, aku akan pergi sekarang.”“Jangan lupa kartunya. Kau harus melihat kondisi tahanan. Seperti biasa, cukup dari luar saja.” Di ujung ucapannya, Brenda melepas senyum.“Oh, iya iya.” Paman Hery menepuk helm di kepalanya, sekedar pura-pura lupa.Kemudian Brenda menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam dengan chip berbentuk persegi berwarna emas. Ketika melihat hanya satu kartu, Paman Hery tetiba her
Berbekal teropong Manson memeriksa tiap sudut sempit dan bangunan-bangunan tua di sekitar lokasi persembunyian. Setiap hari ia selalu bergantian dengan Romi memeriksa keadaan sekitar. Setiap dua jam mereka selalu memeriksa keadaan di luar dari atap.. Ini semua dilakukan atas perintah Paman Hery.Usai memastikan keadaan dalam keadaan aman dan tenang, Manson membuang nafas. Kemudian menggerutu, “Aku yakin ini tempat yang aman. Lebih aman dari rumahku.”“Maaf sayang aku bukan menyindirmu. Percayalah aku mencintaimu,” lanjut Manson sambil mengingat sang istri.Setelah memastikan situasi aman tanpa ada kecuali, maka Manson kembali masuk melalui pintu yang terdapat di atap. Usai menuruni tangga di rumah itu, Manson masih mendapati Romi serius mengamati tahunya pasir di dalam jam pasir kuno itu.“Semua baik baik saja,” kata Manson.Manson lalu duduk di sofa, sekedar merilekskan tubuhnya. Ma
Kerasnya suara tembakan yang dilepaskan oleh Durrel, ternyata membangunkan Manson. Suara itu pula yang membuat mup berisi sereal di tangan Romi terjatuh. Akibatnya ia tak jadi makan sereal, padahal ia sangat lapar.Manson dan Romi begitu panik. Mereka memutuskan bergegas pergi dari rumah milik Linch. Romi menyimpan jam pasir tua ke dala peti kayu. Setelah itu ia membungkus peti kayu itu dengan kain. Lalu dimasukkan ke dalam tas ransel. Ia harus secepatnya pergi ke tempat baru. Dan kembali menjalankan jam pasir itu sebelum 1 jam. Karena bila tidak, maka seperti Paman Hery, Ellia dan John tak bisa dikembalikan.“Kau yakin kita bisa pergi ke tempat aman sebelum 1 jam?” tanya Manson.“Aku tak tahu.”Setelah melompati atap-atap tinggi yang berdiri di sepanjang jalan sempit itu, Romi dan Manson menuruni anak tangga dari besi yang sudah berkarat. Karena ada penjual buah di bawah tangga itu, mereka berdua terpaksa m
Badai salju kembali datang menerjang. Menggulung apapun yang ada di permukaan. Lalu menimbunnya dengan pasir putih yang dingin. Angin tampak berputar di langit. Langit yang tak bersahabat. Hitam pekat selama beberapa hari terakhir.“Ellia, masuklah ke dalam mobil ini!” seru Jack.“Tidak! Aku akan bersama Jery. Tenang saja,” balas Ellia.“Ellia, sebaiknya kau masuk supaya bisa lebih hangat. Badai salju ini akan membekukan kita,” usul Jerry.“Tidak Jerry, aku akan bersamamu. Kita akan hadapi bersama badai salju ini.”“Ellia, kumohon! Masuklah!” seru Jack yang tiba-tiba keluar dari dalam mobil. Ia pun menggigil kedinginan karena sapuan angin yang membawa salju.“Jack masuklah! Kita harus secepatnya mendaki bukit sebelum saju salju ini mengubur kita!” seru Ellia.“Kau masih kuat kan Jerry? Kita segera pergi ke temp
