Alfi tengah terbaring di kasur empuk itu. Sebenarnya dia sudah bangun, namun ia enggan membuka matanya karena ia merasa ada seseorang sedang tidur di sampingnya, dan ia yakin bahwa itu Megumi. Begitu juga Varz, dia mengira bahwa ia sudah kembali ke dunia nyata dan Kartika sedang tidur di sampingnya. Tanpa mereka sadari, mereka berdua tidur di kasur yang sama dan tengah asik dengan delusi bejat mereka masing-masing.
Alfi pun mulai membelai punggung Varz.
"Megumi, kamu pasti kelelahan juga kan sampai punggungmu keringatan begini?" Pikir Alfi keenakan membelai punggung Varz.
Varz pun membelai punggung Alfi.
“Kartika
“A.. Apa katamu???”Kartika terlihat terkejut begitu pula yang lainnya termasuk Alfi.“Maafkan kami.”Ucap Varz merasa bersalah.Kartika pun segera memukul wajah Varz sampai dia terjatuh. Semua orang pun terkejut melihatnya.“Aku tidak butuh permohonan maafmu, dasar munafik!”Seru Kartika terlihat kesal.Varz pun segera berdiri dan menatap Kartika dengan mata sayunya. Para tetua dan para Pendekar Pedang Bintang amat terkejut melihat Varz bertingkah seperti itu. Biasanya Varz tidak akan segan-segan membunuh siapapun yang menyerangnya, dan dia tidak peduli apakah dia laki-lak
Anak itu melihat anak-anak seumurannya bermain-main di sana. Ia merasa ragu untuk ikut bermain bersama mereka. Ia pun memberanikan diri untuk bermain bersama mereka.Anakitu terlihat riang bermain bersama mereka, namun tiba-tiba beberapa ibu-ibu yang terlihat seperti orang tua anak-anak itu mendekati mereka dengan raut muka gusar. Mereka pun segera menjauhkan anak-anak mereka dari anak itu.“Ibu kan sudah bilang, jangan dekati anak itu!”
Kedua mangkuk besar itu melaju dengan cepat ke destinasi masing-masing. Varz, Herman, dan Katon tengah berada di suatu ruangan di dalam Pinto.“Aku mungkin lengah saat itu, tapi aku pasti akan menang kali ini!”Seru Herman menantang Varz.“Oh, kalau begitu, tunjukan padaku seberapa kuat dirimu itu.”Kata Varz memanas-manasi Herman.“Jangan sampai lupa kalau aku juga ada di sini!”Seru Katon menyeringai.Katon pun mengeluarkan pulpennya dan mengubahnya menjadi tongkat besi. Katon pun melesat ke arah Varz. Varz pun membentuk pedang angin dan menahan tongkat besi Katon. Varz p
Varz, Herman dan Katon terlihat terintimidasi oleh pria itu. Bukan karena dia kuat, tapi karena mereka takut kehilangan kesucian dan harga diri mereka sebagai laki-laki. Pria itu menggoda mereka dengan lirikan nakal berharap mereka akan terpesona olehnya. Namun, bukannya terpesona, mereka malah merasa jijik padanya.“Aku adalah pria yang sangat mempesona. Orang-orang memanggilku GEM-B. Aku adalah orang yang cinta damai dan hanya ingin bahagia saja. Jadi, ayolah sayang, mari berhenti bertarung dan bersenang-senanglah bersama.”Ajaknya lembut meniupkan kecupan pada mereka bertiga.“OGAH ANJING!”Seru mereka kesal.“Ahh... Kalian menyakiti hatiku yang rapuh ini.
