Tak terasa sudah tiga bulan kedekatan antara Ludric, Naval dan Celeste. Meski kedua pria tersebut sudah lulus terlebih dulu, tetapi mereka kerap datang ke kampus sekedar makan atau mengobrol bersama sesekali mereka akan keluar naik mobil.Celeste tak mau terlalu akrab dengan mereka sebab banyak gunjingan para kawan di kampus mengenai kedekatan dirinya dengan Naval dan Ludric. Celeste tak pernah mengetahui jika kedua pria itu termasuk keluarga kaya.Celeste juga tak mau merepotkan mereka berdua dalam segala termasuk tugas kampus yang kadang membutuhkan barang atau buku mahal. Naval maupun Ludric dengan senang hati memberikan barang atau benda yang dibutuhkan. Celeste selalu menolak jika mereka membelikan makanan mahal atau sekedar hadiah kecil. Celeste tak mau dianggap wanita mata keranjang, tetapi kali ini dia tak bisa mengelak ketika dia membutuhkan mereka."Cepat masuk ke mobilku."Pagi itu Celeste mendapat telepon jika sahabatnya meninggal dalam kecelakaan. Di dalam mobil tak hent
Perhatian :Part ini agak panjang ya, Kawan."Andai saja kau mau mendengarkan perkataanku kala itu. Mungkin sekarang aku masih bisa melihatmu.""Ah bodohnya aku harus memperkenalkanmu padanya."Pria itu membawa sebuket bunga mawar merah di atas makam wanita yang dia cintai meski dia tahu tak pernah ada cinta dari wanita itu untuknya. Dia yang selalu mendekatinya terlebih dulu, berteman lalu berlanjut ke suatu hubungan yang aneh.Ya aneh karena sang kekasih tak mau memperkenalkan dia kepada keluarga atau kawan-kawan lainnya. Si kekasih mengatakan dia malu karena memiliki pria yang bekerja sebagai sopir dari keponakan raja, tetapi dia tak marah sekalipun.Bodoh ... anggap saja dia seperti itu. Karena memang kenyataan jika dirinya sudah buta akan cinta kepada sosok wanita yang bekerja di kelab malam. Dia kira sebagai sesama manusia yang terlahir dari kaum papa maka si wanita akan menerimanya dengan tulus, sayang dia hanya dimanfaatkan saja."Rose, pernahkah kau mencintaiku sekali saja da
Memasuki kawasan restoran berlantai lima membuat Celeste sejenak melupakan soal pita di dalam mobil Ludric. Kekaguman akan desain interior di gedung ini sampai membuat dirinya tanpa sungkan bertanya pada Ludric.Ludric dengan senang hati menjelaskan kepada Celeste seraya mereka menaiki lift menuju tempat paling atas yang sudah disewa olehnya beberapa jam lalu. Tanpa menunggu, permintaan Ludric tak bisa ditolak karena dia pemegang kartu hitam sebagai anggota VVVIP."Kau menyukai desain interior, Celeste?" tanya Ludric mengagumi kepandaian gadis pujaannya."Tak hanya desain interior saja. Aku juga suka mendesain pakaian. Kau lihat gaun yang kupakai. Aku yang mendesainnya lalu menjahitkan sendiri," ungkap Celeste dengan jujur.Celeste sudah bisa berbicara santai dengan Ludric tanpa harus menggunakan kata tuan. Ludric lebih nyaman memperlakukan Celeste layaknya teman bukan seperti tuan dan pelayannya."Oh ya? Wah kau hebat sekali. Dan sebagai pemula kau cukup pandai membuat pola desain da
"Jadi di sini rumahmu? Aku akan betah tinggal di sini."Celeste tak menyangka jika Naval mendatangi kediamannya di desa. Ketika mobil mewah itu terparkir di depan rumah, dia berpikir jika ada seseorang salah alamat ternyata pria yang disukainya."Kau tahu dari mana tempat tinggalku? Sepertinya aku tak pernah memberitahu siapapun mengenai desaku ini," kata Celeste belum mempercayai jika lelaki tampan idaman wanita itu mau ke rumahnya."Tentu saja aku tahu. Aku bisa meminta data dirimu dari kampus," ucap Naval disertai tawa kecil."Kau lahir dan besar di tempat yang tidak aku kenali. Aku bahkan tidak tahu jika ada desa seindah ini di kota kita," sambung Naval sembari memandang hamparan tanah yang luas dan subur ditumbuhi rerumputan."Itu karena kau mungkin tak pernah keluar sampai sejauh ini atau orang tuamu melarang anak-anaknya bepergian jauh? Kalau memang benar berarti kuno sekali pemikiran orang tuamu." Celeste mencandai Naval yang tidak tahu apapu9n jika ada desa kecil di dekat kot
