Home / Fantasi / Dunia Baru Sagara / 62. Mencari Bukti

Share

62. Mencari Bukti

Author: Senchaaa
last update Last Updated: 2021-12-26 18:17:38

Sagara tidak pernah tahu bahwa di Tribakti ada tempat semacam ini. Ruang kedap suara yang setiap sudutnya hanya diisi kegelapan. Bagaimana tidak gelap, ruangan itu dibangun tepat di bawah tanah. Untuk memasukinya Sagara dan Omen harus menggeser penutup gorong-gorong yang berat dan kotor. Tidak akan ada yang menyangka bahwa gorong-gorong yang dikira sarang tikus itu justru menyimpan rahasia besar seorang Sulaiman. Si Kacung tak berdaya yang begitu mudah dianiaya.

“Tempat apa ini?” tanya Sagara sambil menyibak sarang laba-laba yang menghalangi jalannya.

Omen memimpin di depan, ia kemudian menekan sakelar dan semakin tercenganglah Sagara. Rupanya ruangan itu bukan ruangan biasa, beberapa komputer berderet di meja. Peralatannya sungguh lengkap, seperti ruangan gamers yang beberapa waktu lalu dikenalkan Omen pada Sagara.

“Kamu sudah memastikan lubangnya tertutup dengan benar, Ga?” tanya Omen, tangannya sibuk mengaktifkan beberapa komp

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dunia Baru Sagara   63. Penyusup

    “Apa yang terjadi?” tanya Damian ketika mendapat laporan ada penyusup masuk ke ruang OSIS. Salah satu anggota yang piket hari ini menemukan beberapa barang yang tidak disimpan pada tempatnya. Belum lagi ada beberapa rak yang sedikit terbuka dan kertasnya menyembul tidak rapi. “Kayaknya ada yang masuk ruangan ini tanpa izin deh, Kak. Tadi pas kami masuk sini ruangannya memang masih rapi tapi ada beberapa posisi barang yang tidak sesuai dengan tempatnya. Aku yakin ada yang mindahin.” “Ada barang yang hilang?” Damian memastikan, mengecek beberapa properti dan barang berharga yang dimiliki anggota OSIS. “Kami sudah memeriksanya dan barang semua aman, Kak.” Damian termenung sejenak, “Oke, kita lihat CCTV, ayo kalian ikut saya!” Damian dan dua orang anggota yang menghubunginya tadi bergegas menuju ruang penjaga keamanan. Di jalan mereka sempat berpapasan dengan Sagara dan Omen. Mereka hanya saling menyapa tapi tidak banyak bertanya karena Sa

    Last Updated : 2021-12-28
  • Dunia Baru Sagara   64. Ada yang Disembunyikan

    Sore hari menjelang waktu magrib, Sagara dan Omen langsung berlarian keluar gedung sekolah ketika waktu pulang tiba. Dalam hati mereka bersyukur karena hari ini tidak ada rapat OSIS. Tyana yang hendak pergi dengan teman-teman perempuannya melihat dua orang itu berlarian. Dia menautkan kedua alis, Saga dan Omen seperti sedang mengejar waktu agar tak ketinggalan diskon belanja. Ya, tingkah mereka persis seperti para pengejar sale. “Apa yang kamu lihat, Tya?” tanya teman Tyana saat gadis itu mematung di depan pintu mobil yang terbuka.“Ah, tidak,” jawab Tyana langsung masuk ke mobil, diikuti temannya dan mereka pun melesat ke tempat tujuan.“Tya,” panggil Dini menyadarkan Tyana dari lamunan.“Ya, kenapa, Din?”“Kamu kenapa dari tadi melamun terus?”“Iya nih si Tya, kurang nyaman ya jalan sama kita?” tanya teman sekelas Tyana yang lain. Ada sekitar tiga gadis di mo

    Last Updated : 2021-12-28
  • Dunia Baru Sagara   65. Perintah Big Boss

    Ayus memeriksa ulang pesan yang dikirim Big Boss padanya, setelah memastikan berulang kali ia yakin sudah berada di tempat yang tepat. Alamatnya sesuai dengan yang dikirim sang Big Boss.Di depannya sekarang ada bangunan bekas stadion tua yang sudah tak terpakai lagi. Awalnya Ayus kebingungan bagaimana cara memasuki tempat itu karena sekelilingnya ditumbuhi ilalang tinggi. Suasana gelap malam hari dan minimnya penerangan di sana membuat Ayus ragu untuk menerobos tempat yang belum dia ketahui ada apa di balik ilalang tinggi itu.Ting!Sebuah pesan kembali masuk, Ayus membacanya secepat mungkin.Big Boss:Lewat jalur utara, ada pintu masuk yang lebih aman. Terus maju sampai lo menemukan kursi merah dan sebuah rompi.Ayus mengikuti pesan sang Big Boss dengan terpaksa. Dari lubuk hati terdalam ia agak ragu mengikuti perintah bosnya ini. Bagaimana tidak, tempat yang ia kunjungi sekarang sangat menger

    Last Updated : 2021-12-29
  • Dunia Baru Sagara   66. Siapa yang Menyuruhmu?