“Pantau semua CCTV yang tersebar di tahanan bawah tanah,” perintah Jenderal Aldwin.“Siap, Jenderal!” kata Sipir bernama Daniel.Lima orang Sipir bergabung. Mereka berdiri di belakang lima Sipir yang duduk di depan layar monitor yang masih berfungsi. Dengan seksama mereka mengawasi tiap-tiap bagian di layar itu.“Semua telah dilaksanakan. Namun, beberapa CCTV tak dapat menangkap gambar,” lanjut Sipir di bagian informasi.“Tak dapat menangkap gambar? Bagaimana maksudmu!”“Ahmm kemungkinan CCTV itu rusak, Jenderal.”“Rusak? Sengaja dirusakmaksudmu?”“Ehmm bisa jadi Jenderal!”Jenderal Aldwin pun mengernyitkan kening. “Berarti mereka di sana!”“Identifikasi dimana saja letak CCTV yang mati.”“Blake, siapkan pasukan patroli
“Perbesar gambarnya!” perintah Jenderal Aldwin manakala memantau temuan yang terekam CCTV di lorong H. Seorang laki-laki berpakaian petugas Sipir dengan gelagat yang aneh. Ia juga membawa senjata khusus yang hanya dimiliki oleh pasukan patroli.“Aktifkan radar pasukan patroli. Sambungkan komunikasi pada komandan grup,” lanjut Jenderal Aldwin.“Baik, jenderal.” Lalu melanjutkan, “Sudah terhubung Jenderal!”“Atur suara!”“Siap!”Jenderal Aldwin memberi perintah di balik microphone yang terpasang di headset, “Tersambung dengan Jenderal Aldwin. Kepada Komandan grup harap diperhatikan. Pusatkan pergerakan 4 grup lorong utama yang terhubung ke titik G, J dan F2. Pelaku teridentifikasi berada di titik H. Tepatnya di dekat persimpangan 4 lajur lorong. Dia seorang diri. Jadi kalian harus bergerak cepat. Secepat mungkin yang belum pernah kalian lakukan!”“Jenderal, terdeteksi ada 1 pasukan patroli di lorong I. Ia bergerak menjauh dari lorong utama I dan menuju lorong utama II. Sepertinya dia ba
Edhi dan kedua anak buahnya tercengang manakala melihat sebuah lubang hitam yang semakin besar. Lubang hitam itu seakan hendak menelan mereka bertiga. Akibatnya mereka dilanda cemas dan ketakutan luar biasa.“Kita harus cepat pergi!” seru Holdan. Kemudian ia menarik tangan Edhi. Mike turut di belakang mereka.“Apa kita akan selamat? Sepertinya kita kan mati!” seru Mike.“Tidak. Kita akan hidup. Kita akan tetap hidup!” seru Holdan dengan rona wajah yang pucat. Ia mencoba menepis segala kemungkinana buruk. Karena semua itu hanya akan menghancurkan harapannya!“Ke sana ke sana, ke bukit di seberang itu. Kita ke balik bukit itu!” kata Edhi.“Tidak Tuan. Mendaki akan lebih lambat. Sebaiknya kita pilih jalan yang lurus, walau tumpukan salju sangat tebal,” balas Holdan.“Aku merasa kita harus ke bukit itu!” Edhi ngotot.Usai menarik dan membuang nafas, Edhi kembali melanjutkan, “Kita harus tahu kemana kita harus pergi. Dan kita tidak akan tahu jalan bila tidak berada di ketinggian!”“Ooo, ak
Keringatnya perlahan membasahi kening. Sejujurnya Mrs. Vaeolin benar-benar takut. Dan baru kali ini ia merasakan ketakutan. “Kau tak boleh takut Vaeolin! Jangan jadi pengecut! Musuhmu akan senang melihatmu ketakutan,” bisik hati Mrs. Vaeolin. Ia masih mengenggam senjata laras pendek. Begitu lama ia rasa menanti pasukan patroli yang hendak mencekal dirinya. Sampai-sampai ia menjadi ragu. Ia berpikir, jangan-jangan pasukan patroli itu tak akan datang. Atau...Kedua matanya terbuka lebar ketika mendengar ucapan hatinya, “Ia tidak datang sendiri!”Mrs. Vaeolin buru-buru balik badan. Ia tergesa melangkah menuju lorong H. Suara langkahnya terdengar begitu keras. Paman Hery pun hendak melihat apa yang terjadi dengan kawannya itu. Namun, belum sampai di perempatan lorong, seseorang dari belakang Paman Hery menodongkan senjata tepat di belakang lehernya. “Berhenti! Dan jatuhkan senjatamu, atau kau kutembak!”Tak pelak Paman Hery berhenti melangkah. Namun, ia tak segera melepaskan senjata di
