Beranda / Romansa / Dua Pengacara Jatuh Cinta / Bab 14. Terjebak bersamamu

Share

Bab 14. Terjebak bersamamu

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Klien yang dari awal sampai akhir tidak berbincang sedikit pun pada Milly itu pada akhirnya pulang lebih dulu. Milly juga ingin cepat pergi, tapi Zayn tidak segera beranjak dari tempatnya.

“Kau masih mau makan?” tanya Milly.

Zayn memandang Milly. “Kulihat kau tadi hanya menyentuh sedikit makanan. Kau tidak suka menunya? Mau kupesankan yang lain?”

Milly menatap heran pada Zayn. Sebagai seorang yang menganggap dirinya paling professional, kenapa dia bisa tidak peka dengan apa yang dipikirkan oleh Milly. Well, gadis itu bukan marah karena tidak dilibatkan dalam pembicaraan tadi. Hanya saja, jika dia memang tidak dibutuhkan di sini, kenapa Zayn harus memaksanya untuk datang?

“Aku tidak lapar. Jika kau sudah selesai makan, ayo kita pulang saja,” jawab Milly dingin.

Zayn berdiri, merapikan jasnya dan menoleh pada Milly. “Ayo, pulang.”

Milly mendengkus sambil terus menatap Zayn yang berlalu tanpa menunggu dirinya yang bahkan belum beranjak dari kursi. Predikat baik yang sempat diucapkannya u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 15. Apa yang Kau Lakukan?!

    Milly membuka matanya perlahan. Kesadarannya yang belum kembali sepenuhnya membuat gadis itu mengerjap beberapa kali. Menyadari dia tidak berada di kamarnya sendiri, membuat Milly segera menegakkan badan. Pandangannya mengedar luas, memantau setiap sudut sambil menerka-nerka di mana saat ini dia berada.“Di mana ini?” gumamnya.Ingatannya terakhir, dia sedang berjuang untuk bernapas sebelum keluar dari lift. Ah, benar. Dia juga ingat meraih tangan Zayn saat akan berdiri, kemudian semuanya terasa gelap, dan berakhir di sini.Milly menyingkap selimutnya, perlahan dia turun dari ranjang, dan berjalan ke arah pintu yang tidak ditutup rapat. Sedikit mengendap, dia keluar untuk mencoba berkeliling. Belum ada tanda-tanda di mana dia sekarang berada, yang jelas ruangan demi ruangan terlihat sangat mewah. Saat dia akan kembali ke kamarnya, dia menangkap sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka. Rasa penasaran, membuatnya mengintip ke sana, dan menemukan sosok Zayn yang sedang duduk di bali

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 16. Kau Boleh Pulang Jika Ingin

    Langkah Zayn terhenti saat dia melangkah menuju ke ruang kerja. Harga dirinya merasa tidak terima karena anggapan Milly yang tidak-tidak padanya. Helaan napas terdengar panjang darinya sebelum berbalik untuk kembali menghadap pada Milly yang masih memandangnya.“Jika kau masih takut aku akan melakukan hal yang macam-macam padamu, kau bisa pulang saja sekarang juga. Aku tidak akan melarangmu.” Nada Zayn terdengar sangat dingin saat mengatakannya. “Bukannya terima kasih sudah ditolong, tapi justru menuduh hal yang macam-macam!” Zayn terus menggerutu saat melanjutkan langkahnya menuju ke ruang kerja.Milly merasa sangat bersalah. Seharusnya dia memang tidak mencurigai Zayn secara berlebihan. Pikirannya sungguh terlalu kekanakan. “Zayn, tunggu!” serunya sambil berdiri.Zayn kembali berhenti dan berbalik.Milly menghampiri pria itu dengan tatapan menyesal. “Maafkan aku. Tidak seharusnya aku menuduhmu seperti itu. Sekali lagi, maafkan aku dan terima kasih telah menolongku. Aku akan pergi s

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 17. Tetangga Lama

    Milly sampai di firma, tepat lima menit sebelum jam kerja dimulai. Saat melintas di depan ruangan Zayn, dia tidak melihat pria itu di sana. Kebetulan, Rey tiba-tiba muncul dari koridor sebelah, mungkin pria itu baru keluar dari toilet.“Good morning, Milly,” sapa Rey dengan ekspresi riang seperti biasanya. “Bagaimana pertemuan klien semalam? Lancar?”Milly mengangguk. “Ya, begitulah. Zayn membuat pertemuan semalam menjadi sangat lancar.” Tentu saja bagian dia dan Zayn yang terjebak di lift tidak diceritakan pada Rey.Tanpa disadari Milly, Rey dari tadi memperhatikan Milly yang terus melihat pada ruangan Zayn. “Kau mencari Zayn? Dari tadi sepertinya terus melihat ke ruangannya.”Milly sontak mengarahkan pandangannya pada Rey. “Memangnya dia ke mana?” tanyanya penasaran.“Dia ada janji bertemu dengan klien pagi ini. Kemarin dia sudah bilang akan datang ke kantor lebih siang,” jawab Rey memberi tahu.Dalam benak Milly jadi banyak pertanyaan setelah mendengar informasi dari Rey. Jika Zayn