    Ayus mulai curiga orang yang menghubunginya datang ke sana bukan Big Boss. Ia sudah mencium gelagat aneh ini sejak awal, Big Boss tidak menjawab panggilannya malah terus mengirim pesan berikut perintah anehnya.“Jangan bilang kalian yang berpura-pura menjadi Big Boss?”Sagara dan Omen saling pandang, mereka bertukar senyum—memperlihatkan betapa lucunya ekspresi Ayus yang terjebak tipu daya mereka.“Kamu paham dia ngomong apa, Men?” Saga pura-pura tidak memahami pertanyaan Ayus.“Enggak euy, lo ngomong apaan sih, Yus? Big Boss siapa? Saya sama Saga tahunya Big Boss buku. Kalau cari buku ada kan di koperasi Tribakti tuh bejibun.”“Enggak usah pura-pura anj—argh!” Ayus berteriak keras, tubuhnya tersengat listrik tegangan rendah di bagian perut dan dada. Sensasi kesemutan yang ngilu menyerang tubuhnya sekarang.“Rompi apa ini anjing!” frustrasi Ayus kesulitan membuang rompi

    Last Updated : 2021-12-29
  • Dunia Baru Sagara   67. Tikus Malang

    Ayus terlihat kaget, dia tidak menyangka Sagara bisa mengetahui hal ini. Padahal rahasia ini sudah dijaga dengan sebaik mungkin sampai polisi saja tidak bisa melacaknya.“Big Boss, dia yang menghubungi gue buat menjebak si Badar.”“Apa tujuannya melakukan itu?”“Gue enggak tahu.”Omen menekan tombol tegangan listrik, tubuh Ayus kejang-kejang lagi seperti penderita ayan kalau sedang kambuh.“Stop, Men, please! Argh!”“Makanya jawab yang jujur!” tekan Omen emosi.“Ayus, aku sudah memperingatkanmu sebelumnya. Kalau sekali saja kau berdusta dan membodohiku maka nyawamu taruhannya. Aku dan Sulaiman tidak bercanda. Kau tahu, rompi ini didesain khusus dengan tegangan listrik paling tinggi. Penderitaan yang kau alami sejak tadi tidak ada apa-apanya dibanding puncak yang akan kau dapat nanti—jika kau tidak bisa diajak kerja sama. Bukan hanya kulitmu yang aka

    Last Updated : 2021-12-29
  • Dunia Baru Sagara   68. Mengungkap Jati Diri

    Setelah sedikit bersenang-senang dengan Ayus, Sagara dan Omen menepati janji mereka untuk membebaskan anak itu. kemudian Ayus dipaksa menyerahkan diri ke polisi dan membuat pengakuan bahwa Badar tidak bersalah. Mau tidak mau Ayus melakukan perintah itu, dia tidak punya pilihan. Masa bodoh dengan ancaman Big Boss yang akan menghabisinya kalau identitas dia sampai terbongkar. Toh, sebenarnya identitas orang misterius itu masih aman karena Ayus sendiri tidak tahu dia siapa. Informasi yang bocor hanya seputar penjebakan sisanya masih terbilang aman.Bagi Ayus, penjara adalah tempat terbaik untuknya sekarang. Jika dia berkeliaran di luar bukan tidak mungkin antek-antek Big Boss akan menyerang dan melenyapkannya tanpa jejak. Belum lagi kemungkinan Sagara dan Omen bisa kembali menargetnya jika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Biarlah dia menerima hukuman sesuai dengan kesalahan yang dia buat. Diinterogasi polisi lebih baik ketimbang dia harus berurusan dengan Sagara dan Omen

