Edhi dan kedua anak buahnya tercengang manakala melihat sebuah lubang hitam yang semakin besar. Lubang hitam itu seakan hendak menelan mereka bertiga. Akibatnya mereka dilanda cemas dan ketakutan luar biasa.“Kita harus cepat pergi!” seru Holdan. Kemudian ia menarik tangan Edhi. Mike turut di belakang mereka.“Apa kita akan selamat? Sepertinya kita kan mati!” seru Mike.“Tidak. Kita akan hidup. Kita akan tetap hidup!” seru Holdan dengan rona wajah yang pucat. Ia mencoba menepis segala kemungkinana buruk. Karena semua itu hanya akan menghancurkan harapannya!“Ke sana ke sana, ke bukit di seberang itu. Kita ke balik bukit itu!” kata Edhi.“Tidak Tuan. Mendaki akan lebih lambat. Sebaiknya kita pilih jalan yang lurus, walau tumpukan salju sangat tebal,” balas Holdan.“Aku merasa kita harus ke bukit itu!” Edhi ngotot.Usai menarik dan membuang nafas, Edhi kembali melanjutkan, “Kita harus tahu kemana kita harus pergi. Dan kita tidak akan tahu jalan bila tidak berada di ketinggian!”“Ooo, ak
Keringatnya perlahan membasahi kening. Sejujurnya Mrs. Vaeolin benar-benar takut. Dan baru kali ini ia merasakan ketakutan. “Kau tak boleh takut Vaeolin! Jangan jadi pengecut! Musuhmu akan senang melihatmu ketakutan,” bisik hati Mrs. Vaeolin. Ia masih mengenggam senjata laras pendek. Begitu lama ia rasa menanti pasukan patroli yang hendak mencekal dirinya. Sampai-sampai ia menjadi ragu. Ia berpikir, jangan-jangan pasukan patroli itu tak akan datang. Atau...Kedua matanya terbuka lebar ketika mendengar ucapan hatinya, “Ia tidak datang sendiri!”Mrs. Vaeolin buru-buru balik badan. Ia tergesa melangkah menuju lorong H. Suara langkahnya terdengar begitu keras. Paman Hery pun hendak melihat apa yang terjadi dengan kawannya itu. Namun, belum sampai di perempatan lorong, seseorang dari belakang Paman Hery menodongkan senjata tepat di belakang lehernya. “Berhenti! Dan jatuhkan senjatamu, atau kau kutembak!”Tak pelak Paman Hery berhenti melangkah. Namun, ia tak segera melepaskan senjata di
Ellia masih menemani Jerry yang terkapar di atas salju. Ia begitu sedih melihat kondisi sahabatnya itu. Ia berjanji tak akan meninggalkan Jerry yang selama ini banyak membantu dirinya. Jack pun tak jemu memandang Ellia, walau hatinya begitu teriris-iris.Tiba-tiba salju kembali turun, berjatuhan ke permukaaan. Angin kembali bertiup kencang. Selang beberapa detik matahari ganti bersinar. Badai pun lenyap tanpa jejak. Jack terhenyak. Begitu juga dengan John. Mereka berdua mencari-cari lubang hitam itu. Namun, keberadaan lubang hitam itu sama sekali tidak meninggalkan jejak. Keadaan tampak kembali normal seperti semula. Bahkan lebih kini baik. Jack masih berpikir keras sementara John melepas tawa sambil mengelus dada. Jack masih tak mengerti dengan lubang hitam itu. Mengapa bisa tiba-tiba muncul dan tiba-tiba menghilang.“Apakah semua yang ada di sini sebenarnya tak pernah ada? Hanya sebuah fatamorgana? Proyeksi tak nyata dari sebuah cahaya Tuhan?” gumam Jack seraya mengernyitkan ken
