Share

Lima Puluh

Penulis: Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-21 19:46:08
Saat ini Naya sedang perjalan pulang namun saat di perjalanan pulang, Naya takut suaminya kembali marah dengannya karena pergi tanpa seizin suaminya, tapi dirinya sudah mengirim pesan tapi memang belum mendapatkan balasan dari suaminya.

Itu artinya dia sudah izin bukan, namun tiba-tiba tadinya berpapasan dengan mobil suaminya.

“Itu kan mobil Mas Dewa?” ujar Naya melihat mobil berwarna hitam itu yang sangat Naya kenali.

Mobil itu berbelok ke arah sebuah restoran makanan jepang yang tidak jauh dari kantor suaminya, namun untuk apa suaminya ke restoran jepang bukankah Dewa tidak menyukai makanan mentah itu?

“Pak, berhenti disini aja,” ujar Naya memperhatikan taxi nya.

Karena penasaran, Naya hendak menyusul suaminya itu namun saat Naya masuk kedalam restoran itu, dan saat Naya mencari suaminya Naya melihat Dewa yang duduk sendirian.

“Ngapain Mas Dewa duduk sendirian di sana,” guman Naya.

Saat Naya hendak menghampiri suaminya justru ada seorang wanita yang berjalan ke arah meja sua
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
MayGrau
Novel penuh siksaan emosi. Sudah chapter sebanyak ini, perkembangan karakter Dewa makin merasa jumawa bisa menekan sang istri dgn alasan "trauma". Karakter Kanaya pun makin dibuat gak berdaya. Semoga chapter berikut ada perkembangan signifikan. Agak membosankan melihat KDRT mild begini.
goodnovel comment avatar
Hendry Hendryhen
nggak seneng sama karakter Kanaya..lemah bangetttttttttt jadi seorang perempuan dan istri....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Duda Pilihan Ayah   Lima Puluh Satu

    "Maksud kamu apa, Mas?" tanya Naya melepaskan dekapan suaminya.Naya manatap Dewa dengan tatapan marah, kecewa dan muak yang bercampur menjadi satu."Beri saya waktu sedikit lagi," ujar Dewa."Berapa lama lagi? Sampe aku muak dan pergi dari hidup kamu?" tanya Naya menatap suaminya marah."Selama ini aku diam, nutup mata dan telinga. Karena aku masih berharap kamu berubah, Mas. Aku selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik buat kamu. Dan ini balasan yang aku dapatkan?" Kali ini Naya sudah benar-benar tidak bisa menahannya lagi, dan sepertinya sembilan bulan pernikahan sudah cukup untuk dirinya dengan Dewa. Untuk apa dirinya berjuang sendirian, sedangkan yang dirinya perjuangan saja tidak pernah mau membuka diri. Mau sampai kapan suaminya itu terikat dengan masalalunya."Kalau memang kamu belum selesai dengan masalalu kamu, harusnya kamu selesaikan itu dulu tanpa kamu bawa aku dalam kehidupan kamu yang rumit ini, Mas." Melihat suaminya diam membuat Naya tersenyum miring, "Kalau ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Duda Pilihan Ayah   Lima Puluh Dua

    Malam ini Naya benar-benar pulang kerumah orang tuanya, tentu saja ayah dan bundanya terkejut saat melihat kedatangan Naya yang malam-malam pulang dengan koper besar. Bahkan Naya bisa melihat wajah kebingungan dari kedua orang tuanya. 'Maafkan Naya bunda, Naya sudah tidak kuat lagi.' Naya segera berlari kearah bundanya dan memeluk bundanya erat. Entah rasanya kembali ketempat yang membuatnya nyaman, tidak lagi merasa cemas, gelisah dan juga takut. Selama menikah dengan Dewa dirinya selalu merasakan hal itu semua tapi dirinya selalu berusaha bertahan, selalu berharap suaminya bisa merubah. Bukan karena dirinya lemah, namun dirinya mencoba mempertahan apa yang sudah menjadi miliknya. Apalagi Naya memiliki prinsip hanya untuk menikah sekali. Namun ternyata Naya salah menaruh harapan dengan Dewa. Jika laki-laki itu belum selesai dengan masalalunyan maka dirinya tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan dari laki-laki itu. Sebenarnya ini yang membuat Naya tidak siap melihat wajah kebin

