Sinopsis:
Sejak dulu, Katya Lovina bercita-cita menjadi seorang model terkenal. Namun di saat ia baru saja sedang merintis karir, CEO di agensinya yang tampan dan karismatik bernama Ibram Mahesa malah menjebaknya, dan menjadikan Katya sebagai pengasuh untuk keponakannya yang yatim piatu bernama Adelia. Ibram juga berjanji akan menjadikan Katya supermodel terkenal jika ia menjadi nanny bagi Adel selama setahun. Dan Katya tidak dapat menolak, karena Ibram mengancam akan menghancurkan karir modelling gadis itu dalam sekejap mata! Sebenarnya tidak masalah bagi Katya, karena dia memang suka pada anak kecil... ... tapi sangat bermasalah bagi hatinya, karena gadis itu sulit menolak sosok Ibram yang selalu membuatnya berdebar. Judul asli : My Pretty Nanny Tayang mulai besok ya, karena ini novel pertama yang aku tulis, jadi ada beberapa part yang perlu di edit lagi 🫰 ***Sneek peek : Katya menelan ludahnya serta mendehem gugup. Bagaimana ia tidak gugup jika ditatap oleh sepasang bola mata coklat gelap yang tajam dan sangat mengintimidasi seperti itu? Ia memang tidak bisa menampik jika pria ini memiliki wajah yang sangat tampan, namun kesan misterius dan gelap yang menyelimuti seluruh sosoknya itu, membuat siapa pun yang berhadapan dengan Ibram Mahesa pasti akan memgkeret dibuatnya. "Maaf, Pak Ibram... tapi saya tidak bisa melakukan hal seperti itu." Nah, akhirnya Katya pun berhasil juga mengucapkan suara hatinya. Penolakan lemah itu seketika membuat Ibram mengangkat kedua alisnya yang lebat dan hitam. "Kenapa tidak? Aku bahkan akan menggajimu tiga puluh lima juta sebulan! Dan tugasmu hanya menemani Adelia saja. Pekerjaan yang begitu ringan dengan bayaran begitu besar," ucapnya mengimi-imingi. "Dan kamu pun tetap menjalani profesimu sebagai model, serta mendapatkan gaji dari agency ini. Kamu akan memiliki double job, Katya." "Ta-tapi...," "Tidak. Aku tidak mau ada penolakan. Jika kamu menolak, maka kontrakmu sebagai model di One Million akan dibatalkan. Dan lihat saja, cukup dengan satu memo dariku, maka tidak akan ada satu agency pun yang akan mau bekerja sama denganmu!" ***"David... David! Hei!" Ibram menjentikkan jarinya tepat di depan wajah temannya itu. Dia adalah David Sanjaya, sang Chief Marketing Officer (CMO) One Million. Saat ini ia diminta oleh Ibram Mahesa untuk menjadi salah satu juri dalam audisi model yang akan tampil dalam iklan yang akan tayang di televisi. Namun salah satu peserta audisi telah membuatnya terpaku. Namanya Katya Lovina, dan senyumnya yang manis itu tiba-tiba saja membuat debaran tak sengaja di dadanya. "Yaa?" David pun tersadar. Ia segera mengalihkan tatapannya dari sosok Katya yang telah menghilang di balik pintu keluar, kepada wajah Ibram yang terlihat heran menatapnya. "Kamu suka gadis itu?" tanya Ibram dengan kedua alis terangkat. Dalam hatinya David merasa malu karena ketahuan telah memberikan perhatian lebih pada salah satu peserta audisi, tapi ia berusaha untuk menerjemahkan pertanyaan Ibram dalam kaitannya dengan pekerjaan "Hm... Ya. Wajahnya cantik, attitude-nya bagus dan hasil pemotretannya juga cuku
"Adik kecil, awas!!" Katya segera meraih tubuh mungil itu dari jalan raya dan langsung memeluknya dengan erat, laku membawanya dengan secepat yang ia bisa ke trotoar, tepat ketika sebuah mobil hampir saja menyambar tubuh kecilnya. Beberapa orang berteriak kencang melihat kejadian yang begitu cepat itu, dan menghampiri Katya yang masih terengah-engah karena shock serta anak kecil dalam pelukannya. "Nona, kalian berdua baik-baik saja?" tanya seorang wanita paruh baya pada Katya. Katya hanya bisa menatapnya dan mengangguk perlahan dalam diam. Ia masih berusaha mencerna yang baru saja terjadi, seraya bersyukur dirinya dan anak kecil dalam dekapannya ini selamat dari malapetaka. "Kita jangan pernah lengah, anak kecil memang belum tahu bahaya! Orang tua harus selalu awas pada anaknya," nasehat wanita itu padanya. 'Eh? Jadi dia mengira gadis kecil ini adalah anakku?' Katya masih diam, namun tak pelak ikut melongo karena kesalahpahaman wanita itu. Usianya saja masih 19 tahun,