Senjata laras panjang yang sangat canggih lantaran mampu menampung banyak amunisi. Dengan senjata itu tangan Mrs. Vaeolin seperti menampar dinding dan langit-langit di balik teralis gerbang besi. Ia meyakini sebuah sistem keamanan lapis kedua terdapat di atap atau di dinding di dekat pintu gerbang dari teralis besi. Sehingga ia berharap melalui peluru-peluru itu ia dapat merusak sistem kontrol keamanan yang mengatur buka tutup otomatis pintu teralis gerbang besi.Tiba-tiba alrm keras di balik teralis besi berbunyi bersamaan dengan cahaya merah menyala berkelap-kerlip yang juga terdapat di balik jeruji besi. Pintu teralis juga ikut berbunyi, “Jlek!”“Cepat dorong pintunya!” seru Mrs. Vaeolin.“Pintu apa?”“Pintu teralis besi di hadapanmu, Hery!” jawab Mrs. Vaeolin dengan geregetan.Lantaran asap yang masih tebal Paman Hery meraba-raba, sebelum ia layangkan kakinya ke arah pintu gerbang teralis besi. Akibatnya pintu gerabang itu terbuka. Buru-buru Mrs. Vaeolin dan Paman Hery masuk melew
Herman akhirnya bersedia bekerja sama dengan dua tahanan yang hendak kabur itu. Tapi, ia meminta imbalan mereka berdua. Ia tak ingin melakukan pekerjaan yang tidak menguntungkan. Lagi pula resiko membantu meloloskan tahanan sangatlah besar. Bila ketahuan, ia pasti dipecat dari pekerjaannya.“Hah, apa kepalamu tak cukup berharga!” Paman Hery geram.“Baiklah, kami akan memberi apa pun yang kau mau,” sahut Mrs. Vaeolin.Herman melapas senyum lebar di kedua pipinya. Ia begitu senang tawarannya diterima. Kemudian ia mengatakan sebuah rencana pada dua orang yang ia duga sebagai tahanan itu. Herman mengatakan belum ada pengetatan penjagaan di lantai satu di Blok Selatan. Tapi ia meminta mereka berdua untuk berpura-pura menjadi sipir yang akan kembali dari tugas piket. “Masukkan senjatamu itu ke kantongnya. Dan simpan di bawah kereta dorong ini. Berusahalah rileks,” kata Herman."Ini?" Paman Hery mengulang."Cepat masukkan! Hanya pasukan patroli yang membawa senjata itu!" sahut Mrs. Vaeolin.
Goncangan keras tiba-tiba terjadi ketika hendak memasukkan Ellia dan seekor kuda putih ke dalam kandang dari jeruji besi yang berada di dalam kontainer. Akibatnya kepanikan melanda Edhi dan tiga anak buahnya. Hanya Bomba yang bergeming tak ada gairah.“Sepertinya badai akan kembali datang!” seru Lindhan.“Oh, tidak! Semoga itu tidak terjadi!” seru Mike sambil mencengkaram erat jeruji besi.“Cepat-cepat! Cepat masukkan mereka ke dalam kandang. Kita harus secepatnya pergi!” Seru Edhi. Mereka pun bekerja dalam goncangan yang dahsyat.Hingga truk melaju, salju kembali turun. Matahari tiba-tiba menghilang bagai di telan langit. Gemuruh angin bertambah kencang. Mengalir saling bertabrakan.Tiba-tiba gocangan berhenti. Langit kembali cerah. Dan salju berhenti turun. Matahari pun kembali tampak bersinar terik di langit.“Apa apaan ini!” Mike kesal sekaligus lega manakala melihat keadaan telah kembali tenang.“Oh syukurlah. Harusnya bersyukur!” Di ujung ucapannya Holdan mengeplak kepala Mike.