20 tahun yang lalu, di malam hari yang tenang dan panas, seluruh penduduk desa tengah tertidur dengan pulasnya. Tidak ada siapapun yang ingin keluar dari rumah mereka. Mereka terlalu sibuk menikmati indahnya bunga tidur yang mereka miliki sekarang. Namun, tiba-tiba terdengar suara erangan yang amat keras dan mengerikan diikuti dengan suara kayu yang terbakar dan besi yang hancur. Para penduduk pun segera terbangun dan sadar bahwa mimpi buruk yang nyata itu muncul di hadapan mereka. Mereka pun segera berlari sejauh mungkin untuk menyelamatkan diri mereka.Makhluk buas berkepala dua itu menghancurkan apapun yang ia lihat, meluluhlantakan apapun di sekitarnya, dan membantai siapapun yang mencoba melawannya. Keempat pria berbaju serba putih itu pun mengevakuasi para penduduk desa karena mereka sadar bahwa melawan hanyalah ide terbodoh yang perna
"Apa kau mengerti kenapa aku tiba-tiba menarikmu ke sini?" Tanyaku.Alfi masih terdiam duduk di depanku."Alfi, kumohon bicaralah. Aku tahu kalau ini berat, tapi masalah ini tidak akan selesai jika kamu terus diam seperti ini."Bujuk Mitsuha."Aku mengerti..."Kata Alfi."Bicaralah." Ucapku."Aku tidak bisa..."Ucap Alfi."Apa kau punya alasan yang kuat yang bisa kau berikan padaku?" Tanyaku tegas.
Keadaan di desa Tenganan sudah mulai membaik. Jumlah musuh mulai berkurang dan semua penduduk desa sudah dievakusi ke tempat yang lebih aman. Indra dengan para Pendekar Pedang Bintang yang lain tengah sibuk menghabisi para tamu tak diundang ini, sementara Iqbal, Reza dan para tetua tengah sibuk merawat para penduduk yang terluka.“Terkutuklah kalian, Waku-Waku.”Wayan terlihat amat kesal melihat apa yang telah Waku-Waku lakukan.“Kita hanya bisa menyerahkan semua pada mereka. Tenanglah, kita hanya perlu melakukan apa yang kita bisa sekarang.”Ketut berusaha menenangkan Wayan.“Dia benar. Tidak ada gunanya kita mengeluh, lagipula Varz juga bersama mereka. Aku
Herman terlihat sangat serius. Dia terus memukul-mukul kantong pasir itu sampai kantong pasir itu hancur.“Bagus, sekarang coba hancurkan yang satu ini.”Kata Varz memasangkan kantong yang diisi penuh oleh kerikil.”Coba hancurkan kantong ini beserta isi-isinya.”Lanjutnya.Herman berusaha mengatur pernafasannya.“Bagaimana caranya?”Tanya Herman.“Dalam pertarungan, kau harus mencari tahu sendiri bagaimana caranya untuk mengalahkan lawanmu. Sama seperti yang kau lihat sekarang. Pikirkanlah sendiri.”Kata Varz meninggalkan Herman sendirian di ruang lat
“APA?! HARASA?!”Kartika terkejut mengetahui Alfi akhirnya memutuskan untuk menggunakan Harasa, senjata suci nomor 12. “Ada apa, Kartika? Apa itu Harasa?”Tanya Varz yang gelisah. “Ada 5 senjata suci yang sulit untuk dikendalikan. Senjata suci nomor 3: Duy-duy, senjata ini memerlukan kesedihan yang pedih agar bisa digunakan. Alfi dapat menggunakan Duy-duy karena masa lalunya yang kelam. Senjata suci nomor 6: Tipit, senjata ini memerlukan rasa cinta yang tulus agar dapat digunakan. Alfi dapat menggunakan Tipit karena cintanya yang tulus pada Megumi. Senjata suci nomor 9: Pelidi, senjata ini memerlukan kecerdasan yang tinggi agar bisa digunakan. Alfi bisa menggunakannya karena ia memang cerdas. Senjata suci nomor 10: Pukan, senjata ini memerlukan hati busuk dari si pengguna agar bisa dapat digunakan. Alfi dapat menggunakannya karena sifatnya yang memang sudah seperti seorang bajingan. Dan...” “Senjata suci nomor 12: Harasa,”Ucap Herman.