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 18. Perselisihan Antara Milly dan Rey

    “Milly, kau baik-baik saja, kan?” Rey kembali bertanya setelah tidak ada jawaban dari pertanyaan pertamanya.Milly mendongak, berdiri dan merapikan blazernya. “Aku pergi ke kantor polisi dulu.”Rey kehilangan kata-katanya. Runtutan kejadian yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya benar-benar membuatnya tidak habis pikir, terlebih sikap Milly yang menurutnya sangat impulsif, dan sekarang gadis itu akan meninggalkannya begitu saja di rumah sakit?“Hei, tunggu!” Rey menahan langkah Milly dengan menarik lengannya. “Kenapa kau tidak langsung pergi menemui keluarganya saja? Bukankah kau berniat untuk pergi ke sana?”Milly menatap mata Rey. “Ada indikasi kekerasan. Dia pergi tanpa membawa dompet dan ponsel. Bisa dia berusaha untuk melarikan diri.”Rey terdiam sejenak. “Jadi maksudmu, kau mengindikasi adanya kekerasan dalam rumah tangga?”Milly menggelengkan kepalanya. “Aku masih belum tahu, Rey. Aku harus ke kantor polisi dulu melaporkan kejadian ini.”Rey mengangguk paham. “Baiklah, aku

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 19. Win-Win Solution?

    Zayn heran saat tiba di firma. Rey dan Milly tidak ada di tempatnya, padahal jam makan siang sudah berlalu beberapa jam yang lalu. Saat masuk ke ruangannya, dia segera menghubungi Rey untuk menanyakan keberadaan meraka.“Kau di mana? Apakah Milly bersamamu?” tanya Zayn setelah Rey menjawab panggilannya.“Aku dan Milly sedang di rumah sakit,” jawab Rey dari seberang sana. Kening Zayn mengerut dalam. “Rumah sakit? Sedang apa kalian di sana? Kalian ada yang sakit?”Zayn tiba-tiba teringat dengan kondisi Milly semalam yang pingsan di dalam lift. Mungkinkah ada efek sampingnya? “Tidak ada. Kami baik-baik saja. Hanya ...” Zayn semakin mengerutkan keningnya. “Hanya apa? Jangan gantungkan kalimatmu.”Zayn mendengarkan penjelasan Rey tentang apa yang terjadi. Sampai pada bagian Milly mengatakan bahwa dirinya adalah pengacara dari Anne yang berhasil membuatnya terkejut. Meskipun begitu, Zayn tetap memposisikan wajahnya dalam raut datar.“Tunggu di sana, aku akan ke sana sekarang juga.” Zayn

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 20. Keras Kepala Seorang Milly

    Perlahan, Milly membuka pintu ruangan rawat untuk keluar. Anne sudah lebih tenang dari sebelumnya. Rey berdiri dari bangku panjang yang disandarkan di sepanjang dinding koridor.“Maafkan aku, Rey.” Hal pertama yang diucapkan oleh Milly saat dia mendekat.Rey menggeleng pelan. “It’s oke, Milly. Kau sudah selesai? Tadi Zayn mencarimu. Dia memintamu untuk segera menemuinya di kantor.”Milly mengigit bibir bawahnya. Mendengar nama Zayn disebut, membuatnya seperti sedang dihadapkan pada hal yang menyeramkan. “Aku akan menemuinya setelah mengurus administrasi dan satu hal lainnya.”Alis Rey bertaut. “Kau mau mengurus apa lagi setelah ini? Aku akan membantumu.”Milly menggeleng cepat. “Jangan. Aku hanya perlu menyelesaikan masalah pribadi. Kau tidak perlu menemaniku atau membantuku. Lebih baik kau segera kembali ke kantor. Kita sudah terlalu lama meninggalkan jam kerja. Aku khawatir kau terkena masalah karenaku.”“Tapi—”“Aku baik-baik saja, Rey. Kau kembali saja dulu ke kantor.” Milly terse

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 21. Tidak Sesuai Rencana

    Ting tong!Milly menekan tombol bel penthouse Zayn beberapa kali. Tak lama, pintu dibuka oleh Zayn yang langsung mengerutkan kening saat melihat Milly dengan banyak tentengan di kedua tangannya.“Apa itu?” tanya Zayn tanpa mengalihkan pandangannya dari tas belanjaan.“Sedikit camilan untukmu. Aku tidak mungkin berkunjung ke kediamanmu dengan tangan kosong. Menurutku itu tidak sopan. Jadi aku membawakan ini untukmu.” Milly menjelaskan sambil meletakkan barang bawannya di atas meja makan milik Zayn.Saat mendongak, Milly langsung terkagum dengan desain penthouse milik Zayn. Semuanya bertema monochrome, baik dari pemilihan warna dinding, perabot, sampai perintilan lain. Meskipun begitu, ruangan ini terkesan elegan dan mahal. Milly terus mengedarkan pandangannya dengan sesekali mengeluarkan kata ‘wah’, sampai tak sadar kalau Zayn telah melambaikan tangan di depannya dari tadi.“Hallo!” sentak Zayn.Milly mengerjap. Sentakan Zayn berhasil menyadarkan dia dari lamunannya. “Ah, maafkan aku.