Berita mengenai kaburnya Mrs. Vaeolin juga sampai ke telinga Robert. Kini dadanya menjadi sesak. Nafasnya seakan tersumbat. Jantung bahkan seluruh tubuhnya bergetar. Sampai-sampai keringat dingin memenuhi wajahnya.Boffelt pun tak kalah panik. Ia yakin Mrs. Vaeolin akan membalas dendam pada mereka. Apalagi jika ia telah mengetahui Planet Zoo kini sangat berbeda dengan ketika Mrs. Vaeolin menjadi pemimpin utama.“Tuan, apa yang harus kita lakukan? Bagaimana jika... jika Mrs. Vaeolin....”“Tidak! Itu tak akan terjadi. Jadi jangan menerka-nerka!” potong Robert.Usai menarik nafas dan menghembuskannya Robert berkata, “Aku yakin ia tidak tahu semua yang terjadi adalah rencana kita. Tak ada siapapun yang tahu, kecuali kau, aku dan Tuan Muda William!”Kemudian Robert melangkah ke hadapan asistennya itu. Ia menatap kedua mata Boffelt lekat-lekat. Di dalam kedua bola matanya seperti ada percikan api.“Karena itu kau tak boleh sembarangan bicara, Boffelt! Atau kau akan lenyap dari dunia ini!” l
“Tunggu! Jangan bergerak!” cegah Paman Hery seraya menggenggam tangan Mrs. Vaeolin. Lalu jari telunjuknya ia angkat ke depan mulutnya.“Pasukan patroli ada di atas!” ucap Paman Hery sangat pelan.Paman Hery dan Mrs. Vaeolin ternyata mendengar obrolan Herman dengan para petugas patroli. Ia tak bisa pergi begitu saja. Sebab suara langkah mereka akan terdengar menggaung keluar.“Oh tidak tidak! Jangan mendekat!” ucap Paman Herry ketika melihat seekor tikus yang sangat besar menghampiri kakinya. Ia pun tak sadar membedil tikus itu. “Dorr!!” “Herry!” seru Mrs. Vaeolin dengan geram, lalu lekas menarik tangan kawannya itu. Mereka berdua pun berlari di dalam lorong gorong-gorong.6 pasukan patroli yang mendengar suara letusan lekas melompat ke dalam lubang gorong-gorong. Mereka pun melihat dua orang berlari yang diduga adalah tahanan. Mereka memberedelkan puluru dari senapan di tangan mereka. Paman Herry balas memberedelkan mereka dari senapan yang ia bawa. 6 pasukan patroli terpaksa lebih m
Riuh warga Kota Westinhorn menyeruak begitu Mrs. Vaeolin keluar dari gedung parlemen pemerintah kota westinhorn. Sorak-sorak bahkan tangis mengalir di dalam gemuruh tepuk tangan. Mereka begitu mencintai sosok perempuan berusia 50 tahun itu. wanita yang tegas dan di segani siapapun terutama menyangkut kebun binatang planet zoo.Kini, warga Westinhorn tak lagi terpecah seperti sebelumnya. Setelah kebenaran terungkap, mereka pun bersatu. Mereka berharap dengan kembalinya mrs. Vaeolin maka permasalahan kebun binatang yang menjadi ikon kota westinhorn akan terselesaikan. Dan mereka dapat kembali menyaksikan kedamaian menyaksikan tingkah laku satwa-satwa yang pernah menghuni seluruh hutan yang pernah ada di dunia. Setelah Mrs. Vaeolin berdiri di depan mic, Ellia melangkah malu-malu di belakang Mrs. Vaeolin. Mr. Cruise meminta Ellia untuk mendampingi Mrs. Vaeolin. Ia menganggap Ellia begitu berjasa karena berhasil mengungkapkan penjahat utama yang ingin menjarah harta berharta milik Westi
Matahari terbit lebih awal di hari itu. Berita tak terduga diterima Mrs. Vaeolin di tahanan Dry Land Cave. Kepala rumah tahanan itu telah mengajukan peningkatan hukuman bagi Mrs. Vaeolin, dari semula ditahan seumur hidup menjadi hukuman mati. Pengadilan Westinhorn telah menyetujui. Bahkan keputusan pengadilan telah keluar sebelum sebelum komunikasi dari pihak pengacara Mrs. Vaeolin. Para pendukung Mrs. Vaeolin kembali kecewa dengan putusan pengadilan. Padahal mereka berharap dengan ditemukannya orang-orang yang hilang pada saat kejadian huru-hara pertama di planet Zoo, maka Mrs. Vaeolin akan dibebaskan. “Ini tidak adil!” seru pengunjuk rasa. “Pengadilan buta. Hakim buta dan tuli!” teriak para pengunjuk rasa. “Bebaskan bebaskan bebaskan Mrs. Vaeolin! Bersihkan namanya!” sorak-sorak pengunjuk rasa. Suara sirine polisi mengoyak pasang telinga setiap orang di depan pengadilan. Para polisi bergerak cepat menembus para pengunjuk rasa. Di tengah kerumunan itu juga terlihat asisten Mrs. V
