"Cewek Bandung cakep-cakep ya, No." Puji Acha melihat beberapa cewek sepantaran nya yang terlihat cantik dimata nya padahal dia sendiri cewek tapi bisa-bisa nya terpesona kepada sesama jenis.Reno tidak terlalu memperhatikan dia fokus hanya fokus pada makanan dan hp nya saja dan sesekali menyauti ucapan Acha yang kadang melantur kemana-mana."Liat kenapa, No, siapa tau dapet jodoh disini." Ucap Acha menggoyahkan tangan Reno."Itu yang duduk sendiri sabi tuh, mau gue minta in nomornya gak?.""Abisin sarapan lo cepetan abis ini kita pulang." Suruh Reno dengan nada yang sarkas.Acha mengerucutkan bibirnya sebal melanjutkan makanannya yang tidak habis-habis dari tadi sedangkan makanan Reno sudah tinggal piring nya saja.Padahalkan niat nya baik agar Reno bisa mendapatkan pacar tapi balasannya malah seperti itu membuat sebal saja.Berhubung Reno sudah selesai dengan makanannya dia hanya memperhatikan Acha yang sedang makan dengan tampang bete nya.Reno mengambil tisu mengelap sudut bibir A
"Nyari apa neng?."Acha yang tadi nya melihat rak rak Indomaret didepan nya segera menoleh menatap orang yang menegurnya dengan pandangan linglung berusaha mengenalinya karna memakai masker.Orang itu tersenyum dari balik maskernya melihat raut wajah Acha yang tampak bingung menatapnya. "Ini gue." Ucap nya sambil melepas masker yang dipakainya.Acha membuka mulutnya sambil mengangguk-angguk. "Kak Dristan." Meskipun umur Dristan sama seperti Reno tapi Acha memanggil nya dengan iming-iming kakak agar terdengar lebih sopan karna mereka tidak terlalu dekat juga."Gue kira tadi salah liat pas di samperin ternyata emang lo, Cha. Abis sendirian doang biasanya kan sama Reno." Ucap Dristan memulai pembicaraan."Reno kerja, pengen me time aja." Balas Acha dengan sok.Dristan tertawa kecil. "Baru liat orang me time ke Indomaret beli nya baygon lagi." Ucap Dristan melirik keranjang belanjaan Acha.Acha melihat isi keranjang nya masih sangat pede. "Dirumah lagi banyak nyamuk." Balas Acha seadanya
Senyuman Acha tidak luntur dari bibir nya sedari tadi dia pikir jalan bersama Dristan akan membosankan dan canggung tapi ternyata cowok itu cukup jago dalam mencairkan suasana dan membuat nyaman teman bicara nya.Acha memakan es krim nya sambil menatap Dristan yang sedang memasangkan tali sepatu nya yang terlepas, ada beberapa kekaguman yang muncul dari diri Acha pada cowok itu.Kalo tau Dristan se asik ini orang nya mungkin sudah dari lama Acha minta untuk dikenalkan lebih dekat lewat jalur Reno, apalagi tampang nya yang oke pastinya gak bakalan bikin malu kalo diajak jalan deh terlebih lagi Dristan adalah tipikal cowok yang perhatian dan sangat royal tentu nya.Cewek yang jalan sama dia udah pasti kesengsem."Nah, kalo gini kan gak bakalan ke injek lagi." Ucap Dristan berdiri dari jongkok nya."Iya, makasih.""Huh... mau lanjut kemana lagi sekarang?." Tanya Dristan karna mereka sudah cukup lama berada disana dan perut pun sudah terisi dengan aman."Pulang aja deh, udah malem juga."
Reno melirik jam pergelangan tangannya. Sudah hampir tiga puluh menit cowok itu duduk menunggu di cafe yang sudah dijanjikan untuk bertemu dengan Acha tapi yang mengajak tidak kunjung muncul juga menampakan batang hidung nya. Reno mendengus kesal saat sambungan telpon nya tidak diangkat oleh Acha, selang beberapa saat pandangan mata nya menangkap sosok yang sedang dirinya tunggu berjalan bersama dengan seorang cowok disampingnya.... Dristan?!Memang benar-benar manusia satu ini, Reno berdecak kemudian melangkah mendekati dua orang itu dan tanpa banyak bicara tangannya langsung menarik pundak Acha yang fokus mengobrol hingga berbalik menubruk dada nya.Acha meringis pelan mendongak menatap siapa yang telah kurang ajar menarik nya dan ternyata orang nya adalah sahabatnya sendiri."Reno." Lirih nya."Gue nungguin lo setengah jam disini, ditelpon gak diangkat dan lo enak banget baru sampe sama dia." Ucap Reno diakhir ucapannya menatap Dristan dengan sengit.Acha mengernyitkan keningnya.
