Aku menyangka ketika diriku terbangun pagi hari akan ada Ken yang sudah di sampingku. Nyatanya ia belum pulang dari masalah pekerjaannya. Seharusnya ia menemaniku, bukan? Ini adalah hari pertama aku tinggal di paviliun dan berharap Ken segera datang lalu mengajakku ke rumah utama tempat tinggal ayah dan Belinda.Mungkin karena aku baru pertama kali di kamar ini jadi tampak terasa asing bagiku. Kamar ini sedikit lebih luas dengan kepunyaanku di kastil, yang membedakan hanya ruangan pakaian milik kami yang terpisah. Kamar gantiku di bersebelahan milik Ken."Selamat pagi, Nona Eleanore. Boleh saya masuk?"Ada ketukan halus dari luar dan waktunya tepat sekali. Sudah menjadi kebiasaanku di kastil jika tidur malam jam sepuluh dan bangun di jam lima pagi. Di luar masih gelap dan hari ini banyak hal yang ingin aku lakukan. Berolah raga pagi dan mengelilingi rumah besar ini."Masuk saja, Bi Shopia."Aku menyuruh wanita paruh baya itu masuk ke kamar. Ia adalah pelayan pribadi yang akan melayani
Ken melempar berkas yang ia terima dari Nthanael, sahabatnya mencari latar belakang segala hal yang menyangkut sang istri dan menemukan sebuah fakta. Tak seharusnya ia mencari tahu jika keadaannya malah membuatnya terjerumus dalam pilihan sulit dan menyangka sama sekali kalau keluarga Ulmer begitu banyak rahasia."Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini, Ken? Kau tak mungkin menceraikan istrimu setelah mengetahui jika keluarga Ulmer ada hubungan dengan Celeste, bukan?"Nthanael menyesal telah menyelidiki semua hal yang berkenaan dengan keluarga Ulmer dan ia tahu masalah ini menyangkut Eleanore. Wanita itu tak bersalah, tetapi tampaknya ia tahu jika Ken akan membenci sang istri hanya karena masa lalu Naval dan Celeste."Jadi selama ini bayi yang dikandung Celeste masih hidup? Lalu di mana anak itu sekarang?" tanya Ken dengan geram dan mengepalkan tangannya."Aku tak menemukan informasi apapun, Ken. Bayi yang lahir itu langsung dibawa pergi oleh mantan kepala rumah sakit dulu dan hin
Sejak semalam kedatangan Ken, aku merasa Ken bagai orang asing dan mendiamkanku tanpa aku tahu kesalahan yang telah aku perbuat. Ia memilih tempat tidur terpisah meski kami masih dalam satu kamar, saat kutanya penyebabnya ia enggan menjawab dan memberiku tatapan dingin. Dengan teganya ia berkata jika menikahiku adalah sebuah kesalahan."Apa yang membuatmu berkata seperti itu semalam, Ken? Jika aku salah katakan saja," kataku pagi ini saat kami hendak ke rumah utama untuk sarapan."Jangan bertanya lagi penyebab diriku membencimu, Eleanore.""Tapi aku ingin tahu alasannya, Ken? Kau berubah sejak kepulanganmu dari Swedia. Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" Tak hentinya aku bertanya sembari mengikutinya dari belakang menuju kamar ganti."Statusmu hanya sebagai istri di atas kertas dan jangan pernah lagi ikut campur atau mencari tahu mengenai diriku. Aku menikahimu hanya karena aku kasihan padamu yang terus dikurung di kastil dan ....""Dan apa, Ken?" Rasanya sesak dada ini mendengarnya.
