Celeste terperanjat membacanya. Ada apa dengan Rose? Apa pria itu menyakitinya? Celeste mencari jawabannya melalui tulisan di surat Rose, tetapi tak ada lagi tanda yang diberikan sahabatnya tersebut."Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Rose?"Tak puas dengan isi suratnya, Celeste mencari tahu melalui ponsel Rose dan berharap bisa menemukan jawaban yang bisa menjadi bukti jika kematian Rose bukanlah tabrak lari biasa melainkan ada sesuatu. Celeste membuka satu persatu album foto di ponsel Rose. Hanya ada foto sang sahabat beserta barang-barang mewah tak ada petunjuk apapun. Celeste berpindah menuju memo yang biasanya dipakai Rose untuk mencatat."Banyak sekali yang kau tulis, Rose.""Kau memang pelupa sejak dulu," gumam Celeste mengenang sang sahabat.Tak terhitung jumlah catatan yang ditulis Rose. Sang sahabat dijuluki pelupa karena seringnya gadis itu melupakan hal yang sepele sekalipun. Beberapa catatan hanya diisi oleh tulisan tidak penting.Celeste mencari catatan penting yang m
Dua minggu sudah sejak kematian Rose. Celeste merasakan sepi di rumah sewanya. Tak ada lagi canda tawa ataupun tangis bersama saat menonton film. Celeste merindukan semua hal yang pernah dia lakukan dengan Rose.Kali ini ketika kampus libur, Celeste menyempatkan diri untuk ke makam Rose. Dia tumpahkan semua keluh kesah dan cerita pekerjaan di kelab malam. Dia pun memberitahu jika sebentar lagi dirinya akan lulus kuliah dan segera meninggalkan kelab malam."Ah Rose. Andai saja waktu itu kau langsung menemuiku bukannya berkirim pesan. Apa kau masih di sini bersamaku?"Satu hal yang disesali Celeste hingga sekarang adalah dia tak meminta bantuan pada pihak kepolisian mencari keberadaan Rose. Bukankah dia bisa saja membuat laporan palsu mengenai kaburnya sang sahahat?Sejak awal Celeste tak mau kalau Rose memiliki hubungan dengan pria-pria di kelab malam. Dia tahu sifat sang sahabat yang senang akan uang dan kemewahan, tetapi dia tak menyangka jika Rose benar-benar melanggar peraturan kel
Tak terasa cerita mengenai kisah cinta Naval dan Celeste menarik perhatian Eleanore. Eleanore begitu antusias mendengar dan sesekali tertawa saat Naval berbicara tentang kelucuan Celeste."Apa sekarang kau senang, Elea?" Naval membelai rambut panjang Eleanore dengan lembut. Ada rasa kesedihan dirasakan Naval. Sejak kematian Celeste, Eleanore tak ubahnya seperti mayat hidup. Dia menghabiskan waktunya berjam-jam hanya duduk di depan jendela sambil memandang hutan.Tak ada sahutan hanya anggukan kepala Eleanore. Sesekali saja Eleanore mau membuka suara selebihnya dia hanya diam dan menjawab memakai gelengan kepala atau anggukan."Sekarang apa yang diinginkan putri cantik ayah ini?" tanya Naval sekali saja, tetapi hanya dijawab gelengan kepala."Jika tidak ada maka ayah pergi dulu ya. Terima kasih sudah menghabiskan makannya," imbuh Naval beranjak berdiri.Tangan Naval dipegang, Eleanore menyunggingkan senyum sebagai ungkapan rasa terima kasih. Naval pun membalasnya dengan pelukan dan ci
Ludric Nicolas Montgemery adalah sosok yang arogan, egois dan semena-mena. Lahir dari keluarga kerajaan membuatnya sering mempermainkan perasaan wanita maupun orang bawah. Ludric tipe pria yang kasar baik bicara dan tingkah laku."Kini apa lagi yang kau lakukan? Belum cukupkah dirimu membuat emosi ayah?"Siang itu sang ayah mendapat berita dari pengawal karena Ludric kembali berbuat ulah. Dia memukul teman sekelasnya yang tak mau mengalah soal duduk dan begitu mudahnya Ludric kecil menampar wajah temannya."Berulang kali kau selalu begitu. Ayah dan ibumu sudah capek dengan kelakuanmu, Ludric," ujar Mario menghela napas panjang atas kelakuan sang anak."Dia dulu yang berbuat ulah jadi aku menamparnya," jawab Ludric santai tanpa merasa bersalah."Temanmu hanya duduk di sampingmu karena sudah tak ada tempat lagi dan kau mengatakan kalau temanmu yang mengambil tempat dudukmu. Ayolah Ludric ... jangan bertingkah seenaknya sendiri," ucap Mario sekali lagi merasa kesal dengan sikap Ludric ya