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-22
  • Duda Pilihan Ayah   Lima Puluh Tiga

    "Naya belum mau ketemu?" tanya Naufal.Hari ini Nuafal sengaja berkunjung kerumah Bos sekaligus sahabatnya hanya untuk memastikan keadaannya, apalagi seminggu ini Dewa benar-benar terlihat tidak terurus, bahkan wajahnya selalu terlihat datar. Dan tadi siang waktu mereka sedang meeting Dewa tiba-tiba pucat dan muntah-muntah sepertinya sedang tidak enak badan. Dan Naufal meminta Dewa untuk pulang istirahat, tapi Bosnya itu tidak istirahat melainkan melamun di ruang tamu dengan pandangan kosong. Bahkan Dewa terlihat kacaunya, dulu waktu Savira menghianatinya Dewa bahkan masih bisa bekerja dengan profesional dan tidak sekacau sekarang ini. Dewa menggeleng lemah, melihat itu sebenernya Naufal kasihan namun dengan kemarahan Kanaya kali ini, dirinya berharap Dewa bisa menyadari perasaanya dan mengambil tindakan yang benar."Kalau Kanaya minta cerai...""Saya tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi," sahut Dewa cepat."Tapi kalau gue di posisi Kanaya gue juga akan minta cerai. Bisa-b

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-24
  • Duda Pilihan Ayah   Lima Puluh Empat

    "Nay, beneran lo tetep mau cerai sama Pak Dewangga?"Naya paham setiap orang memiliki masalalu, tapi berbeda dengan kasusnya dan Dewa. Masalalu laki-laki itu belum selesai, bahkan pria itu masih menyimpan hati untuk masalalunya. Memang sekarang dia mendapatkan raganya tapi tidak dengan hatinya.Karena orang yang masih belum bisa berdamai dengan masalalunya itu tidak bisa menghilangkannya. Tapi dia hanya akan memindahkan ke tempat yang lebih dalam dan tersembunyi. Jadi percuma mau berharap sekeras apapun tapi pemenangnya tetap masalalunya.Jadi untuk apa Naya kembali berjuang dan berharap yang tidak pasti, sekarang Naya sudah tau jawabannya. "Buat apa gue bertahan, Cit?" tanya Naya menatap Citra.Citra menghela nafas kemudian menatap Naya. "Gue tau pasti berat banget buat, Lo. Tapi apa lo nggak bisa bertahan buat anak lo?" Naya mengelus perutnya sekilas, sebenernya itu juga yang menjadi pertimbangan Naya. Tapi rasa sakit dan kecewanya lebih besar sekarang, karena selama Naya menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Duda Pilihan Ayah   Lima Puluh Lima

    "Ada ibu mertua kamu di depan, mau ketemu?" tanya Ika menatap Naya yang sedang duduk di atas ranjang dengan membaca buku tentang kehamilan dan anak. "Sama siapa, Bun?" tanya Naya "Sendiri, ayo turun bunda bantuin." ujar Ika membuat Naya mengangguk. Setelah periksa ke dokter tadi pagi karena akhir-akhir ini Naya merasakan muntah-muntah parah bahkan pusing yang membuatnya lemas. Hal itu terjadi karena Naya mengalami kecemasan dan stres yang berlebih. Naya harus banyak istirahat, minum air putih yang banyak dan makan makanan sehat. Dan yang paling utama adalah dirinya tidak boleh terlalu banyak pikiran dan stress. Sampainya di ruang tamu Naya sudah melihat ibu mertuanya yang tengah duduk ngobrol dengan ayahnya. Naya segera menghampiri ibu mertuanya dan menyalaminya. "Ibu, sudah lama?" "Belum ibu baru saja datang, ini ibu bawain vitamin, buah-buahan dan sayuran biar cucu ibu tetap sehat." Katanya menunjukan paperbag yang cukup besar. "Terimakasih ya buk." ujar Naya membuat Aida m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-27
  • Duda Pilihan Ayah   Lima Puluh Enam