Mata ini memandang tak percaya dengan tulisan yang ada di kertas. Ingin rasanya aku menganggap ini sebuah lelucon, tetapi kenyataan menghempaskan aku begitu dalam. Untuk apa semua perjanjian ini jika pada dasarnya ia tak pernah mencintaiku? Apalagi menjadikanku sebagai istrinya.["Kita hanya sebagai suami istri di hadapan keluarga dan orang lain."]["Tak ada sentuhan apapun di antara kita. Jadi jangan harap ada anak."]["Hanya aku yang berhak menceraikanmu."]["Tidak mencampuri urusan masing-masing."]Pedih hatiku membaca satu persatu perjanjian yang dibuat Ken, ada tanda tangannya di sana dan juga stempel pengacara. Kini tinggal aku yang harus memberi tanda tangan di kertas ini sebagai persetujuan di antara kedua belah pihak. Aku tersenyum getir ketika goresan pena mulai membentuk ukiran namaku."Kau sudah membacanya, bukan?"Aku segera menghapus air mataku saat Ken masuk tanpa menyalakan lampu kamar, sinar hanya didapat di balkon dan sengaja aku tak menyalakan agar Ken tak melihat p
Hingga satu bulan Eleanore tinggal dan menjadi istri Ken tak pernah sekalipun ia dapat bebas dari tatapan dingin dari pria itu. Ia selalu menyangka jika Ken memang hanya memanfaatkan dirinya untuk memperluas perusahaannya di berbagai negara dengan memakai saham milik sang ibu yang diberikan sang ayah.Eleanore paham jika pernikahan ini sebuah ikatan untuk mempererat hubungan dua pihak saja tanpa adanya cinta di antara mereka. Ia pun menyamakan dirinya dengan gadis lainnya yaitu menikah karena bisnis semata. Ia merasa bagaikan boneka yang dapat dimainkan oleh pemiliknya.Pemiliknya tak lain adalah sang ayah lalu ia dijual kepada pria kaya yang hanya menginginkan saham terbesar sang ibu dan setelah itu dicampakkan begitu saja setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sang ayah senang karena anak yang dibenci sudah pergi dan suami yang mendapat saham. "Tak ada bedanya hidupku dengan yang lainnya.""Betapa bahagianya mereka. Aku iri dengan mereka, Hellen."Ia tersenyum masam saat mel
Aku menjalani kehidupan berbeda sama sekali bagi kebanyakan orang yang sudah menikah. Mereka akan tidur atau sekedar menonton bersama jika di akhir pekan. Namun hal itu tak berlaku bagiku, Ken tak pernah menganggap aku sebagai istrinya. Tak masalah bagiku kalau Ken memperlakukan aku bukan pasangannya, tetapi alangkah sakitnya saat ia pun tak mau menganggapku sebagai teman.["Kau hanya orang lain bagiku. Kau bukan istri atau teman. Jadi kau di sini hanya menumpang hidup sampai aku bosan denganmu."]Menumpang hidup? Tega sekali ia mengatakan itu padaku. Andai saja aku bekerja mungkin ia tak akan berucap menyakitkan, tetapi apa daya aku tak diperbolehkan bekerja oleh Ken. Jadi selama dua bulan ini aku membuat lukisan diam-diam di kamar Hellen dan kukirim kepada yang memesan di online tanpa mereka tahu siapa aku sebenarnya. Aku memakai akun palsu dan pembayaran dilakukan atas nama Julian. Mereka benar-benar membantu dan selalu ada untukku. Masalah Hellen tak aku permasalahkan lagi, mungk