    Last Updated : 2021-12-29
  • Dunia Baru Sagara   69. Kisah Tergila

    Badar mendengus namun membiarkan Sagara bersiap-siap membuka cerita. Omen pun ingin mendengar kisah Sagara dengan lebih detail, masalah Ambarwangi masih begitu bias di kepala Omen. Dia sulit percaya karena sungguh cerita Sagara seperti dongeng fantasi. “Perkenalkan, aku Sagara, seorang pendekar dari Ambarwangi yang biasa dipanggil pendekar Gara. Aku sangat terkenal di sana, mereka menobatkanku sebagai pendekar nomor satu di Ambarwangi. Namaku benar-benar harum dan selalu dipuja-puji seluruh penduduk kerajaan,” jelas Sagara dengan bangga sambil mengenang masa kejayaannya dulu. Omen dan Badar terdiam, mengerjapkan mata beberapa kali. Sagara seperti sedang kerasukan hantu paling narsis di alam gaib. “Beberapa waktu lalu, aku mengalami musibah yang sialnya begitu mencabik harga diriku. Jujur itu adalah kejadian paling memalukan yang pernah aku alami tapi harus kuakui aku kalah dari musuhku. Seorang pria misterius menusuk dadaku dengan pedangnya hingga aku j

    Last Updated : 2021-12-29
  • Dunia Baru Sagara   70. Dendam Sulaiman

    “Kalau lo Cung, gimana? Lo juga enggak mungkin Cuma siswa biasa kan secara lo punya peralatan segini canggih yang mustahil dimiliki amatir.” “Mulut kamu tuh ya, Badar! Cung, Cung, inget! Si Ayus takluk karena rompi listrik buatan saya. Artinya kamu bebas juga karena saya.” Badar angguk-angguk antara mendengar dan tidak, mengakrabkan diri dengan Sagara dan Omen tidak sesulit perkiraannya. Perlahan namun pasti gengsinya juga memudar. Sejatinya dia memang tidak punya alasan pasti mengapa dulu suka merundung Sagara dan Omen. Mereka terlihat paling lemah dan sering menjadi bulan-bulanan penduduk Tribakti. Ya, Badar ikut saja untuk meramaikan hidupnya yang hitam. Dulu, dia berpikir membuat orang-orang susah adalah obat yang bisa menghalau sedikit rasa kecewa pada hidup yang dia miliki. badar tidak suka melihat orang bahagia jadi dia ingin orang-orang merasakan ketidaknyamanan dalam hidupnya persis seperti yang setiap hari dia rasa. “Tujuan lo apa, rencana t

    Last Updated : 2021-12-30

Latest chapter

  • Dunia Baru Sagara   131| Harapan Terakhir

    “Kau marah?” ungkap Gara setelah duduk di samping Larasati yang sedang menatap hamparan laut yang sebelumnya mereka sebrangi demi tiba di tempat ini.“Menurutmu?” ketus Laras.“Aku tahu kau kesal, Laras. Tapi aku tidak bisa mengabaikan orang yang sedang membutuhkan pertolongan kita. Kau tahu, di dunia lamaku, saat aku menghadapi kesulitan, saat aku dirundung oleh bajingan-bajingan gila, tidak banyak yang mengulurkan tangannya untuk membantuku. Kebanyakan dari mereka malah menertawakan dan menghardikku. Aku dipojokkan, mereka menginjak-injak harga diriku tanpa perasaan, seolah aku memang pantas hidup menderita di mana pun aku berada. Kau tahu seberapa frustrasinya aku saat itu?”Laras masih diam, menyimak tanpa niat menoleh pada Gara. Perasaannya sudah mulai tersentuh dengan cerita itu, namun gengsinya menahan Laras untuk tetap bersikap dingin.“Aku kesakitan, aku putus asa, dan benar-benar ingin menyerah. Rasanya seperti ingin mati. Aku bertanya kepada diriku sendiri, dosa apa yang k

  • Dunia Baru Sagara   130| Perdebatan Kecil

    “Perempuan bercadar motif edelweiss dan bermata biru. Hm, bagaimana bisa kita menemukan orang dengan petunjuk seminim itu?” gumam Kumbara sambil mengikuti kedua temannya, melangkah dari satu batu ke batu lainnya.Saat ini mereka tengah menyeberangi sungai yang menjadi pembatas antara kerajaan Purwodadi dengan Giri Asih. Setelah sebelumnya mereka bertiga sempat istirahat untuk shalat zuhur, dan makan perbekalan yang diberikan oleh istri pendekar Karsayasa.“Pasti ada jalan, kau tenang saja,” ungkap Gara.“Aku juga penasaran dengan sosok pendekar Edelweiss. Sehebat apa dia sampai bisa menjadi satu-satunya pendekar wanita terpilih,” tukas Larasati diwarnai dengan raut wajah cemburu.“Sudahlah, ini bukan waktu yang tepat untuk iri dengki, Larasati. Kau juga sudah hebat, syukuri saja apa yang kau miliki saat ini. Jangan pernah bermimpi untuk melampaui orang lain demi ambisimu.”Aliran air di sungai itu cukup tenang, mereka bisa menyeberang dengan santai tanpa takut terbawa arus. Meskipun t