Riuh warga Kota Westinhorn menyeruak begitu Mrs. Vaeolin keluar dari gedung parlemen pemerintah kota westinhorn. Sorak-sorak bahkan tangis mengalir di dalam gemuruh tepuk tangan. Mereka begitu mencintai sosok perempuan berusia 50 tahun itu. wanita yang tegas dan di segani siapapun terutama menyangkut kebun binatang planet zoo.Kini, warga Westinhorn tak lagi terpecah seperti sebelumnya. Setelah kebenaran terungkap, mereka pun bersatu. Mereka berharap dengan kembalinya mrs. Vaeolin maka permasalahan kebun binatang yang menjadi ikon kota westinhorn akan terselesaikan. Dan mereka dapat kembali menyaksikan kedamaian menyaksikan tingkah laku satwa-satwa yang pernah menghuni seluruh hutan yang pernah ada di dunia. Setelah Mrs. Vaeolin berdiri di depan mic, Ellia melangkah malu-malu di belakang Mrs. Vaeolin. Mr. Cruise meminta Ellia untuk mendampingi Mrs. Vaeolin. Ia menganggap Ellia begitu berjasa karena berhasil mengungkapkan penjahat utama yang ingin menjarah harta berharta milik Westi
Matahari terbit lebih awal di hari itu. Berita tak terduga diterima Mrs. Vaeolin di tahanan Dry Land Cave. Kepala rumah tahanan itu telah mengajukan peningkatan hukuman bagi Mrs. Vaeolin, dari semula ditahan seumur hidup menjadi hukuman mati. Pengadilan Westinhorn telah menyetujui. Bahkan keputusan pengadilan telah keluar sebelum sebelum komunikasi dari pihak pengacara Mrs. Vaeolin. Para pendukung Mrs. Vaeolin kembali kecewa dengan putusan pengadilan. Padahal mereka berharap dengan ditemukannya orang-orang yang hilang pada saat kejadian huru-hara pertama di planet Zoo, maka Mrs. Vaeolin akan dibebaskan. “Ini tidak adil!” seru pengunjuk rasa. “Pengadilan buta. Hakim buta dan tuli!” teriak para pengunjuk rasa. “Bebaskan bebaskan bebaskan Mrs. Vaeolin! Bersihkan namanya!” sorak-sorak pengunjuk rasa. Suara sirine polisi mengoyak pasang telinga setiap orang di depan pengadilan. Para polisi bergerak cepat menembus para pengunjuk rasa. Di tengah kerumunan itu juga terlihat asisten Mrs. V
Malam bertambah larut. Hampir berganti hari ketika jam menunjukkan pukul 12 malam kurang 15 menit. Dan kini keadaan di kebun binatang Planet Zoo telah kembali normal. Badai angin berangsur-angsur pergi menghilang. Dan tentunya semua orang yang menyaksikan malam itu tak mengetahui kemana perginya sang badai yang menakutkan itu.Kini polisi dan tentara semakin banyak yang masuk ke dalam area kebun binatang yang menjadi ikon Kota Westinhorn. Mereka menyisir lokasi hingga menangkap orang-orang yang terlibat keonaran. Dan pastinya mereka masih memburu tahanan yang kabur dari Dry Land Cave. Mereka juga membantu para polisi yang terjebak di dalam Planet Zoo selama terjadinya badai yang mengerikan. 20 orang anak buah Robert dan para pekerja Georges Hat yang lemas diringkus termasuk Cuki dan Eric. Cuki bahkan hampir tak sadarkan diri ketika dibawa polisi.Namun, ia sempat mengigau, berkata, “Tuan Edhi, apa kau sudah kembali? Aku dan para pekerja datang menyambut kepulanganmu.”“Angkat tangan