Sudah hampir lima bulan Jason tak menghubunginya dan Eleanore pikir mungkin sahabatnya itu sibuk mengembangkan usaha milik sang ayah. Kemarin ia begitu senang ketika Jason meneleponnya kembali dan menanyakan keadaannya meski hanya sebentar. Setidaknya ia bisa melupakan sejenak perlakuan Ken padanya."Apa nona mau menemui tuan Jason? Apa tidak meminta ijin dulu pada tuan Ken?" Hellen mengkhawatirkan sang nona yang akan menemui Jason, Hellen tak mau jika Ken tahu jika istrinya pergi bersama pria lain."Untuk aku meminta ijin padanya? Bukankah Ken membebaskanku ke mana saja, bukan?" Eleanore berkata pelan sembari menyunggingkan senyumannya."Lagipula aku bukan istrinya," lanjut Eleanore dengan lirih."Hellen, pilihkan pakaian untukku ya. Pilih saja yang santai. Hari ini aku mau menemui Jason," kata Eleanore sumringah. Ia merindukan sahabatnya itu dan sudah lama mereka tak saling berhubungan melalui telepon ataupun surat."Nona, tuan Mario dan nona Belinda tidak ada di rumah selama bebera
Hari ini aku bisa melupakan sejenak masalah di rumah ini. Bersama Jason aku keluar untuk makan dan mengenang saat masa-masa kuliah dulu. Namun aku tak pergi berdua saja, ada Hellen dan juga Julian menemani kami dari belakang. Aku tak mau ada rumor yang tak mengenakkan di luar mengenai diriku."Nona tampak senang setelah keluar bersama tuan Jason. Saya dan Julian turut bahagia kalau nona bisa tertawa lepas tadi.""Sepertinya aku banyak melamun dan murung ya, Hellen? Sampai kalian begitu mencemaskan keadaanku.""Bukan hanya mencemaskan anda, tetapi kami takut anda akan kabur lagi, Nona. Kami takut dengan tuan Ken.""Jangan takut dengan Ken, Hellen. Suamiku memang seperti itu sifatnya," ujarku sedikit berbohong, aku tak mau Hellen maupun Julian memandang Ken dengan perasaan takut. "Tapi nona. Aku dan Julian merasa kalau tuan Ken tidak pernah mencintai nona. Tuan Ken hanya memanfaatkan nona untuk mencapai keinginannya.""Memangnya kalian tahu dari mana? Jangan mendengarkan berita tak jel
"Selamat pagi, Nona Eleanore."Seorang wanita menyambut kedatangan Eleanore dengan ramah lalu mengiringi langkah sang nona menuju suatu ruangan. Eleanore berjalan tampak anggun, dress yang dipakainya menarik pandangan semua orang bukan karena mahal, tetapi pakaian itu hasil rancangan dirinya sendiri.Sudah dua tahun ini Eleanore menekuni bidang fashion dan sesekali mengajari anak-anak panti asuhan belajar bermain Cello juga piano. Eleanore benar-benar berubah, dia menjelma menjadi wanita yang kuat dan pekerja keras."Apa agenda pekerjaanku hari ini, Anne?" tanya Eleanore sembari duduk di kursi kerjanya."Sampai esok lusa, tidak ada agenda penting, Nona. Semua sudah teratasi. Agenda padat di tanggal 1 bertepatan dengan tahun baru.""Syukurlah aku bisa istirahat. Aku lelah dan ingin merebahkan tubuhku di kasur, Anne," kata Eleanore menghirup napas panjang lalu menggeliat melepas lelah."Ya anda perlu mengistirahatkan tubuh anda, Nona. Hampir satu bulan ini banyak kegiatan yang menghabis
Eleanore jatuh tersungkur di hadapan dokter yang menangani Ken. Pria yang dia acuhkan dan dia diamkan selama satu tahun ini mengalami luka dalam cukup parah hingga membutuhkan donor darah rhesus negatif, darah yang sulit dicari dan rumah sakit kehabisan stok."Darah saya sama seperti tuan Ken, Nona. Biar saya yang mendonorkan darah," kata Justin mengajukan diri.Beruntung sekali Ken bisa terselamatkan berkat donor darah dari Justin sang pengawal Eleanore. Namun meskipun darah sudah didapat, Ken tidak akan siuman dalam waktu sebentar. Ken dinyatakan mengalami koma dan para dokter tidak bisa memastikan kapan pria itu terjaga."Lakukan apa saja untuk keponakanku. Berapa biayapun akan kami bayarkan!""Maaf, Raja. Bukannya kami tidak bisa menyelamatkan Tuan Ken, tetapi luka dalam yang menyentuh organ vitalnya membuat Tuan Ken tak sadarkan diri," ungkap Dokter Jamie memberi penerangan.Henryco pun terlihat syok mendengarkan penuturan sang dokter. Mereka tak menyangka jika dua peluru di tubu