  • Dunia Baru Sagara   129| Edelweiss

    Meja makan menjadi ramai oleh tawa, Gara dan para penghuni kediaman pendekar Karsayasa sedang sarapan. Di ruangan itu terdapat meja panjang dengan kursi-kursi yang mengelilinginya. Istri pendekar Karsayasa sengaja menyiapkan sajian istimewa untuk menjamu para tamunya yang sebentar lagi akan meninggalkan Purwodadi. Waktu singgah Gara di kerajaan itu memang jauh lebih singkat dari dugaan.Di satu sisi dia bersyukur karena dengan begitu ia bisa mempersingkat waktu uji kehebatan. Targetnya adalah menyelesaikan tujuh tahapan uji kehebatan sebelum purnama kedua belas. Setiap hari, pria itu selalu dilanda khawatir—takut upayanya melebihi batas waktu yang ditentukan. Kembali saat semua keraguan dan kewaswasan menyerangnya, Gara terus menerus menggumamkan bahwa tugasnya hanyalah berusaha sebaik mungkin. Perkara hasil, biarkan itu menjadi ketetapan Yang Maha Mengetahui.“Ahh, ini makanan terenak yang aku makan setelah kurang lebih empat hari terombang-ambing di laut lepas,” ungkap Kumbara yang

  • Dunia Baru Sagara   128| Sudah Lulus?

    Baru saja tiba di pulau, Gara disambut oleh sekelompok orang asing bersenjata yang lagi dan lagi membuat ketiganya siaga.“Belum genap satu jam kita melewati badai aneh, sekarang ujian apa lagi ini ya Allah?” tukas Kumbara tak habis pikir.Sesulit ini perjuangan mereka untuk mengantarkan Gara menjadi pendekar terhebat.“Sepertinya mereka penduduk setempat,” kata Larasati memindai penampilan para prajurit yang menghadang mereka.Sebenarnya barisan prajurit itu tidak benar-benar menghadang. Mereka hanya berdiri tegap dengan persenjataan lengkap seraya membentuk pagar seolah tengah menanti kehadiran seseorang.“Kau tahu dari mana?” tanya Gara.“Lihatlah tanda pengenal yang menggantung di masing-masing sabuk mereka. Semuanya menunjukkan lambang kerajaan Purwodadi, bisa dipastikan mereka adalah utusan kerajaan.”Beberapa orang membuka barisan bersamaan dengan bunyi tapak kuda yang kian mendekat. Seorang pria gagah berambut panjang melompat turun dari kuda yang ditungganginya. Pria itu men

  • Dunia Baru Sagara   127| Melawan Monster

    Kemunculan Gara dari pusaran air tak melemahkan amarah monster laut damai. Ia terus memukul-mukul permukaan air melalui tentakel raksasanya. Situasi di sana kacau sekali. Tiba-tiba saja, awan mendung berkumpul membentuk formasi yang menyeramkan. Kilat petir menyambar dan bermunculan di langit gelap. Angin bertiup dengan kecepatan tinggi, menciptakan gulungan ombak besar dan membuat laut bergelombang hebat.Gara baru menyadari keberadaan monster itu, dia pun terkejut karena kini dirinya tengah melayang di udara dengan tameng air yang mengelilinginya. Sungguh di luar nalar, ia merasa seluruh tubuhnya kembali bugar. Persis seperti yang pernah dialaminya ketika melawan pendekar Galasakti sebelumnya.Padahal tadi banyak luka yang diperoleh akibat pertempuran sengitnya dengan panglima Arash. Sagara ingat, dirinya nyaris hilang kesadaran akibat kobaran api yang hampir membakar seluruh tubuhnya. Lantas apa yang terjadi sekarang? Makhluk aneh apa yang ada di depannya itu?