Benar dugaan Paman Hery. Lubang hitam yang menjadi pintu ke dunia lampau itu kian mengecil. Badai pun ikut melemah. Dan jangkauannya tak seluas semula.Bahkan kini para polisi dan tentara yang berada di luar area Planet Zoo memutuskan bergerak masuk ke dalam Planet Zoo. Komandan mereka mengintruksikan pada pasukannya supaya tetap bersabar menanti celah untuk mendekati sumber badai itu.“Tetap utamakan keselamatan! Ini hanya masalah waktu,” tambah komandan tentara.Sementara itu, masih banyak polisi yang terjebak di tengah badai di dalam Planet Zoo. Mereka tak berani pergi dari persembunyian karena khawatir badai akan tiba-tiba menguat dan menggulung mereka. Namun, beberapa polisi ternyata keluar dari persembunyian untuk pergi memeriksa.5 tentara pergi ke tempat terjadinya ledakan pertama, karena badai dirasa melemah di wilayah terjadinya ledakan pertama. Mereka pun menemukan bangkai helikopter yang sudah hangus dan mengepulkan asap hitam. Setelah didekati, mereka menemukan seorang p
Paman Hery masih sekuat tenaga menahan goncangan dari jam pasir kuno. Walau tak ada badai menerpa dirinya, namun ia jam pasir di kedua tangannya dapat dikatakan cukup berat. Ia sendiri masih tak mengerti mengapa jam pasir yang bisa menjadi seberat itu.1 jam waktu yang dimiliki Mrs. Vaeolin untuk pergi menyusul Ellia ke dalam dunia di dalam jam pasir itu. Bila ia tak kembali tepat waktu maka mereka tak bisa kembali ke dunia nyata. Karena jam pasir tak akan membuka tiga kali dunia yang sama.Malam itu juga pasukan tambahan dari kepolisian dan tentara pemerintah Kota Westinhorn berdatangan. Truk-truk dan helikopter telah bergerak dari markas. Sebagian truk yang mengangkut tentara dan polisi sudah tiba di area wilayah sekitar kebun binatang Planet Zoo yang luasnya mencapai puluhan hektar. Sedangkan helikopter yang terbang di sekitar kebun binatang itu tak berani bergerak maju lebih ke dalam lantaran badai angin yang menelimuti kebun binatang itu.Tak hanya aparat dan para wartawan yang m
“Apalagi ini?” lirih Ellia manakala melihat sebuah lubang hitam bertambah besar dari semula yang berupa titik.“Ellia, bagaimana ini. hewan-hewan itu sudah mulai keluar.” John begitu panik.“Dan apa itu?” John menunjuk sebuah lubang hitam raksasa sejauh 200 meter di hadapan mereka. Kemudian sesosok manusia melangkah ke keluar dari dalam lubang hitam itu.“Ellia, kau pergi saja bersama John dan Jerry. Aku akan menghadang mereka,” kata Jack seraya menatap Ellia dengan cemas.“Mereka hanya menginginkanku,” lanjut Jack.“Pergi kemana maksudmu Jack!” sela John.“Kita terkurung!” lanjutnya.“Kita pergi bersama, Jack. Karena kita akan pulang bersama,” kata Ellia.Kemudian John menoleh pada lubang hitam itu, maka dilhatnya kini puluhan hewan buas menemani langkah sesosok manusia itu. Ia hampir pingsan karena ketakutan yang luar biasa. Bagaimana tidak, di kanan dan di kiri mereka terdapat hewan-hewan buas yang hendak menyerang.John pun menangis meraung-raung. I berucap, “Apakah daging kita te