Hampir satu tahun setengah Ken bolak balik dari kediamannya ke tempat tinggal Eleanore di desa terpencil. Tak masalah bagi Ken asal dia bisa melihat kesembuhan sang istri meski Eleanore hanya sepatah dua kata mengajaknya berbicara. Toh ... bagi Ken itu adalah kemajuan luar biasa.Seperti saat ini ketika waktu berkunjung Ken di hari Kamis hingga Minggu, Eleanore menunggu di depan pintu dan berharap pria itu membawa makanan dari kota atau cokelat yang dibeli Belinda di luar negeri. Di hari itu Eleanore tak bisa diganggu oleh apapun."Ayah senang kau akhirnya mau menerima Ken sebagai menantumu, Naval. Lihatlah putrimu, dia kembali jatuh cinta dengan suaminya.""Terima kasih sudah berdamai dengan masa lalu, Ken," ucap Jaquavius melihat Eleanore dari tangga. Kadang dia turut menemani Eleanore menunggu Ken."Berdamai itu susah, Yah. Aku masih belajar dan awalnya memang berat, tetapi melihat ketulusan Ken akhirnya aku menyadari tak ada manusia yang luput dari kesalahan."Jaquavius dan Naval
"Kau akan pulang, Jas? Kapan kau akan kembali ke sini?""Bulan depan. Tunggu aku di sini. Jika kau mau dibelikan sesuatu, telepon saja aku dan akan kukirim segera."Percakapan Jason dan Eleanore di depan gerbang membuat Ken tersisih dari pikiran sang istri. Seberusaha apapun dia mencoba untuk mendekati atau sekedar duduk saja di sebelahnya, Eleanore tetap mengacuhkannya seakan-akan dirinya tak ada."Tidak usah. Aku senang jika kau sering mengunjungiku," ucap Eleanore penuh semangat, tetapi tidak dengan Ken. Dia mencelos dan tak berdaya."Oke sekarang aku pergi ya. Jaga kesehatanmu," kata Jason memeluk Eleanore erat untuk terakhir kalinya. Dia mungkin akan kembali ke sini dalam waktu yang tidak ditentukan. Jason tak mau menganggu Ken yang sedang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Eleanore."Ken, ingat apa yang sudah aku sampaikan padamu. Jika kau melakukannya lagi maka kan kubawa Eleanore ke tempat kau tak pernah menemukannya," ujar Jason memberi peringatan ultimatum.Ken hanya me
Tinggal dua bab lagi menuju tamat. Mau happy Ending atau Sad Ending? "Kau sedang apa di sini?""Kenapa kau membawa pria ini?"Naval maupun yang lainnya tidak menyangka sama sekali jika malam ini mereka kedatangan dua orang pria. Jaquavius memandang geram salah satu pria yang berdiri di ambang pintu dan ingin mengusir pergi."Coba jelaskan pada kami, Jas. Kau tahu dari mana mengenai tempat ini? Atau jangan katakan kalau kau meminta tolong pada ayahmu yang mafia itu," tuding Naval pada Jason yang datang malam itu.Keterdiaman Jason serta anggukan kepalanya membuat Naval menggeram kesal sekaligus marah. Keluarga Jason Georgeus selalu menemukan orang yang bersembunyi bahkan di tanah sekalipun."Usir mereka dari sini, Smith. Panggil pengawal jika mereka tak mau pergi," usir Jaquavius secara kasar.Pria di samping Jason yang sedari tadi hanya terdiam akhirnya bersuara dengan lirih. Jaquavius dan Naval memalingkan wajah mereka sedangkan Smith hampir menelepon pengawal, tetapi Jason menggele