  • Dunia Baru Sagara   126| Badai Tak Terduga

    “Besar juga keberanianmu, pendekar Gara. Kukira kau akan melarikan diri seperti kedua temanmu tadi,” kata Panglima Arash, pria bertopeng yang akhirnya kini mendarat di kapal nelayan.Panglima Arash sengaja melarang pasukannya untuk turun tangan kali ini. Dia ingin head to head, atau menghabisi musuh bebuyutannya ini dengan tangannya sendiri. Kali ini, Arash ingin memastikan bahwa urat nadi pendekar Gara benar-benar terputus dengan tebasan tangannya. Arash sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menghadiahkan penggalan kepala Gara kepada yang mulia Batara. Calon pemimpin Ambarwangi dari fraksi Barat.“Untuk apa aku melarikan diri di saat aku ingin sekali bertemu denganmu, Panglima Arash,” kata Gara berani sekali. Dia juga gamblang menyebutkan nama Arash dan itu cukup membuat sang panglima terkejut.“Rupanya kau sudah tahu siapa aku,” kata Arash mengakui ketelikan Gara kali ini.“Tentu saja, aku

  • Dunia Baru Sagara   125| Aku Tidak Akan Kalah

    Menjelang tengah malam, Gara masih belum memejamkan mata sama sekali. Entah mengapa rasa kantuk serta merta hilang dan tak terasa barang sedikit. Dia sudah berusaha mengubah posisi—menghadap kanan, kiri, telentang, tengkurap. Semua sudah ia coba namun tetap tak mendapat titik nyaman. Dia sendiri tidak mengerti mengapa bisa mengalami hal itu. Di saat semua orang tertidur dengan pulasnya, Gara justru gelisah seorang diri.Merasa upayanya tidur tidak akan berhasil, pemuda itu pun memutuskan keluar ruangan. Lebih baik ia menghirup udara segar di luar, siapa tahu perasaannya bisa membaik. Derap langkah Gara terdengar begitu jelas, bersahutan dengan gemuruh angin dan suara ombak laut. Gara berjalan ke arah dek kapal. Ia berdiri di sana sambil matanya menyusuri sekitar. Pria itu yakin tak ada satu pun yang terjaga selain dirinya. Namun, Gara merasa seseorang tengah memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan.Pria itu menarik napas panjang, kemudian menahannya beberapa d

  • Dunia Baru Sagara   124| Laut Damai?

    “Akhirnya, kita tiba,” kata Larasati bersamaan dengan senyum mengembang.Lega sekali rasanya bisa tiba di tempat tujuan dengan selamat setelah kurang lebih empat hari mengarungi hamparan laut mega luas dari kerajaan Kentamani ke kerajaan Purwodadi.“Kau tampak bahagia sekali, Laras, bahkan senyummu lebih lebar dibanding ketika aku berhasil mengalahkan pendekar Galasakti. Sejauh yang aku ingat, dalam perjalanan kali ini juga kau jauh lebih tenang,” kata Gara yang berdiri di samping perempuan itu.Mereka berdua sedang berdiri di bagian depan kapal, memandang laut dengan gradasi warna biru dan hijau yang terpadu indah, ditemani refleksi langit yang kini berubah menjelang jingga.“Entahlah, aku hanya menyukai perjalanan kali ini dibanding perjalanan sebelumnya. Apa kau tidak bisa merasakan ketenangan yang dibawa laut ini pada kita?”“Maksudmu?”“Sudah bukan rahasia lagi jika kerajaan Purwodadi terkenal dengan kawasan lautnya yang sangat luas. Selain terkenal dengan kekayaan maritimnya, l

  • Dunia Baru Sagara   123| Ambisi Panglima Arash

    Selepas menemui tuannya, panglima Arash meninggalkan area istana dan berkunjung ke markasnya. Ia meluapkan emosi dengan memanah, puluhan anak panah melesat kencang menembus sasaran yang jauh di depan sana. Tidak ada yang melenceng, semuanya menancap tepat di area merah. Kemampuannya dalam hal ini memang tidak perlu diragukan. Dia sangat mumpuni dalam bertarung, memanah, berkuda, dan merakit senjata tajam. Wajar jika kini dia menyandang gelar sebagai panglima perang yang paling disegani di fraksi barat. Fraksi yang menjadi dalang dari carut marutnya pemerintahan di kerajaan Ambarwangi dan yang telah mencelakai raja Majapati.Saat panglima Arash fokus meluapkan emosi, kedatangan seorang prajurit menghentikan kegiatan itu. Panglima Arash seperti sudah tahu maksud dan tujuan prajurit itu. Ya, memang sebelumnya dirinya yang meminta bawahannya itu untuk menyelidiki sesuatu. Panglima Arash menyimpan peralatan memanahnya, turun dari podium panah dan mengajak bawahannya itu untuk mengobrol di

DMCA.com Protection Status