Malam bertambah larut. Hampir berganti hari ketika jam menunjukkan pukul 12 malam kurang 15 menit. Dan kini keadaan di kebun binatang Planet Zoo telah kembali normal. Badai angin berangsur-angsur pergi menghilang. Dan tentunya semua orang yang menyaksikan malam itu tak mengetahui kemana perginya sang badai yang menakutkan itu.Kini polisi dan tentara semakin banyak yang masuk ke dalam area kebun binatang yang menjadi ikon Kota Westinhorn. Mereka menyisir lokasi hingga menangkap orang-orang yang terlibat keonaran. Dan pastinya mereka masih memburu tahanan yang kabur dari Dry Land Cave. Mereka juga membantu para polisi yang terjebak di dalam Planet Zoo selama terjadinya badai yang mengerikan. 20 orang anak buah Robert dan para pekerja Georges Hat yang lemas diringkus termasuk Cuki dan Eric. Cuki bahkan hampir tak sadarkan diri ketika dibawa polisi.Namun, ia sempat mengigau, berkata, “Tuan Edhi, apa kau sudah kembali? Aku dan para pekerja datang menyambut kepulanganmu.”“Angkat tangan
Benar dugaan Paman Hery. Lubang hitam yang menjadi pintu ke dunia lampau itu kian mengecil. Badai pun ikut melemah. Dan jangkauannya tak seluas semula.Bahkan kini para polisi dan tentara yang berada di luar area Planet Zoo memutuskan bergerak masuk ke dalam Planet Zoo. Komandan mereka mengintruksikan pada pasukannya supaya tetap bersabar menanti celah untuk mendekati sumber badai itu.“Tetap utamakan keselamatan! Ini hanya masalah waktu,” tambah komandan tentara.Sementara itu, masih banyak polisi yang terjebak di tengah badai di dalam Planet Zoo. Mereka tak berani pergi dari persembunyian karena khawatir badai akan tiba-tiba menguat dan menggulung mereka. Namun, beberapa polisi ternyata keluar dari persembunyian untuk pergi memeriksa.5 tentara pergi ke tempat terjadinya ledakan pertama, karena badai dirasa melemah di wilayah terjadinya ledakan pertama. Mereka pun menemukan bangkai helikopter yang sudah hangus dan mengepulkan asap hitam. Setelah didekati, mereka menemukan seorang p
Paman Hery masih sekuat tenaga menahan goncangan dari jam pasir kuno. Walau tak ada badai menerpa dirinya, namun ia jam pasir di kedua tangannya dapat dikatakan cukup berat. Ia sendiri masih tak mengerti mengapa jam pasir yang bisa menjadi seberat itu.1 jam waktu yang dimiliki Mrs. Vaeolin untuk pergi menyusul Ellia ke dalam dunia di dalam jam pasir itu. Bila ia tak kembali tepat waktu maka mereka tak bisa kembali ke dunia nyata. Karena jam pasir tak akan membuka tiga kali dunia yang sama.Malam itu juga pasukan tambahan dari kepolisian dan tentara pemerintah Kota Westinhorn berdatangan. Truk-truk dan helikopter telah bergerak dari markas. Sebagian truk yang mengangkut tentara dan polisi sudah tiba di area wilayah sekitar kebun binatang Planet Zoo yang luasnya mencapai puluhan hektar. Sedangkan helikopter yang terbang di sekitar kebun binatang itu tak berani bergerak maju lebih ke dalam lantaran badai angin yang menelimuti kebun binatang itu.Tak hanya aparat dan para wartawan yang m