    Dua puluh tiga tahun lalu Aslan bertemu dengan seorang anak laki-laki yang menarik perhatiannya. Dia bekerja dengan rajin, tidak memperdulikan apapun dan hanya fokus dengan pekerjaanya saja. "Kamu kesini," panggil Aslan Anak laki-laki itu menengok kesana- kemari untuk memastikan jika dirinya yang di panggil setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitarnya, anak laki-laki itu menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingungnya."Iya kamu, kesini." ujar Aslan melambaikan tangannya.Dengan takut-takut anak laki-laki itu berjalan menghampirinya dengan wajah menunduk."Kamu takut sama saya?" tanya Aslan terkekeh."Saya tidak melakukan kesalahan hari ini."ujarnya dengan takut-takut.Aslan menatap anak laki-laki itu, Sepertinya anak ini selalu di marahi oleh seniornya disini, hingga merasa ketakutan. Tangan Aslan terulur hendak mengelus kepalanya namun tangannya belum sampai anak laki-laki sudah lebih dulu mundur untuk menghindarinya."Saya tidak akan menyakiti kamu, saya cuma mau ngobro

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-28
  • Duda Pilihan Ayah   Lima Puluh Tujuh

    “Kamu berangkat sama Dewangga ya, Nay. Bunda ada urusan mendadak di toko. Tolong ya, Ngga.” ujar Ika menepuk bahu Dewa sembari tersenyum untuk menyakinkan Dewangga.Dewangga hanya membalas dengan senyum tipis dan mengangguk.Naya hendak protes namun bundanya seolah memang sedang buru-buru membuat Naya akhirnya mengangguk. Karena selama dirinya disini sudah sering merepotkan bundanya.“Ayo..” Dewa mengulurkan tangannya untuk mengandeng Naya. Namun wanita itu hanya menatapnya sekilas kemudian berjalan keluar lebih dulu, Dewa hanya bisa menatap punggung kecil istrinya yang sudah berjalan kearah mobilnya.Dewa segera melangkahkan kakinya untuk menyusul Kanaya, namun saat wanita itu hendak membuka pintu belakang Dewa segera berlari dan menahannya.“Di depan, Kanaya.”Naya memutar mata jengah, menatap laki-laki ini yang mulai kembali seperti Dewa sedia kala selalu mengaturnya. Sebenernya laki-laki di depannya ini memang sudah banyak berubah, sekarang lebih perhatian kepadanya bahkan lebih

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • Duda Pilihan Ayah   Lima Puluh Delapan

    Hari ini setelah beberapa minggu mengurung diri di rumah, hari ini Naya keluar untuk refreshing dan mencari suasana baru. Naya memilih pergi ke cafe kebetulan Naya sedang menginginkan es Cream dan minuman berasa matcha itu.Disaat dirinya sedang asik dengan beberapa makanannya, setelah sekian lama dirinya tidak makan dengan enak sekarang dirinya bisa menikmati makanan di depannya.“Nay,” suara itu membuat Naya mendongak menatap laki-laki yang berdiri di depannya dengan senyum merekah.“Ngapain lo disini?” tanya Naya.“Dih ibu hamil marah-marah mulu,” ujar Rian kemudian duduk di depan Kanaya.“Mendingan lo pergi deh.” “Nay, lo masih cinta sama gue, Ya?” tanyanya menatap wajah Naya.“Hah!” Naya menatap Rian dengan wajah bingungnya.“Itu nyatanya lo kalau ketemu gue marah-marah terus, artinya lo emang belum bisa move on dari gue.” Naya memutar bola matanya jengah. Memang ya bicara sama mahluk aneh di depannya ini susah. “Justru karena gue benci sama, Lo!”“Gue doain anak lo mirip gue,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31