"Apalagi kau lakukan ini, Ludric?"Mario melempar surat kabar di hadapan Ludric yang baru saja terbangun dari mimpi indahnya. Ludric enggan mengambil surat kabar itu, karena dia tahu mengenai pemberitaan tentang dirinya bersama seorang wanita."Memangnya aku salah berkencan, Ayah?" balas Ludric bertanya sembari beranjak dari kasurnya."Kencan itu tidak salah, tetapi yang salah ada pada dirimu. Dalam dua bulan ini sudah berapa kali kau berganti pasangan? Ayah kesal dengan tingkahmu, Ludric!""Selama aku hidup tentu aku ingin menikmati semuanya, Yah. Lagipula para perempuan itu tidak rugi jika menghabiskan waktu semalam denganku," ucap Ludric santai berjalan melewati sang ayah lalu meneguk segelas air."Lalu bagaimana jika salah satu dari mereka mengaku hamil? Ingat Ludric, ayah tak mau memiliki menantu bukan dari keluarga baik-baik," ucap Mario tegas.Mario mengelus dadanya. Kelakuan Ludric memang keterlaluan. Dalam satu tahun saja sang anak sudah bergonta ganti perempuan dan jika tak
Tak terasa sudah tiga bulan kedekatan antara Ludric, Naval dan Celeste. Meski kedua pria tersebut sudah lulus terlebih dulu, tetapi mereka kerap datang ke kampus sekedar makan atau mengobrol bersama sesekali mereka akan keluar naik mobil.Celeste tak mau terlalu akrab dengan mereka sebab banyak gunjingan para kawan di kampus mengenai kedekatan dirinya dengan Naval dan Ludric. Celeste tak pernah mengetahui jika kedua pria itu termasuk keluarga kaya.Celeste juga tak mau merepotkan mereka berdua dalam segala termasuk tugas kampus yang kadang membutuhkan barang atau buku mahal. Naval maupun Ludric dengan senang hati memberikan barang atau benda yang dibutuhkan. Celeste selalu menolak jika mereka membelikan makanan mahal atau sekedar hadiah kecil. Celeste tak mau dianggap wanita mata keranjang, tetapi kali ini dia tak bisa mengelak ketika dia membutuhkan mereka."Cepat masuk ke mobilku."Pagi itu Celeste mendapat telepon jika sahabatnya meninggal dalam kecelakaan. Di dalam mobil tak hent
Perhatian :Part ini agak panjang ya, Kawan."Andai saja kau mau mendengarkan perkataanku kala itu. Mungkin sekarang aku masih bisa melihatmu.""Ah bodohnya aku harus memperkenalkanmu padanya."Pria itu membawa sebuket bunga mawar merah di atas makam wanita yang dia cintai meski dia tahu tak pernah ada cinta dari wanita itu untuknya. Dia yang selalu mendekatinya terlebih dulu, berteman lalu berlanjut ke suatu hubungan yang aneh.Ya aneh karena sang kekasih tak mau memperkenalkan dia kepada keluarga atau kawan-kawan lainnya. Si kekasih mengatakan dia malu karena memiliki pria yang bekerja sebagai sopir dari keponakan raja, tetapi dia tak marah sekalipun.Bodoh ... anggap saja dia seperti itu. Karena memang kenyataan jika dirinya sudah buta akan cinta kepada sosok wanita yang bekerja di kelab malam. Dia kira sebagai sesama manusia yang terlahir dari kaum papa maka si wanita akan menerimanya dengan tulus, sayang dia hanya dimanfaatkan saja."Rose, pernahkah kau mencintaiku sekali saja da