Dengan langkah gemetar, Katya ikut masuk ke dalam ruangan CEO dan duduk di sofa hitam yang empuk setelah Ibram menyuruhnya. Lelaki itu sendiri memilih duduk di sisi meja kerjanya. Manik coklatnya memperhatikan Katya tanpa sepengetahuan gadis itu, yang terlihat masih sibuk mengagumi ruangannya.Ruangan itu sangat besar dan elegan, dengan nuansa hitam dan abu-abu. Seluruh furniturnya ditata dengan sangat apik dan sesuai. Juga ada lukisan abstrak besar di dinding yang keren banget. Bahkan aroma di ruangan ini juga wangi dan segar. Katya benar-benar tidak menyangka ia telah berada di dalam ruangan CEO, mengingat statusnya yang bahkan belum tanda tangan kontrak dengan One Million hingga saat ini."Ada apa keperluan kamu kemari?" suara maskulin yang berat dan dalam membuat Katya kaget, lalu kembali memfokuskan dirinya. "Maaf Pak, saya cuma mau mengantarkan ini," Katya mengangkat dan memperlihatkan plastik bening berisi minuman boba. "Untuk keponakan Bapak."Ibram menghela napas pelan. "
Katya pun mengerutkan keningnya bingung karena tiba-tiba otaknya tidak bisa berpikir jernih. "Maaf, tadi barusan Pak Ibram bertanya apa?" Lelaki itu menahan senyumnya melihat kebingungan di mata Katya. Ia pun melepaskan tangannya dari bahu gadis itu, dan berjalan menuju telepon di meja untuk menghubungi seseorang. "Zi, dimana Adel?" "Adel di lantai atas, pak. Tadi Toni sedang membujuknya agar tidak terus-menerus menangis," jawab Zizi di seberang sana. "Bawa Adel ke ruanganku sekarang." Lalu Ibram menutup teleponnya. "Ambil ini, dan duduklah kembali di sofa." Lelaki itu memberikan minuman boba yang tadi telah dia minum kepada Katya. Katya menuruti perintah Ibram dan bergegas duduk di sofa dengan minuman boba dalam genggamannya. Adel sebentar lagi akan datang. Tak berapa lama, pintu ruangan itu pun terbuka, diikuti dengan sesosok anak kecil berkuncir satu yang sedang bercucuran air mata dan berlari menghambur ke arah Ibram. "Paman! Hiks... hiks..." Ibram memeluk
"Aku masih berpikir apakah akan mempertahankan atau melepasmu dari One Million." Ibram pun berucap dengan tiba-tiba dan membuat Katya terkejut. What? Dia masih dendam rupanya! Wajah Katya pun mulai pucat. Waduh, sepertinya sekarang ia harus mulai memohon agar lelaki ini tidak membatalkan kontraknya. "Pak Ibram, begini..." "Baik. Kamu akan tetap mendapatkan kontrak di sini, tapi dengan satu syarat : jadilah pengasuh untuk Adelia, keponakanku," cetus Ibram tegas. Dan saat ini juga, lelaki itu menatap dalam dan tajam pada Katya, menunggu jawaban gadis itu. Katya menelan ludahnya dan mendehem dengan gugup. "Maaf, Pak Ibram. Tapi saya rasa... saya tidak bisa melakukan hal seperti itu." Serta-merta Ibram pun mengangkat kedua alisnya yang lebat dan hitam. "Kenapa tidak? Aku bahkan akan menggajimu tiga puluh lima juta sebulan! Dan tugasmu hanya menemani Adelia saja. Pekerjaan yang begitu ringan dengan bayaran begitu besar," ucapnya mengimi-imingi. "Dan kamu pun bisa tetap menj
Gadis itu berbicara dengan David akrab sekali di lobby, dan Ibram pun mengerutkan dahinya. Ia heran melihat senyum dan tawa yang keluar dari Katya yang terlihat tulus dan santai. Apa jangan-jangan mereka telah saling mengenal? Brissa menggamit lengan Ibram. "Kita mau makan di mana?" tanyanya lembut. "Hmm?" Ibram masih menatap lekat sosok Katya dan David. "Bagaimana kalau di hotel Grand Heaven?" Itu adalah sebuah Hotel bintang lima yang sangat terkenal. "Steak-nya enak banget di situ. Ok!" sahut Brissa antusias. Sebenarnya ia tidak mempermasalahkan mau makan di mana saja, asalkan dengan Ibram. "Kita ajak David juga," cetus Ibram kemudian, membuat Brissa terdiam kecewa. Gagal sudah makan siang berdua dengan Ibram! "Ibram, kamu mau makan siang di luar juga?" sahut David heran ketika Ibram menyapanya di lobby. Tidak biasanya lelaki ini mau makan siang di luar. Biasanya Ibram makan di ruangannya, karena dia memang terkenal workaholic. "Ya, Adel mengajak makan di Grand Heaven. A