Bab terbaru

  • Duda Pilihan Ayah   136

    "Cucu Oma makin ganteng aja," ujar Ika sambil menciumi pipi cubby cucunya dengan gemas. Wajah Kai yang bulat dan menggemaskan membuat hati Ika semakin hangat setiap kali melihatnya.Hari itu, Ika sengaja mengunjungi putrinya setelah beberapa waktu tidak bertemu. Rasa rindu kepada cucunya semakin membuncah, dan akhirnya ia memutuskan untuk datang."Di minum, Bun" ujar Kanaya mempersilahkan, sambil menaruh nampan berisi minuman dan makanan ringan untuk bundanya.Ika tersenyum. "Dewangga lagi sibuk banget, Nay?" tanyanya dengan tatapan penuh perhatian.Kanaya mengangguk pelan, sedikit terlihat lelah. Sejak kecelakaan di Bali beberapa minggu yang lalu, suaminya memang terlihat sangat sibuk. Pekerjaan dan masalah yang datang setelah kecelakaan itu membuat Dewangga hampir tidak punya waktu untuk istirahat."Iya, Bun," jawab Kanaya, membuka bungkus snack untuk Kai, yang tampaknya sudah mulai lapar. Snack itu adalah oleh-oleh dari Oma Ika.Ika menarik napas panjang, seolah berpikir sejenak se

  • Duda Pilihan Ayah   135

    "Beneran mau kerja?" tanya Kanaya, suaranya penuh keraguan setelah kembali dari kamar putranya.Dia melihat Dewangga yang sudah berdiri di depan cermin dengan pakaian kerjanya, terlihat begitu siap untuk meninggalkan rumah. Kanaya mendekat dan meraih dasi di tangan suaminya, lalu mulai memakaikannya dengan lembut."Rambut kamu udah kepanjangan," ujar Kanaya sambil menatap rambut Dewangga yang mulai menutupi dahinya, seakan menyembunyikan sebagian dari wajahnya yang serius itu.Dewangga hanya terdiam, memilih untuk menatap Kanaya yang sedang dengan cekatan menyimpulkan dasinya. Kanaya merasa suaminya memperhatikannya dengan penuh perhatian, membuatnya sedikit salah tingkah. Tanpa sadar, dia mendongak dan membalas tatapan Dewangga, meskipun tinggi mereka sangat berbeda. Dia hanya sejajar dengan dada suaminya."Kenapa?" tanya Kanaya, sedikit canggung, sambil mengelus rahang Dewangga dengan lembut. Senyumnya terbit, meski hatinya sedikit tergerak oleh perhatian suaminya."Kenapa?" Dewangg

  • Duda Pilihan Ayah   134

    "Mau sama Mama," Kai memeluk erat leher Kanaya, bahkan tidak mau melepaskan, meskipun sejak tadi Kanaya sudah berusaha membujuk putranya dengan lembut."Anak mama bobok yaa," "Ndak mau," Kai menggeleng keras, suara tangisan mulai terdengar, membuat hati Kanaya semakin terenyuh.Kanaya hanya bisa menghela napas dan mencoba menenangkan Kai, mengelus punggungnya dengan lembut. "Bobo yaa, sudah malam," bisiknya, mencoba memberikan ketenangan. Ia mengecup kepala Kai beberapa kali, merasakan kehangatan tubuh kecil itu yang semakin membuatnya merasa sulit untuk melepaskannya.Kanaya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah waktunya tidur, namun mata Kai belum juga terpejam. Mungkin Kai merasa ada yang berbeda malam ini, apalagi Dewangga, suaminya, yang tengah sakit dan belum bisa melakukan banyak hal. Waktu Kanaya hampir sepenuhnya tersita untuk merawat Dewangga seminggu ini. Mungkin itu yang membuat Kai merasa cemas, merasa iri pada perhatian yang diberikan unt