Memasuki kawasan restoran berlantai lima membuat Celeste sejenak melupakan soal pita di dalam mobil Ludric. Kekaguman akan desain interior di gedung ini sampai membuat dirinya tanpa sungkan bertanya pada Ludric.Ludric dengan senang hati menjelaskan kepada Celeste seraya mereka menaiki lift menuju tempat paling atas yang sudah disewa olehnya beberapa jam lalu. Tanpa menunggu, permintaan Ludric tak bisa ditolak karena dia pemegang kartu hitam sebagai anggota VVVIP."Kau menyukai desain interior, Celeste?" tanya Ludric mengagumi kepandaian gadis pujaannya."Tak hanya desain interior saja. Aku juga suka mendesain pakaian. Kau lihat gaun yang kupakai. Aku yang mendesainnya lalu menjahitkan sendiri," ungkap Celeste dengan jujur.Celeste sudah bisa berbicara santai dengan Ludric tanpa harus menggunakan kata tuan. Ludric lebih nyaman memperlakukan Celeste layaknya teman bukan seperti tuan dan pelayannya."Oh ya? Wah kau hebat sekali. Dan sebagai pemula kau cukup pandai membuat pola desain da
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila
Eleanore merasa hidupnya tiada arti. Dia kehilangan bayi di usia kandungan muda, kehilangan ibu yang baru saja ditemui, menerima kenyataan jika sang kakak Naval adalah ayah kandungnya selama ini dan yang paling menyakitkan adalah pria yang dicintai menyiksa sang ibu di penjara."Bagaimana aku bisa hidup, Bu? Aku sudah mencintai orang yang salah.""Apa yang harus aku lakukan?""Andai aku tak menikahi pria itu, apa aku masih bisa melihatmu lebih lama?"Eleanore selalu memendam semua masalah di dalam pikirannya, tak pernah bisa mengungkapkan apapun yang ingin dikatakan dan tak bisa meluapkan emosi melalui kata-kata. Eleanore terlihat bahagia dan seolah tak memiliki hal sulit, tetapi kenyataan dia menyimpan masalah-masalahnya mulai dari kecil. Tanpa disadari dirinya akan berdampak pada kejiwaannya.Dihempas begitu banyak masalah yang melukai perasaannya dan tak bisa mengutarakan isi hatinya membuat Eleanore memilih diam hingga jiwanya terganggu dan mengalami depresi akut."Apa yang terja
"Aku tak percaya."Ken menyangkal semua perkataan paman dan ayahnya mengenai kakak tercinta. Di mata Ken sendiri sang kakak adalah idola dan sosok yang sempurna. Kakak yang bertutur lembut dan berperilaku baik. Ken amat menyayangi Ludric yang memberinya kasih sayang setelah kematian sang ibu dan ayahnya yang sibuk bekerja. Ludric menuruti semua keinginan Ken meski caranya salah."Kau masih belum percaya dengan perkataan ayah dan pamanmu, Ken?""Bukti sudah ada mengenai kejahatan kakakmu. Lalu apa lagi yang ingin kau lakukan?" Henryco ikut menimpali perkataan sang adik.Ken membaca berulang kali berkas mengenai semua kasus tentang Ludric. Mulai dari masa kecil hingga menjelang kematiannya. Ludric tak bisa ditangkap hanya diinterogasi lalu dibebaskan. "Kau selalu menganggap Ludric sosok yang baik di matamu, Ken. Kau tak pernah melihat sosok lain dalam diri kakakmu. Dia tak segan melakukan keinginannya dengan cara licik," ujar Mario memberitahu kebenarannya."Jika Ludric berbuat salah,
Di lembaga pemasyarakatan Naval mengunjungi Kevin. Dia ingin menyapa sekaligus sekedar berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Kevin divonis seumur hidup setelah melakukan pembunuhan Ludric beberapa tahun lalu."Apa kabarmu, Kevin?" tanya Naval sembari menuangkan segelas bir dan rokok untuk orang yang dia anggap teman dulu."Ya beginilah keadaanku," ujar Kevin menyunggingkan senyum.Naval meminum birnya lalu menyalakan rokok. Hal yang sama dilakukan Kevin. Kedua pria itu saling memandang hujan deras melalui kaca jendela lapas. Naval meminta ada ruangan khusus untuknya bersama Kevin."Kenapa kau baru mengakui kesalahanmu setelah dua puluh tahun berlalu?" tanya Naval tanpa menatap Kevin."Aku sudah lelah harus hidup dalam lumpur dosa dan bersembunyi dari masa lalu," aku Kevin dengan jujur."Tapi kau tak lelah ketika membunuh Ludric, bukan? Kudengar dari pihak pengadilan, kau memang sengaja merencanakan pembunuhan tersebut lalu menyalakan Celeste?""Aku terpaksa melakukannya, Naval