Sudah tahu kan, kalau cewek yang sedang PMS itu tingkat kebaperannya bertambah menjadi 100 kali lipat?Itulah yang dirasakan Katya sekarang. Sekarang Katya sedang menahan dongkol karena ucapan Pak David tentang perasaannya pada dirinya, yang malah membuat gadis itu ini jadi ingin melahap makanan sebanyak-banyaknya.Tiba-tiba Katya merasakan sepasang tangan kecil dan lembut menutup matanya dari arah belakangnya. "Coba tebak, siapa aku?" suara imut dan cempreng khas anak-anak itu membuat Katya tersenyum. "Siapa ya?? Ooh iya... pasti Princess Jasmine!" tebak Katya berlagak sok yakin. Ia sengaja menyebut salah satu tokoh kartun itu karena pernah melihat tulisan karakternya di sepatu Adel.Suara cekikikan ceria pun terdengar. "Masa Jasmine sih! Itu kan cuma film kartun," protesnya. Adel melepaskan kedua tangannya dari mata Katya tapi tetap tidak beranjak dari belakang tubuh gadis itu. Katya memegang kedua tangan Adel dan mendongak menatap mata anak kecil itu yang berada di atasnya.An
Ibram menangkap kedua tangan Katya yang hendak mendorong dada bidangnya agar menjauh. Tanpa melepaskan ciumannya, kedua tangan Katya ditariknya ke atas, ke puncak kepala gadis itu. Uh, Katya semakin terlihat sangat seksi dengan kedua lengan terangkat seperti itu. Tubuh Ibram pun semakin mendesak dan menekan tubuh Katya, membuat gadis itu bisa merasakan sesuatu yang keras menekannya di bawah sana. Meski belum sepenuhnya tersadar, gadis itu berusaha menyentak tangannya yang telah dikunci Ibram di kepalanya, namun sia-sia karena lelaki itu menggenggamnya dengan begitu erat. Karena terpojok dan sulit bergerak, yang bisa ia lakukan hanya berupaya untuk menggeleng-gelengkan kepala ke kiri dan kanan dengan tujuan melepaskan diri dari serbuan bibir lelaki itu yang rupanya telah membuat otaknya ikut korslet. Ibram pun akhirnya melepaskan bibirnya, membuat Katya sedikit bernapas lega. Namun itu rupanya hanya sesaat. Di saat Katya mengira akhirnya akal sehat telah dimiliki oleh lelak
"Lebih cepat, Toni!" bentak Ibram gusar. Toni pun semakin mempercepat laju mobilnya, menyelip sana-sini mencari celah di antara lalu-lalang kendaraan yang masih memenuhi jalanan. Alarm dari alat penyadap yang ditempelkan pada anting-anting Katya telah berbunyi. Wanita itu dalam bahaya. Ibram benar-benar kecolongan untuk yang kedua kalinya, saat ia mendapati istri dan keponakannya telah menghilang entah kemana. Polisi sudah bertindak dan dikerahkan untuk mencari Katya dan Adel, dengan mengikuti sinyal yang dipancarkan alat penyadap itu. "BRENGSEK! BAJINGAN! LELAKI BIADAB!" Ibram terus memaki sambil memukul dasbor di depannya. "Kali ini kau benar-benar akan kubunuh!" "Pak, orang-orang kita sudah berada dekat dengan Kean, mungkin mereka akan sampai duluan di tempat itu," lapor Toni setelah ia mendapatkan info dari wireless earphone di telinganya. "Serang dia jika Katya dan Adel berada dalam bahaya," perintah Ibram. Beberapa belas menit kemudian, Ibram dan Toni telah s