  • Duda Pilihan Ayah   133

    Kanaya terus menatap suaminya, Dewangga, yang sejak tadi hanya diam saja, memerhatikannya tanpa sepatah kata pun. Matanya penuh dengan kekesalan, tapi Dewangga tetap tidak memberikan reaksi apapun. Hanya tatapannya yang diam, seolah menunggu sesuatu yang tidak bisa Kanaya pahami."Kenapa? Mau marah aku?" tanya Kanaya dengan nada menantang, meskipun ia tahu betul bahwa Dewangga tidak pernah melakukan hal seperti itu padanya. Dulu, jika Dewangga menegurnya, Kanaya hanya diam dan mengabaikan suaminya selama berhari-hari sebagai bentuk pembalasan. Tapi kali ini, perasaannya begitu sulit untuk diredakan.Dewangga hanya menatapnya dengan penuh pengertian, tanpa mengatakan apapun. Lalu, ia mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Kanaya dengan lembut, mencoba menenangkan suasana yang semakin tegang. Namun, Kanaya merasa kesal dan segera menarik tangannya dengan cepat. Ia berbalik, hendak meninggalkan Dewangga begitu saja.Melihat itu, Dewangga hanya bisa menggelengkan kepala dengan ekspresi

  • Duda Pilihan Ayah   132

    Sejak dokter muda itu mulai memeriksa Dewangga, Kanaya tidak bisa melepaskan pandangannya dari wanita itu. Cara dokter itu bekerja terlihat cekatan dan penuh perhatian. Namun, ada yang aneh di balik perhatian itu. Beberapa kali, Kanaya menangkap tatapan yang lebih lama dari yang seharusnya, tatapan yang seolah memuji Dewangga dengan penuh kekaguman.Dan itu membuat hati Kanaya bergemuruh, perasaan cemburu yang tiba-tiba muncul begitu saja, menyesakkan dadanya."Sudah selesai, Mas. Saya akan meresepkan obatnya sekarang," ujar dokter itu, dengan senyum hangat, lalu kembali ke meja untuk menulis resep."Mas?" tanya Kanaya merasa aneh dengan panggilan dokter itu.Kanaya menatap suaminya dengan nada yang lebih tajam dari biasanya. Dewangga menoleh, tatapannya penuh kebingungan."Ada apa?" tanya Dewangga, mencoba membaca ekspresi wajah Kanaya yang tampak tidak biasa.Kanaya menatap dokter itu sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke Dewangga. "Kenapa pilih dokter perempuan? Kenapa nggak ya

  • Duda Pilihan Ayah   131

    Hari itu, rumah Dewangga dipenuhi oleh kolega dan teman-temannya. Sejak pagi, Kanaya tak sempat beristirahat sedikit pun karena tamu yang datang silih berganti. Keramaian ini adalah hal yang baru baginya, apalagi karena ia bukan tipe orang yang sering terlibat dalam acara-acara pekerjaan suaminya.Di tengah keramaian itu, salah satu rekan kerja Dewangga mendekat dan tanpa basa-basi berkata, "Pantas saja sekarang Dewa nggak pernah lama-lama di kantor, istrinya cantik, masih muda pula." Kanaya hanya bisa terdiam, bingung dan sedikit canggung karena ia tidak mengenali pria itu. Dewangga hanya tersenyum kecil, sementara rekan-rekan lain ikut melemparkan candaan yang membuat suasana semakin riuh. Bahkan Ayah mertuanya ikut tertawa, karena disini Dewangga terkena bahan keisengan para sahabatnya hal itu cukup membuat suasannya terasa hangat.Sementara itu, Kanaya memilih untuk duduk tenang di ruang tengah bersama para ibu-ibu yang sedang asyik berbincang. Mereka lebih banyak membahas anak-an