Saat ini Celeste berada di dua sisi yang membuatnya bingung. Di satu sisi dia senang karena cintanya disambut oleh Naval, tetapi di sisi lainnya dia merasa harus memecahkan kasus tabrak lari Rose. Celeste bisa saja meminta bantuan kepada Naval untuk menyelidiki kematian sang sahabat. Namun dia tak mau menggunakan pria itu demi tujuannya, satu-satunya cara mencari tahu sendiri. ["Maaf Nona. Kasus kematian sahabat anda sudah kami tutup dan pihak keluarga menyakini jika memang nona Rose ditabrak oleh pengemudi mabuk."] Hanya jawaban itu saja yang bisa diberikan oleh pihak kepolisian. Hal mencurigakan adalah tersangka masih dalam batas normal meminum alkohol dan tidak mabuk. Itu yang dikatakan orang tua tersangka sewaktu di pengadilan. Mencari keberadaan Christine pun percuma, sebab semua informasi dan telepon sudah tak bisa dihubungi lagi. Celeste tidak tahu lagi harus mencari di mana keberadaan Christine. Sebenarnya ada apa dengan wanita itu hingga harus kabur di tengah malam? "A
Suasana pagi hari dengan hawa dingin menusuk tulang membangunkan Celeste dari tidur nyenyaknya semalam. Matanya terbuka pelan, menggeliat sejenak guna merenggangkan otot dan memandang sisi sebelah yang kosong.Bibirnya tersungging dan tampak malu ketika mengingat kejadian semalam yang membuat dunianya baru. Dia mencicipi kenikmatan duniawi tawarkan bersama orang yang dia cintai. "Beruntunglah ini hari minggu."Celeste bangun perlahan dengan selimut membungkus tubuhnya yang polos. Dia duduk terlebih dulu untuk mengedarkan pandangannya dan pria yang memadu kasih bersamanya sudah pergi. Dia cemberut karena tak mendengar suara pintu terbuka."Kau ini meninggalkanku setelah kita melakukan hal yang menyenangkan kemarin," gerutu Celeste kesal.Namun rasa kesalnya berganti senang, kala dia melihat di nakas ada teko beris kopi panas, biskuit gandum kesukaannya dan sebuah memo bertulisan tangan Naval penuh cinta.["Maaf aku harus pergi dulu, Cintaku. Ada pekerjaan di pagi hari yang tak bisa ak
[ Sebulan Sebelum Ludric Tewas ] Celeste pikir keluarga Naval tak akan mau menerima dirinya karena dia adalah kaum papa bukan keturunan orang kaya raya. Celeste begitu cemas kala menemui keluarga Naval termasuk perdana menteri yang dikenal oleh publik dengan sikapnya yang diam. Ada rasa takut sewaktu Celeste menginjakkan kaki di kastil yang pertama kali dia lihat secara langsung. Kekagumannya akan keindahan kastil beserta taman bunga di sekeliling membuat wajahnya berseri. Mungkinkah dia bisa tinggal di sini? Itu yang menjadi pikirannya. "Jangan takut. Mereka sudah tahu kedatanganmu." Naval menggenggam jemari Celeste yang dingin saking cemasnya ketika memasuki sebuah gerbang dengan pengawal yang mengiringi mereka. Naval tertawa kala melihat Celeste menghembuskan napas berulang kali untuk mengusir rasa gugupnya. "Bagaimana jika ayahmu tak menyukaiku? Aku takut," kata Celeste ketika hampir sampai menuju pintu utama. "Ayahku memang terkenal pendiam dan tak bisa santai, tetapi dia o