Ibram, David dan Toni duduk di depan meja bar, sementara Katya, Brissa dan Zizi berada di meja restoran di seberang mereka. "Halo, temanku ini baru saja menikah, tolong berikan minuman yang terbaik dan termahal di sini," ucap David pada bartender yang menghampiri mereka. "Tidak, Dave," tolak Ibram tegas. "Aku harus menyetir pulang nanti." David berdecak kesal. "Ibram, kamu benar-benar tidak menyenangkan! Bukankah Toni yang akan mengantarmu pulang nanti?" "Tidak. Toni akan mengantarmu, Brie dan Zizi. Aku hanya ingin menjaga Katya," tegasnya. David mendesah dan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu benar-benar telah berubah, Ibram. Apa itu karena Katya?" Ibram tersenyum. "Aku sekarang seorang suami, Dave. Akulah yang bertanggung jawab atas keselamatan istriku," tukasnya. David mengangkat gelas berisi minuman keras untuk bersulang pada Ibram. "Untuk suami paling beruntung di dunia," ucap David, ada rasa bangga atas perubahan positif pada sahabatnya itu, nam
Katya terlihat sangat cantik dalam balutan gaun panjang putih dan sederhana. Gaun itu berlengan panjang dengan deretan kancing berlian di sepanjang siku hingga pergelangan tangan, menutup hingga batas bawah lehernya, dan terulur jauh menutupi kaki. Meskipun terkesan sopan dan menutup, namun karena jatuh mengikuti bentuk tubuh Katya, tetap saja terlihat sangat sangat seksi. Ibram bolak-balik menatap Katya sambil menggeleng-gelengkan kepala, tidak rela jika garis tubuh kekasihnya itu dinikmati oleh beberapa pasang mata pria brengsek dan dijadikan fantasi liar mereka. "Nggak ada gaun yang lebih sopan?" tanya Ibram sambil mengerutkan wajah tidak suka pada stylist yang bertugas mengatur kostum pengantin mereka. Wanita berambut bob berkacamata itu hanya bisa menggaruk-garuk kepala bingung. Katya telah bergonta-ganti baju lima kali, dan ini adalah pakaian tersopan yang mereka punya. "Maafkan saya, Pak Ibram... tapi kami tidak memiliki gaun yang lebih tertutup lagi. Masalahnya adalah
Ibram melepaskan ciumannya dan memeluk tubuh Katya, untuk memberikan kesempatan pada gadis itu agar bisa mengatur napasnya. "Katya, menikahlah denganku," ucap Ibram lembut. "Dulu aku pernah melamarmu dan kamu menolaknya karena merasa belum ada cinta di hatiku, bukan?" Ibram mengingat saat-saat dirinya dan Katya berada di rumah pantai miliknya. "Apa sekarang kamu masih juga belum yakin jika aku mencintaimu?" ada nada murung di suara Ibram. "Diriku yang sekarang dan diriku yang dulu sudah jatuh begitu dalam padamu, Katya." lelaki itu pun melepaskan pelukannya untuk menatap lekat Katya yang terdiam membisu. "Jadilah istriku, pendamping hidupku, dan pelindungmu seumur hidup," ucapnya dengan suara parau, sarat akan emosi yang membuncah di dalam dada. "Aku mencintaimu, Katya Lovina. Wanita tercantik di dunia yang beraroma vanilla." Dan Katya pun merasa dadanya meledak dalam kebahagiaan. Tentu saja ia sangat yakin sekarang kalau Ibram benar-benar mencintainya, bukan karena obs
Ibram terbaring di sebelah Katya, berusaha meredakan rasa sakit hebat yang menyerang kepala dan membuatnya kesulitan untuk bernafas. Ingatan-ingatan yang datang padanya bagai ribuan paku yang menghujam deras ke dalam otaknya, membuatnya gemetar menahan rasa sakit yang hampir tak tertahankan. Namun Ibram berusaha untuk menerima dan tidak menolak seluruh pesan dari pikirannya itu, meskipun acak dan berupa kilasan-kilasan cepat bagaikan kilat yang menyambar-nyambar dirinya. Jessi yang menyelingkuhi Gamal. Gamal yang meninggal akibat kanker nasofaring. Kuliahnya yang sempat kacau karena ia sangat berduka. Adel yang masih kecil namun sudah ditinggalkan ayahnya selamanya dan ibunya yang entah kemana. Mengasuh Adel. Mendirikan One Million. Mengakuisisi beberapa perusahaan. Menemukan Katya Lovina. Dan jatuh cinta padanya. Dengan napas yang masih memburu, ia pun menatap ke arah samping. Katya. Gadis itu berbaring di sisinya, dan membalas tatapannya dengan wajah bingung. "Pak Ibram