Dilanda kesibukan yang luar biasa dalam waktu beberapa hari membuat Reno dan Acha sangat jarang berjumpa dikarenakan kesibukan masing-masing dan bentrok nya waktu mereka membuat kedua nya jarang bersama.Hal itu biasa saja sebenarnya tapi yang tidak biasanya sekarang adalah Reno merasa posisi dirinya seperti tergantikan oleh seorang Dristan.Bayangkan saja Acha yang biasanya pergi kemana-mana pasti dengan dirinya kini justru bersama Dristan, hubungan kedua nya pun semakin hari semakin dekat dan Reno merasa ada sesuatu dengan kedua nya.Hari ini Reno pulang lebih cepat dari biasa nya setelah beberapa hari dihantam lembur terus menerus akhirnya dia bisa beristirahat juga, tapi aneh nya setiap kali dia ingin memejamkan mata nya pikirannya terus saja terpikirkan kepada Acha yang kini sedang bersama dengan Dristan.Bagimana dirinya tau? Itu mudah saja karna tadi saat dirinya pulang mata nya tidak sengaja menangkap keberadaan motor besar Dristan terparkir di pekarangan rumah Acha.Badan yan
"Reno, Reno!!!." Acha berdecak pelan memandang pintu rumah yang dikunci dari dalam, melihat mobil dan motor Reno yang terparkir di garasi Acha tau cowok itu ada didalam sana tapi kenapa tidak keluar atau menyauti nya, di telpon pun tidak diangkat tumben sekali."Reno, gue tau lo didalem cepetan buka pintu nya." Teriak Acha berkacak pinggang mulai kesal dan menyerah.Baru dua langkah kaki nya berjalan hendak pergi suara pintu terbuka membuat cewek itu langsung membalikkan badannya kembali. "Kan bener lo— astaga lo kenapa, Ren." Nada bicara Acha yang tadi nya akan memaki langsung berubah khawatir saat wajah pucat Reno yang seperti mayat hidup.Acha menyentuh kening Reno yang terasa sangat panas. "Lo sakit, kok gak ngasih tau gue!." Kesal nya sambil menyeret Reno untuk masuk kembali ke dalam rumah menyuruh cowok itu untuk duduk di sofa.Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Reno cowok itu hanya menatap layu Acha yang berkacak pinggang menatapnya kesal sekaligus khawatir."Mam
"Makasih ya nak Reno, saya gak tau harus bagimana lagi membalas budi kepada kamu untuk pertolongan kesekian kali nya." Cowok itu tersenyum simpul. "Sudah menjadi kewajiban saya." Balas nya seadanya."Arita ini anak nya sangat luar biasa keras kepala nya, kondisi nya setelah pulang dari rumah sakit sudah mulai membaik tapi karna beberapa hari belakangan ini dia menolak untuk meminum obat nya jadi nya penyakitnya kambuh lagi." Cerita padu baya itu yang mata nya sudah sembab."Obat nya jangan sampai tidak diminum, ibu harus sering mengingatkan agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi." Paru baya yang tidak lain adalah ibu dari Arita menghela nafas berat. "Saya jarang sekali dirumah karna harus mengurus pekerjaan, kalo saya tidak kerja akan dapat uang dari mana untuk membayar pengobatan dia yang jumlah nya tidak sedikit." Ucap nya sedih.Reno mengerti posisi itu. "Kalo begitu akan lebih baik jika Arita dirawat dulu saja disini, saya bisa memantau kesehatannya agar dia bisa cepat se
Hari ini ada yang aneh dengan Acha. Selama menemani Dristan, Acha sedikit bicara dan tampak lesuh meskipun biasanya juga nolep tapi tetep ada saja pembahasannya beda dengan sekarang ini. Dristan jadi bingung dibuatnya."Kenapa Cha? Ada yang lagi dipikirin?." Dristan akhirnya bertanya membuat Acha yang sedari tadi hanya diam memainkan hp nya menoleh menggeleng pelan sambil tersenyum paksa.Wajah Acha ini gampang ditebak meskipun hari-hari sama saja raut wajah nya tapi keliatan beda nya, cewek itu sedang tidak baik-baik saja sekarang."Bilang aja kalo lagi ada masalah, cerita sama gue." Ujar Dristan.Acha menatap Dristan sebentar lalu menghela nafas teramat panjang. "Reno marah sama gue dan sekarang kami berantem parah." Cicit nya pelan."Tonjok-tonjokan?.""Bukan gitu." Kesal Acha berdecak karna Dristan malah bercanda.Dristan tertawa kecil. "Gak usah terlalu dipikirin nanti juga baikan lagi kaya biasa, kalian kaya gak pernah berantem aja." Kata Dristan kembali mengupas kulit jeruk yan