Amelia keluar dari kamar mandi. Gaun terusan hitam itu, begitu pas sempurna, menempel di tubuhnya. Buru-buru Amelia duduk di kasur dan mengambil peralatan make up miliknya.
Dia mulai mematut wajahnya di cermin. Riasan warna nude lebih dia sukai. Lalu sedikit memberikan polesan eye shadow yang gelap di bagian ekor mata. Lalu mengenakan lipstik yang terkesan natural.
Penampilan Amelia malan ini sangat menawan. Lalu memakai sepatu pesta tujuh inchi, dengan menggamit handbag warna hitam dipadu aksesoris kristal. Tak salah pilih Adfrian mengajak Amelia.
"Ke mana tadi Adrian?"
Terlihat Amelia mondar mandir. Lalu dia menelepon Adrian yang tadi berpamitan akan ke loby menjemput temannya. Tapi, sudah hampir satu jam dia juga belum kembali.
"Coba ahhh, aku telepon dia."
Dengan berdiri dan masih mondar mandir. Amelia berusaha untuk meneleponnya. Deringan pertama tak diangkat. Deringan kedua juga belum diangkat. Sampai deringan ketiga, terdenga
Seketika suhu tubuh mereka yang sempat bergelora, sedikit berangsur normal. "Kamu, menikmatinya Mel?" Tangan Adrian terus mengusap wajah Amelia. Tak ada jawaban yang terdengar dari bibir wanita cantik itu. "Aku ... hanya takut khilaf bersama kamu Adrian." "Perbaiki lipstik kamu. Belepotan gitu." "Kamu juga, Adrian." Jemari tanganya membelai lembut rambut Amelia. Adrian merapikan sebagian helai rambut yang menutupi sebagian wajah cantiknya. "Kamu enggak ingin biarkan aku, memperbaiki lipstik aku ini?" Adrian sedikit menjauh dari tubuh Amelia. "Lagian kamu belum ganti pakaian." "Iya, kataku cuman lima menit." "Sudah sana!" Amelia mendorong lembut lengan Adrian. Bergegas dia mengambil kemeja dan jas yang sudah dia persiapkan. Belum sampai lima menit Adrian sudah berdiri di belakang Amelia. Yang sibuk berhias. "Aku sudah selesai. Kamu belum juga?" "Sabar dong."
Sejenak Amelia menghentikan langkahnya. Hingga sebuah tepukan lembut mengejutkan Amelia. Yang membuat dia menoleh ke belakang."Kamu ...?" Seketika bola matanya terbelalak. Saat melihat kehadiran seseorang yang sangat dia kenal. Sosok lelaki muda tampan dan menarik telah berdiri di hadapannya."Aku sangat enggak sangka malah akan bertemu kamu di sini, Mel."Terlihat jelas, Amelia kebingungan. Rona wajahnya merah padam. Sunnguh di luar perkiraannya, bila Romy pun akan hadir di pesta ini."Kau diam saja, kenapa? Kaget melihat aku yang tiba-tiba ada di sini?"Masih saja Amelia diam. Dia tak ingin bicara panjang lebar dengan Romy. Bahkan Amelia beringsut mundur dan menjauh. Dari raut wajahnya terlihat dia sangat tegang.Amelia merasa detak jantungnya kian berdegup kencang. Ingin dia berlari dan menjauh dari Romy saat ini. Tapi, kenyataan yang ada mereka malah dipertemukan kembali."Kau tak ingin bicara?" Suara Romy mulai terdengar melemah
"Romy!" bentak Amelia yang mulai kesal."Kenapa, Mel? Kamu lebih memilih duda itu? Melihat kamu duduk dan tampak mesra dengan dia. Hati aku ini sakit, Mel. Tak bisakah kamu menyadari hal ini?""Rom, please. Semua ini sudah berakhir. Dari semua kisah kita ini, tak hanya kau saja yang tersakiti. Aku, Dita, Salsa, dan semua keluarga kita. Masih bisakah kamu melihat di mana kebaikannya, kalau kita masih memaksa untuk melanjutkan hubungan yang tak pantas ini?"Bergegas Amelia berjalan cepat dan menyerobot. Menepiskan tangan Romy yang menghadang dirinya. Melihat sikap Amelia yang sangat berubah. Membuat hatinya semakin hancur."Berhenti Amelia! Aku mohon, jangan tinggalkan aku untuk kali ini!"Namun, Amelia terus memasuki ruang toilet wanita. Tak sanggup lagi dia menahan kepedihan yang dia pendam sejak pertemuannya dengan Romy. Tangisnya pun meledak. Berulang kali tangannya memukul pinggiran wastafel."Kenapa aku masih harus bertemu dia lagi
"Adriaaan ...!" desis Amelia. Romy yang tak menerima kehadiran lelaki itu. Langsung mendorong dengan kuat. Hingga Adrian hampir terjungkal. Dan dia keluar dari pintu lift. "Romy!" teriak Amelia geram. Raut wajahnya menahan kemarahan pada lelaki yang masih dia cintai. "Aku sangat tak suka dengan sikap kasar kamu pada Adrian." "Kenapa? Apa kau mulai berpaling? Apa kau telah tidur sama dia?" Dengus napasnya terdengar kasar. Amelia tak kuat lagi menahan emosinya. Perlakuan dan kata kasar Romy sungguh membuat hatinya sakit. Hingga .... Plaaaakkk! "Lancang mulut kamu, Rom!" Romy tertawa dengan sinis. "Apa yang aku perkirakan ternyata benar. Kau memang telah tidur dengannya, iya kan?!" sentak Romy keras. Hingga suaranya memantul di antara dinding lift. Membuat Amelia memandang lurus kepadanya. "Kau telah berubah, Rom. Setahu-ku kau tak begini. Kau tak pernah sejahat dan sekasar ini. Aku memb