[ 15 Hari Sebelum Kematian Ludric ]Celeste pikir ketika dia sudah menyerah dengan kematian Rose dan tidak lagi mencari tahu maka semua masalah akan selesai, tetapi timbul sebuah masalah lagi. Ludric diam-diam sering menerornya. Bukan melalui ancaman di ponsel melainkan selalu ada ketika Celeste di kampus atau saat bersama Naval.Hal tersebut membuat Celeste merasa tak nyaman dan terganggu. Dia bahkan tak mengatakan pada Naval perihal Ludric yang membuntutinya terus sebab takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan.Namun sebaik-baiknya Celeste menyembunyikan rasa takutnya pada Naval selama seminggu, akhirnya Naval pun mengetahuinya. Naval menaruh curiga karena mobil Ludric berada di sekitar mereka."Hal apa yang hendak kau sembunyikan dariku, Celeste?" tanya Naval sewaktu menjemput Celeste di kampus.Naval mendesak saat bertanya. Dia menaruh curiga pada mobil yang dikenalinya. Awalnya dia kira mobil tersebut bukan kepunyaan sang sahabat, tetapi setelah diperhatikan secara sembunyi akhi
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila
Eleanore merasa hidupnya tiada arti. Dia kehilangan bayi di usia kandungan muda, kehilangan ibu yang baru saja ditemui, menerima kenyataan jika sang kakak Naval adalah ayah kandungnya selama ini dan yang paling menyakitkan adalah pria yang dicintai menyiksa sang ibu di penjara."Bagaimana aku bisa hidup, Bu? Aku sudah mencintai orang yang salah.""Apa yang harus aku lakukan?""Andai aku tak menikahi pria itu, apa aku masih bisa melihatmu lebih lama?"Eleanore selalu memendam semua masalah di dalam pikirannya, tak pernah bisa mengungkapkan apapun yang ingin dikatakan dan tak bisa meluapkan emosi melalui kata-kata. Eleanore terlihat bahagia dan seolah tak memiliki hal sulit, tetapi kenyataan dia menyimpan masalah-masalahnya mulai dari kecil. Tanpa disadari dirinya akan berdampak pada kejiwaannya.Dihempas begitu banyak masalah yang melukai perasaannya dan tak bisa mengutarakan isi hatinya membuat Eleanore memilih diam hingga jiwanya terganggu dan mengalami depresi akut."Apa yang terja
"Aku tak percaya."Ken menyangkal semua perkataan paman dan ayahnya mengenai kakak tercinta. Di mata Ken sendiri sang kakak adalah idola dan sosok yang sempurna. Kakak yang bertutur lembut dan berperilaku baik. Ken amat menyayangi Ludric yang memberinya kasih sayang setelah kematian sang ibu dan ayahnya yang sibuk bekerja. Ludric menuruti semua keinginan Ken meski caranya salah."Kau masih belum percaya dengan perkataan ayah dan pamanmu, Ken?""Bukti sudah ada mengenai kejahatan kakakmu. Lalu apa lagi yang ingin kau lakukan?" Henryco ikut menimpali perkataan sang adik.Ken membaca berulang kali berkas mengenai semua kasus tentang Ludric. Mulai dari masa kecil hingga menjelang kematiannya. Ludric tak bisa ditangkap hanya diinterogasi lalu dibebaskan. "Kau selalu menganggap Ludric sosok yang baik di matamu, Ken. Kau tak pernah melihat sosok lain dalam diri kakakmu. Dia tak segan melakukan keinginannya dengan cara licik," ujar Mario memberitahu kebenarannya."Jika Ludric berbuat salah,
Di lembaga pemasyarakatan Naval mengunjungi Kevin. Dia ingin menyapa sekaligus sekedar berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Kevin divonis seumur hidup setelah melakukan pembunuhan Ludric beberapa tahun lalu."Apa kabarmu, Kevin?" tanya Naval sembari menuangkan segelas bir dan rokok untuk orang yang dia anggap teman dulu."Ya beginilah keadaanku," ujar Kevin menyunggingkan senyum.Naval meminum birnya lalu menyalakan rokok. Hal yang sama dilakukan Kevin. Kedua pria itu saling memandang hujan deras melalui kaca jendela lapas. Naval meminta ada ruangan khusus untuknya bersama Kevin."Kenapa kau baru mengakui kesalahanmu setelah dua puluh tahun berlalu?" tanya Naval tanpa menatap Kevin."Aku sudah lelah harus hidup dalam lumpur dosa dan bersembunyi dari masa lalu," aku Kevin dengan jujur."Tapi kau tak lelah ketika membunuh Ludric, bukan? Kudengar dari pihak pengadilan, kau memang sengaja merencanakan pembunuhan tersebut lalu menyalakan Celeste?""Aku terpaksa melakukannya, Naval