Kedua mata Mrs. Vaeolin terbuka lebih lebar manakala melihat pasir terakhir akan jatuh. Sementara Paman Hery belum juga datang. Bila ia sendiri yang menahan jam pasir itu, maka ia tak dapat memantau ketika waktu habis. Tak diduga Paman Hery melompat dari belakang diri Mrs. Vaeolin. Ia mencoba meraih jam pasir itu. Dan tepat sekali, ketika jam pasir itu menciptakan badai bercampur cahaya yang berputar maka Paman Herry telah menggenggam jam pasir itu. Namun, tiba-tiba Robert melompat ke arah jam pasir itu. Ia mencoba merebut jam pasir kuno dari tangan Paman Hery. Robert sudah mendengar cerita mengenai jam pasir itu dari Max dan Durrel. Jam pasir kuno itu mampu menelan siapapun yang masuk ke dalamnya. Dan tidak memungkiri pula, jam pasir itu dapat mengembalikan Ellia, gadis kebun binatang yang menjadi saksi kejahatannya. Karena itu Robert ingin menggagalkan rencana Mrs. Vaeolin dan Paman Hery.“Berikan jam ini padaku!” Robert geram.“Kau yang menyingkir. Atau aku akan membuangmu ke dal
Polisi dan tentara dikerahkan untuk mengepung kebun binatang Planet Zoo. Sesuai dengan pernyataan 6 orang yang telah diamankan dari Georges Hat, bahwa tersangka buronan dari tahanan Dry Land Cave pergi ke kebun binatang Planet Zoo. Karena itu pihak kepolisian meminta bantuan tentara yang dimiliki Westinhorn untuk mengepung kebun binatang itu.Sesampainya di Planet Zoo, kedatangan puluhan polisi dan tentara mengejutkan orang-orang yang berseteru. Bahkan perkelahian antara anak buah Edhi dan pekerja Georges Hat yang dibantu pasukan patroli sempat terhenti ketika polisi dan tentara mengepung mereka. Bahkan helikopter yang terbang di atas mereka menyorotkan cahaya terang pada orang-orang yang bertikai di planet Zoo.“Kalian sudah terkepung. Jatuhkan senjata dan angkat tangan kalian semua!” seru komandan polisi di balik megaphone.Pilot yang mengemudikan helikopter itu mendapat perintah untuk menyisir tiap sudut kebun binatang itu. Sementara para polisi dan tentara mengamankan orang-orang
Tak diduga Ellia melempar sekepal salju ke muka John. Akibatnya John terkejut dan lengah. Ellia akhirnya mampu melepaskan cengkraman John dari lengannya. Ia pun bergegas menghampiri Jack. John berusaha mengejar, namun Jerry menarik bajunya. Ia meminta John tak pergi kemanapun. Lebih baik John mengawasi mereka dari tempatnya kini.“Lepaskan aku. Ellia dalam bahaya!”“Bukankah, Jack dan Edhi berada jauh dari anak buah Edhi?” bisik Jerry.John pun menggulungkan kening. “Tapi aku sangat khawatir.”“Dan kau? Tak biasanya kau bersikap begini!” lanjut John seraya menatap Jerry dengan penuh curiga.Dengan wajah datar Jerry berkata, “Kau salah. Aku masih sama seperti dulu. Hanya saja... aku tak ingin melihat Ellia... kembali sedih.” “Tapi kau malah membuatnya celaka!” maki John. Ia pun menyeringai sambil mengawasi Ellia.Sementara itu, kedatangan Ellia membuyarkan rayuan Edhi. Wajahnya kini dipenuhi dengan sakit hati. Ia tak rela Jack bersama dengan gadis itu, gadis yang sudah menggagalkan re