“Kenapa kalian melihatku seperti itu?”Tanyanya.Alfi, Koji dan Rian pun waspada. Mereka tahu bahwa orang ini bukanlah lawan yang bisa diremehkan. Kartika merasakan Iru yang amat mengerikan dalam diri orang itu."Kartika! Gawat! Dia adalah salah satu dari petinggi Waku-waku!"Cakra terdengar gelisah."Apa?! Gawat! Alfi belum berhasil menguasai senjata suci nomor 12. Mustahil baginya untuk dapat menandingi orang itu."Kartika pun menjadi cemas.Kartika melihat Varz dan Herman yang terlihat sudah terintimidasi oleh kehadiran orang itu. Itu saja sudah jelas bagi mereka bahwa orang itu merupakan ancaman besar bagi mereka semua. Ditambah lagi kondisi mereka sudah tidak prima lagi akibat pertarungan sebelumnya."Awan, Rian, Andos, dan sekarang orang ini. Dan aku bahkan tidak dapat mengalahkan salah satu dari mereka."Varz terlihat amat kesal.“Aku baru saja menyelamatkan nyawa orang itu. Kenapa kalian tega sek
"Aku menolongmu karena alasanmu untuk bertarung.""Apamaksudmu?""Kau bilang kau tidak peduli pada dunia ini, kan? Namun kau tidak berhenti dan terus maju. Kenapa?""Akuhanyainginterusbersamamereka.""Tepat sekali. Semua manusia itu munafik. Mereka mengatakan memiliki tujuan yang baik padahal itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan tujuan busuk mereka. Tidak ada manusia yang memiliki hati yang murni dan aku membenci mereka yang selalu mencoba untuk menutup-nutupinya. Namun anda berbeda, Yang Mulia. Anda memiliki hati yang amat busuk namun anda tidak mencoba untuk menutup-nutupinya.""Apakah itu buruk? Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentangku. Peduli setan kalau mereka membenciku atau berharap aku mati dan masuk Neraka.""Hahaha... Itulah yang saya sukai dalam diri anda, Yang Mulia. Keapatisan andalah yang membuat jiwa anda benar-benar bebas, namun amat busuk. Izinkan saya untuk menjadi sala
Gelap.Gelap.Gelap sekali.Pemuda pucat itu membuka matanya namundia merasa seperti menutup matanya. Dia tidak dapat melihat secercah cahaya pun. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia merasa bahwa saat ini ia tengah diikat bagaikan seorang tahanan. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan sesuatu yang bukan besi ataupun tali, namun daya cengkramannya kuat sekali."Apa yang baru saja terjadi?"Rian berusaha mengingat kembali pada apa yang terjadi sebelumnya.Dia ingat saat itu ia sedang berjalan di tempat parkir menuju kostan Koji. Tiba-tiba seseorang berjubah polkadot putih muncul di depan mereka dan menyerang mereka berdua dengan kekuatan yang amat luar biasa. Dia tidak bergerak sedikitpun, namun sekelilingnya langsung hancur bak diterpa angin topan. Koji berusaha melawan, namun ia bukanlah tandingan orang itu. Dia ingat bahwa orang itu menghantam tengkuk lehernya cukup keras sehingga ia kehilangan kesadaran. Ia tidak tahu apa yang t
Koji membuka kedua matanya. Kepalanya terasa berat sekali. Dia melihat sekelilingnya sudah porak poranda. Dia mencoba mengambil kacamatanya yang berada tidak jauh darinya.“Gawat, dia membawa Rian pergi.”Keluh Koji.Dia segera berdiri dan ia melihat sesuatu yang janggal pada kacamatanya. Mengapa kacamatnya bercahaya merah? Seingatnya, ia tidak pernah mengganti framenya. Koji pun mengambil kacamatanya dan tiba-tiba sosok gadis kecil merah muncul dari lensa kacamatanya.Koji terpana melihat sosok gadis kecil yang menatapnya dengan kebingungan itu.“Onii-chan?”Ucapnya.“Duh loli.”Ucap Koji gemas.Gadis kecil itu sangatlah imut dan mengemaskan seperti karakter anak perempuan usia 9 tahunan dalam anime yang selalu menjadi bahan doujin pasaran sebagai pelampiasan nafsu yang terrtahankan para wibu pedofil.“Onii-chan?”Ucapnya.Koji pun tersadar dari delusiny