  • Duda Pilihan Ayah   130

    "Saya nggak tahu kenapa dia ada di sini," ujar Dewangga, nada suaranya datar tetapi menyimpan tanya.Naya tak langsung menjawab. Sebaliknya, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan gelombang emosi yang mengaduk dirinya. Ia tahu, Savira—mantan istri suaminya—tidak lagi memiliki hubungan apa pun dengan Dewangga. Tapi, rasa tidak nyaman tetap merayap di hatinya. Bagaimana mungkin ia bisa merasa tenang berada dalam satu ruangan yang sama dengannya?"Kanaya," suara Dewangga memecah lamunan Naya, lembut namun tegas. Ia menatap suaminya, mencoba mengendalikan gejolak di dadanya."Mbak Vira tinggal di sini, Mas," ujar Naya pelan, seolah mengungkapkan rahasia yang ia simpan. Pernyataannya membuat Dewangga mengernyit."Kamu masih berhubungan sama dia?" tanya Dewangga, nadanya berubah serius.Naya menggeleng pelan, lalu menjelaskan, "Bukan, Mas. Dia yang menghubungiku duluan, bilang mau pindah ke sini. Aku nggak kabar-kabaran sama dia."Dewangga menghela napas, wajahnya mencerminkan rasa b

  • Duda Pilihan Ayah   129

    "Maaf, Wa. Aku kesini karena khawatir begitu mendengar kamu kecelakaan," kata Savira dengan suara lirih, matanya penuh kekhawatiran. Dia berdiri di depan pintu ruang perawatan, memandang Dewangga yang terbaring di ranjang rumah sakit.Kebetulan hari ini Savira tengah menemani ibunya untuk terapi agar bisa kembali berjalan seperti semula, dan saat di depan administrasi dia tidak sengaja bertemu dengan Naufal."Saya tidak apa-apa, kamu bisa keluar," ujar Dewangga dengan suara tegas."Wa... aku..." Savira terbata-bata, tidak tahu harus berkata apa. Namun, sebelum dia bisa melanjutkan kata-katanya, pintu ruangan tiba-tiba terbuka.Naya berdiri di ambang pintu, matanya langsung tertuju pada sosok wanita yang berdiri di samping ranjang suaminya. Hatinya sedikit terkejut, namun ia mencoba tetap tenang, menyembunyikan perasaannya di balik senyuman.Kanaya segera berjalan ke arah suaminya tanpa memerdulikan Savira atau menyapanya lebih dulu."Kamu nggak papa kan, mas?" tanya Naya dengan suara

  • Duda Pilihan Ayah   128

    "Sekarang lo ngerti kan apa yang gue rasain dulu?" Naya terkekeh sambil menatap wajah Citra yang cemberut. Beberapa hari ini, Citra merasa terabaikan karena suaminya, Naufal, sedang perjalanan dinas ke luar kota. Naya yang dulu sering merasa ditinggalkan suaminya, Dewangga, kini bisa merasakan betapa beratnya perasaan Citra.Kebetulan setiap pulang bekerja, Citra selalu menyempatkan untuk mampir kerumahnya. Karena merasakan kesepian di tinggal suaminya ke luar kota."Iya, gue dulu sering ngejek lo," jawab Citra, matanya yang sembab menatap kosong ke arah meja. "Gue nggak tahu kalau rindu seberat ini."Naya mendengus kesal meski masih ada rasa ingin menggoda sahabatnya. "Lo lebih alay daripada gue," katanya sambil melemparkan tatapan mengejek ke arah Citra yang semakin tidak terima."Lo kan dulu nikah tanpa cinta, Nay. Kalau gue sama Mas Naufal, kita menikah dengan penuh cinta," balas Citra, sedikit membela diri dengan ekspresi yang lebih tegas.Naya hanya tertawa kecil mendengar itu.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status