Sudah hampir dua bulan ini Ken tak bisa menemukan keberadaan Eleanore. Tak seorang pun dapat mencari ke mana perginya sang istri. Bagi Ken, Eleanore tetaplah istrinya sebab dia tak pernah memberi tanda tangan di berkas penceraian tersebut."Kau ada di mana, El? Aku menyesali tindakanku."Meski dia sudah berulang kali ke kastil, tak ada yang bisa dia cari di sana. Naval maupun Jaquavius pun tidak mau memberitahu keberadaan Eleanore. Ken tahu jika keluarga Ulmer menyembunyikan sang istri dan sialnya mereka bekerja sama dengan sang ayah. "Mereka menghukumku dengan cara seperti ini."Ken sadar selama ini apa yang dia pikirkan mengenai sang kakak adalah salah besar. Dia terlalu menyayangi Ludric hingga rasa posesif terhadap sang kakak membawa dirinya salah menilai.Ketika semua terungkap dan pelan-pelan dia bisa menerima kenyataan tentang jati diri Ludric yang sebenarnya. Saat masa kanak-kanak, dia hanya berpikir betapa baik dan sayangnya sang kakak tanpa tahu perilaku kejahatan yang dila
Eleanore merasa hidupnya tiada arti. Dia kehilangan bayi di usia kandungan muda, kehilangan ibu yang baru saja ditemui, menerima kenyataan jika sang kakak Naval adalah ayah kandungnya selama ini dan yang paling menyakitkan adalah pria yang dicintai menyiksa sang ibu di penjara."Bagaimana aku bisa hidup, Bu? Aku sudah mencintai orang yang salah.""Apa yang harus aku lakukan?""Andai aku tak menikahi pria itu, apa aku masih bisa melihatmu lebih lama?"Eleanore selalu memendam semua masalah di dalam pikirannya, tak pernah bisa mengungkapkan apapun yang ingin dikatakan dan tak bisa meluapkan emosi melalui kata-kata. Eleanore terlihat bahagia dan seolah tak memiliki hal sulit, tetapi kenyataan dia menyimpan masalah-masalahnya mulai dari kecil. Tanpa disadari dirinya akan berdampak pada kejiwaannya.Dihempas begitu banyak masalah yang melukai perasaannya dan tak bisa mengutarakan isi hatinya membuat Eleanore memilih diam hingga jiwanya terganggu dan mengalami depresi akut."Apa yang terja
"Aku tak percaya."Ken menyangkal semua perkataan paman dan ayahnya mengenai kakak tercinta. Di mata Ken sendiri sang kakak adalah idola dan sosok yang sempurna. Kakak yang bertutur lembut dan berperilaku baik. Ken amat menyayangi Ludric yang memberinya kasih sayang setelah kematian sang ibu dan ayahnya yang sibuk bekerja. Ludric menuruti semua keinginan Ken meski caranya salah."Kau masih belum percaya dengan perkataan ayah dan pamanmu, Ken?""Bukti sudah ada mengenai kejahatan kakakmu. Lalu apa lagi yang ingin kau lakukan?" Henryco ikut menimpali perkataan sang adik.Ken membaca berulang kali berkas mengenai semua kasus tentang Ludric. Mulai dari masa kecil hingga menjelang kematiannya. Ludric tak bisa ditangkap hanya diinterogasi lalu dibebaskan. "Kau selalu menganggap Ludric sosok yang baik di matamu, Ken. Kau tak pernah melihat sosok lain dalam diri kakakmu. Dia tak segan melakukan keinginannya dengan cara licik," ujar Mario memberitahu kebenarannya."Jika Ludric berbuat salah,
Di lembaga pemasyarakatan Naval mengunjungi Kevin. Dia ingin menyapa sekaligus sekedar berbincang-bincang mengenai masa lalu mereka. Kevin divonis seumur hidup setelah melakukan pembunuhan Ludric beberapa tahun lalu."Apa kabarmu, Kevin?" tanya Naval sembari menuangkan segelas bir dan rokok untuk orang yang dia anggap teman dulu."Ya beginilah keadaanku," ujar Kevin menyunggingkan senyum.Naval meminum birnya lalu menyalakan rokok. Hal yang sama dilakukan Kevin. Kedua pria itu saling memandang hujan deras melalui kaca jendela lapas. Naval meminta ada ruangan khusus untuknya bersama Kevin."Kenapa kau baru mengakui kesalahanmu setelah dua puluh tahun berlalu?" tanya Naval tanpa menatap Kevin."Aku sudah lelah harus hidup dalam lumpur dosa dan bersembunyi dari masa lalu," aku Kevin dengan jujur."Tapi kau tak lelah ketika membunuh Ludric, bukan? Kudengar dari pihak pengadilan, kau memang sengaja merencanakan pembunuhan tersebut lalu menyalakan Celeste?""Aku terpaksa melakukannya, Naval