Dia pun berdiri di tengah-tengah keduanya."Katakan padaku sekarang! Kenapa kalian malah seperti anak kecil seperti ini?" sentak Amelia berapi-api."Aku hanya ingin menolong kamu, Amelia," sahut Adrian."Aku enggak perlu di tolong saiapa pun, Adrian," ucap Amelia dengan isak yang tertahan. Lalu dia berjalan mendekati Romy yang masih tersungkur di lantai. "Kamu? Apa yang ingin kamu katakan!" Sorot mata Amelia begitu tajam. Seakan kemarahan telah menguasai dirinya saat ini."Kalian apa enggak malu sih?""Maafkan aku, Mel," ucap Adrian menarik lengan Amelia dan merangkulnya. Sembari terus berbisik, "maafkan aku, Mel. Please maafkan aku."Romy hanya bisa terdiam melihat keintiman mereka. Dia semakin murka, bahwa kenyataan yang ada di depan matanya. Kedekatan antara Adrian dan Amelia tak lagi terbantahkan. Apalagi cara Adrian memperlakukan Amelia."Jadi, kau telah menipu aku, Mel."Sontak kaliamat yang keluar dari bibir Romy membuat
Wanita itu mengangguk pelan dengan senyum hangat."Di mana?""Kamu pikirkan saja sendiri!"Lalu sang wanita beranjak pergi, meninggalkan Romy yang masih terperangah mendengar setiap kalimat yang dia lontarkan."Tunggu!" Teriakan Romy terdengar kencang. Membuat wanita itu menghentikan langkahnya. Dia pun tersungging. Menganggap bahwa Romy akan masuk perangkap yang akan dia ciptakan untuknya.Romy berjalan cepat mengejarnya. Kini dia tepat berdiri di hadapan wanita itu. Sembari mencoba mengingat di mana mereka pernah bertemu."Aku mengejarmu, karena teringat kalimat yang tadi kamu ucapkan.""Banyak kalimat yang telah aku ucapkan untuk kamu, Rom. Yang mana?""Tentang membalas rasa sakit hati!" ucap Romy sembari terpaku, dengan sebelah alis yang terangkat tinggi.Sang wanita pun tersungging, merasa menang satu angka. Karena pada akhirnya Romy tertarik pada kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Yang sengaja dia ucapkan untu
Sella terus berjalan menuju kamar hotelnya. Sampai di belokan kamar. Dia bertemu dengan Adrian dan Amelia. Betapa perih hatinya saat melihat Adrian menggenggam erat tangan Amelia seakan tak mau dilepaskan."Kalian berdua telah buat banyak hati yang terluka malam ini.""Apa maksud kamu, Sell?" Suara Adrian terdengar meninggi. Tatap matanya tajam mengamati Sella."Terutama kau, Amelia. Setelah kau berselingkuh dengan lelaki muda itu. Kini kau juga merebut Adrian dari aku. Sekarang kau sudah puas menyakiti hati aku?" teriak Sella melampiaskan semua kekesalan dia pada Amelia. Tak hanya itu saja. Dia pun menuding dengan berulang kali ke arah Amelia yang hanya bisa tertunduk.Hati Amelia saat ini benar-benar hancur. Lemah dan seolah tak berdaya. Tak ada keinginan untuk meladeni Sella, yang bagai radio rusak.Amelia pun pergi berlalu meninggalkan mereka berdua. Saat melintasi Sella. Tak pernah disangka. Gadis itu menjambak keras rambut Amelia hingga tubuh
"Karena kamu seorang wanita yang layak untuk dicintai dan diperjuangkan." Suara Adrian terdengar lembut. Membuat Amelia mengangkat wajahnya yang tertunduk. Lalu menoleh pada Adrian yang tersenyum hangat untuknya."Apa aku selayak itu Adrian?""Sangat layak, Amelia Pratiwi."Dia pun menyandarkan kepalanya di bahu Adrian."Terkadang aku sudah tak ingin untuk menikah lagi. Semua terasa sulit buat aku. Kadang aku merasa nyaman dalam kesendirian, tapi ada saat aku juga membutuhkan kehadiran seseorang. Yang bisa membuat aku tenang, nyaman, saat bersamanya. Tak ada pertengkaran yang berarti. Hanya ada saling mencintai dengan penuh keikhlasan, Adrian. Apakah masih ada lelaki seperti itu untukku?"Adrian mengusapkan tangannya di kepala Amelia."Semua ada dalam hati kamu, Mel. Berasal dari keinginan untuk membuka hatimu lagi. Untuk hadirnya seseorang. Mungkin aku bisa kamu seleksi juga," sahut Adrian terkekeh.Buughhh!Lengan Adrian kemb