'APAA??? Dia mengira ada sesuatu antara aku dan Toni??' Katya menepis kasar tangan Ibram dari bahunya. "Pak Ibram, apa maksudmu bertanya seperti itu?" "Kau selingkuh dengan Toni, kan? Mengakulah! Toni memang jauh lebih muda dariku dan kau pasti merasa lebih cocok dengan lelaki yang tidak terlalu jauh perbedaan usianya denganmu!" ucap Ibram ketus. "Hah! Entah apa yang sudah kalian berdua lakukan di belakangku, menjijikkan sekali." "Apa anda sudah puas menghinaku? Sepertinya memang percuma, apa pun yang kukatakan, anda pasti tidak akan pernah percaya bukan? Aku akan selalu jelek di matamu," tukas Katya pelan. Ia sudah benar-benar lelah sekarang. "Anda sudah menuduhku hanya mengincar uangmu, dan kini menuduhku selingkuh dengan orang kepercayaanmu? Selanjutnya apa lagi? Apa lagi yang anda tuduhkan? Begitu sulitkah bagimu menerima bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan tulus tanpa ada maksud apa pun?" tanya Katya dengan suara yang mulai parau karena menahan tangis. "Jika memang
Ibram terdiam, namun tubuhnya tetap saja memunggungi Katya. 'Hahh... gadis ini benar-benar keras kepala! Sepertinya dia hanya ingin menggangguku saja.''Meskipun... yah, tidak bisa disalahkan juga karena diriku yang dulu sangat bodoh karena telah memberikan harapan pada gadis ini.' Seketika ada setitik rasa kasihan terbit di dada Ibram saat mengingat ekspresi wajahnya pada acara pertunangan melalui Youtube tadi. Pantas saja gadis ini salah paham, karena Ibram memang bersikap seakan benar-benar mencintainya! 'Apa itu benar? Apa aku pernah mencintainya? AKU?? IBRAM MAHESA??' Perlahan Ibram pun membalikkan badannya menatap Katya. "Apa kau yakin dengan semua ucapanmu itu?" cetus Ibram. "Tidak akan ikut campur urusanku, tidak mengharapkan apa pun dariku, dan hanya merawatku hingga sembuh lalu pergi dari hadapanku?" Ibram mengulang ucapan Katya tadi. Katya mengangguk mantap. "Ya. Aku sangat yakin dengan semua ucapanku, Ibram." Hmm... menarik. "Baiklah. Kau boleh melakukannya. Tapi
Katya menangis dalam kesendirian di teras rumah sakit yang sepi. Ia ingin sekali menjerit kuat-kuat, memuntahkan segala kesedihan yang terus menimpanya bertubi-tubi. Setelah ayahnya, Sienna, dan sekarang Ibram pun juga telah meninggalkannya. Bukan meninggalkan secara harfiah karena tubuhnya masih berada di dunia fana ini, hanya saja ingatannya pada Katya yang telah pergi. Ibram mengalami amnesia retrograde karena cedera akibat benturan keras di kepalanya, dan ingatannya hanya sampai saat ia kuliah di Amerika bersama David... Ia tidak mengingat apa pun setelah itu. Bahkan saat ia diberitahu bahwa Gamal, kakaknya yang telah meninggal, Ibram pun sangat terkejut dan masih tidak percaya. Lalu ketika Katya mengatakan bahwa mereka telah bertunangan, Ibram hanya terdiam dan menatap gadis itu dengan tatapan kosong. Seketika itu juga Katya mengerti, bahwa lelaki itu telah hilang. Lelaki yang ia cintai dan mencintainya. Ibram yang Katya cintai telah pergi, tergantikan oleh Ibram lai
Katya berada di dalam ambulans yang membawa Ibram menuju rumah sakit. Sejak tadi air matanya tidak dapat berhenti mengalir, melihat tubuh kekasihnya yang diam tak bergerak serta darah segar yang terus mengalir dari kepalanya. Wajah dan tubuh Katya telah penuh bersimbah darah, namun ia sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin Ibram selamat. Katya sangat takut kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Ia telah kehilangan ayahnya dan juga adiknya Sienna, dan ia tidak akan sanggup untuk bernafas lagi jika ia juga kehilangan Ibram. Tidak! Lebih baik ia ikut ke alam yang sama dengan mereka, karena di dunia ini sudah tidak akan ada cinta lagi untuknya. Katya segera menelepon Zizi, Toni, dan David dari ponsel Ibram. Namun hanya ponsel David yang sulit dihubungi. Lagipula, ini semua karena David! Karena pesan dari David yang membingungkan itu, membuat Katya terperangkap sebagai umpan untuk menjebak Ibram. Apakah ponsel David telah di hack? Ibram harus segera dioperasi, kare