“Alfi.”“Alfi...”“Alfi!”Alfi pun membuka keduamata. seorang bocah laki-laki berdiri tepat di samping ranjangnya.“Andos? Kenapa kamu ada di sini?”Tanya si Alfi kecil.“Kita main yuk! Mumpung masih liburan!”Seru Andos kecil riang.“Nggak mau, aku masih ngantuk.”Alfi pun menarik selimutnya.“AyolahAlfi. Tidak baik kalau kamu tidur terus.”Andos menarik-narik tubuh Alfi.“Nggak mau! Ayahku saja kerjaannyacuma tidur setiap hari Minggu!”“Itu kanayahmu,bukankamu.”“Akunggakmaumain.”“Ayolah Alfi.”Andos pun melompati tubuh Alfi.“Aw!”“Ayolah!”“Nggakmau!”Mereka berdua pun bergelut di kasur itu diiringi dengan teriakan-teria
Sebelum kujelaskan apa yang terjadi selanjutkan, ayo kita melompat pada apa yang sebenarnya ketiga orang sinting ini lakukan sebelumnya.Alfi, Koji , dan Rian tengah berada di suatu tempat di kawasan Pantai Pandawa. Dan siapa ketiga orang sinting yang tengah bertarung di bab selanjutnya? Tepat, itu hanya bayangan dari Jepitronnya. Rian menginstruksikan Alfi untuk memindahkan mereka bertiga ke suatu tempat dan membuat tiruan mereka bertiga sedang bertarung melalui telepati. Dan...“Setan!”Seru Koji.“Brengsek!”Seru Alfi.“Ampun!”Jerit Rian.Alfi dan Koji tengah menghajar Rian karena mereka kesal bahwa sebenarnya Rian hanyalah bermain-main dengan mereka selama ini.“Kalau kau memang tidak dicuci otak, kenapa kau harus membunuh Katon?! Dasar teman sialan!”Seru Koji terus menginjak-injak tubuh Rian.“Kau juga hampir membunuh teman-temanku! Dasar setan cacingan!&
Ruangan itu masihlah melekat dengan kesan mengerikan, gelap dan dingin. Tidak ada siapapun yang ingin bernaung di sana meskipun mereka harus. Keenam orang berjubah polkadot itu tengah duduk di kursi mereka masing-masing.“Jadi begitulah.”Ucap si jubah putih.“Kau tidak pernah mengecewakanku. Rupanya aku tidak salah mengangkatmu sebagai ahli strategi kita.”Ucap si jubah hitam.“Terima kasih, tuan.”Ucap si jubah putih.“Cih! Tidak perlu berbelit-belit! Kita bunuh saja mereka semua langsung!”Seru si jubah merah.“Tenanglah, kurasa dia benar. Kita perlu membuat sang Alfa bimbang sampai ia berputus asa.”Ucap si jubah kuning.“Memangnya kenapa?! Apa perlu kita menunggu selama ini hanya untuk melihat mereka membunuh anggota-anggota kita?! Apakah kau sudah lupa pada tujuan kita?!”Seru si jubah merah.“Diam!”Si jubah hi
Apa?Apa kauberharap aku akanmelanjutkanbagaimana pertarungan antara ketiga orang sinting itu? Oh, tentu saja aku akan menulisnya, namun sebaiknya kita rehat sejenak dan melihat bagaimana mereka bertiga bisa bertemu. Aku hanya tidak mau kesan komedi dalam kisah ini meMudar kok, walaupun aku sering kali memasukan jokes tidak jelas dalam setiap bab yang sedang kutulis. Baiklah, di bab ini aku akan menyuguhkan kisah pertemuan Alfi, Koji, dan Rian dan bagaimana mereka bertiga bisa menjadi sahabat karib.Kisah ini dimulai saat Alfi masih kuliah di Universitas Muda-Muda. Kenapa Muda-Muda? Karena Universitas Ora-ora ada di Jawa Tengah. Dan kenapa tidak kuplesetkan menjadi "Guda-Guda"? Itu karena kisah ini tidak disponsori oleh Type Moon. Tepatnya saat Alfi sudah berada di tingkat tiga. Di saat itu Alfi merupakan anggota dari organisasi SEES (Specialized English Extra Sect) dan dia sedang berada dalam acara orientasi anggota baru.Alfi ha