“Apalagi ini?” lirih Ellia manakala melihat sebuah lubang hitam bertambah besar dari semula yang berupa titik.“Ellia, bagaimana ini. hewan-hewan itu sudah mulai keluar.” John begitu panik.“Dan apa itu?” John menunjuk sebuah lubang hitam raksasa sejauh 200 meter di hadapan mereka. Kemudian sesosok manusia melangkah ke keluar dari dalam lubang hitam itu.“Ellia, kau pergi saja bersama John dan Jerry. Aku akan menghadang mereka,” kata Jack seraya menatap Ellia dengan cemas.“Mereka hanya menginginkanku,” lanjut Jack.“Pergi kemana maksudmu Jack!” sela John.“Kita terkurung!” lanjutnya.“Kita pergi bersama, Jack. Karena kita akan pulang bersama,” kata Ellia.Kemudian John menoleh pada lubang hitam itu, maka dilhatnya kini puluhan hewan buas menemani langkah sesosok manusia itu. Ia hampir pingsan karena ketakutan yang luar biasa. Bagaimana tidak, di kanan dan di kiri mereka terdapat hewan-hewan buas yang hendak menyerang.John pun menangis meraung-raung. I berucap, “Apakah daging kita te
Kedua mata Mrs. Vaeolin terbuka lebih lebar manakala melihat pasir terakhir akan jatuh. Sementara Paman Hery belum juga datang. Bila ia sendiri yang menahan jam pasir itu, maka ia tak dapat memantau ketika waktu habis. Tak diduga Paman Hery melompat dari belakang diri Mrs. Vaeolin. Ia mencoba meraih jam pasir itu. Dan tepat sekali, ketika jam pasir itu menciptakan badai bercampur cahaya yang berputar maka Paman Herry telah menggenggam jam pasir itu. Namun, tiba-tiba Robert melompat ke arah jam pasir itu. Ia mencoba merebut jam pasir kuno dari tangan Paman Hery. Robert sudah mendengar cerita mengenai jam pasir itu dari Max dan Durrel. Jam pasir kuno itu mampu menelan siapapun yang masuk ke dalamnya. Dan tidak memungkiri pula, jam pasir itu dapat mengembalikan Ellia, gadis kebun binatang yang menjadi saksi kejahatannya. Karena itu Robert ingin menggagalkan rencana Mrs. Vaeolin dan Paman Hery.“Berikan jam ini padaku!” Robert geram.“Kau yang menyingkir. Atau aku akan membuangmu ke dal
Polisi dan tentara dikerahkan untuk mengepung kebun binatang Planet Zoo. Sesuai dengan pernyataan 6 orang yang telah diamankan dari Georges Hat, bahwa tersangka buronan dari tahanan Dry Land Cave pergi ke kebun binatang Planet Zoo. Karena itu pihak kepolisian meminta bantuan tentara yang dimiliki Westinhorn untuk mengepung kebun binatang itu.Sesampainya di Planet Zoo, kedatangan puluhan polisi dan tentara mengejutkan orang-orang yang berseteru. Bahkan perkelahian antara anak buah Edhi dan pekerja Georges Hat yang dibantu pasukan patroli sempat terhenti ketika polisi dan tentara mengepung mereka. Bahkan helikopter yang terbang di atas mereka menyorotkan cahaya terang pada orang-orang yang bertikai di planet Zoo.“Kalian sudah terkepung. Jatuhkan senjata dan angkat tangan kalian semua!” seru komandan polisi di balik megaphone.Pilot yang mengemudikan helikopter itu mendapat perintah untuk menyisir tiap sudut kebun binatang itu. Sementara para polisi dan tentara mengamankan orang-orang
Tak diduga Ellia melempar sekepal salju ke muka John. Akibatnya John terkejut dan lengah. Ellia akhirnya mampu melepaskan cengkraman John dari lengannya. Ia pun bergegas menghampiri Jack. John berusaha mengejar, namun Jerry menarik bajunya. Ia meminta John tak pergi kemanapun. Lebih baik John mengawasi mereka dari tempatnya kini.“Lepaskan aku. Ellia dalam bahaya!”“Bukankah, Jack dan Edhi berada jauh dari anak buah Edhi?” bisik Jerry.John pun menggulungkan kening. “Tapi aku sangat khawatir.”“Dan kau? Tak biasanya kau bersikap begini!” lanjut John seraya menatap Jerry dengan penuh curiga.Dengan wajah datar Jerry berkata, “Kau salah. Aku masih sama seperti dulu. Hanya saja... aku tak ingin melihat Ellia... kembali sedih.” “Tapi kau malah membuatnya celaka!” maki John. Ia pun menyeringai sambil mengawasi Ellia.Sementara itu, kedatangan Ellia membuyarkan rayuan Edhi. Wajahnya kini dipenuhi dengan sakit hati. Ia tak rela Jack bersama dengan gadis itu, gadis yang sudah menggagalkan re