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 22. Kenapa Kau Tidak Bisa Melihat Lukamu?

    Suara pintu yang tertutup kasar membuat Milly sedikit berjingkat. Gadis itu masih berdiri di ruangan penthouse milik Zayn. Dia tidak beranjak sedikit pun setelah Zayn meninggalkannya begitu saja. Pikiran dan hatinya masih mencoba untuk berdebat tentang jawaban yang telah dilontarkan Zayn. Namun, tetap saja, hal itu masih terasa tidak adil baginya.Milly berteriak kencang karena dia merasa kesal. Dia tidak peduli apakah ada orang yang mendengarnya, yang jelas dia hanya ingin melampiaskan kekesalannya. Setelah itu, dia melihat ke atas meja makan. Tas belanjanya yang penuh berisi camilan masih teronggok di sana.“Dia bahkan tidak mau menerima ini semua. Benar-benar tidak bisa menghargai usaha orang lain,” gumamnya kesal sambil mengangkat tas camilan dari atas meja.Satu sentakan membuat barang bawaanya itu kembali menggantung di tangannya. Namun, saat dia akan melangkah menuju pintu, matanya tertuju pada sebuah foto Zayn dengan seorang wanita. Satu hal yang membuat Milly tertarik adalah,

Bab terbaru

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 71. Ending Scene (TAMAT)

    “Are you ready?” Zayn bertanya setelah membukakan pintu mobil untuk Milly.Milly menghela napasnya panjang, kemudian tersenyum sambil menatap Zayn penuh cinta. “Aku gugup, tapi aku siap untuk hari pertamaku lagi.”Zayn tersenyum sambil menggenggam tangan Milly. Keduanya berjalan menuju ke gedung firma milik Zayn. Dada Milly berdebar kencang, sensasi awal kerja dulu kembali dia rasakan. Hanya saja, kali ini dia mendapatkan kekuatan besar yang terus menggenggamnya samapai kapan pun, Zayn.“Selamat datang Nyonya Ducan!” Rey berseru kencang begitu Milly dan Zayn masuk ke dalam lobi firma.Milly sampai berjingkat dan mundur selangkah karena terkejut dengan ledakan confetti yang sekarang telah berterbangan di depannya. Rasanya seperti dejavu, saat berada di firma lama, ketika dia selamat dari kematian.“Akhirnya Nyonya dari firma ini telah kembali ke medan pertempuran. Ayo kita bersemangat lagi!” seru Rey masih dengan penuh semangat seperti dulu.Milly terkekeh mendengarnya, dia mengangguk

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 70. Extra Part IV

    Zio mengetuk pintu kamar orang tuanya, wajahnya terlihat sedikit takut saat Milly menoleh padanya. Kedua tangan Zio berada di balik punggung kecilnya, tapi tetap saja Milly bisa melihat beberapa tangkai bunga yang mencuat di belakangnya.“Kau sudah pulang, Zio? Bagaimana di kantor Daddy?” tanya Milly sambil tersenyum.Zio bergerak maju dengan perlahan, “Mom, this is for you.” Sebuah buket bunga dengan sekotak cokelat disodorkan pada Milly. “Maafkan aku tadi, Mom. Aku salah karena telah membentak Mom.”Milly langsung memeluk Zio setelah putranya itu meminta maaf. Milly tersenyum haru karena putranya semakin bertambah dewasa. “It’s okay, Zio. Lain kali jangan diulangi lagi, ya, Nak.”Zio mengangguk, lalu menegcup pipi Milly. “Iya, Mom. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi.”Milly meletakkan buket bunga dan cokelat di meja, kemudian mengajak Zio untuk duduk di tepi kasur. “Bagaimana tadi di kantor Daddy? Apa menyenangkan?”Zio mengangguk antusias. “Aku bertemu paman Rey dan beberapa t

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 69. Extra Part III

    Keributan telah terdengar di mansion saat pagi hari. Tidak biasanya situasi seperti ini terjadi, Milly sampai harus menghela napas berkali-kali karena Zio menolak untuk pergi ke sekolah.“Zio, kita sudah sepakat untuk tidak bolos sekolah.” Milly kembali membujuk putranya agar mau segera berangkat ke sekolah.“Sudah kubilang aku tidak mau sekolah, Mom!” Pertama kalinya Milly mendengar Zio membentaknya.“Apakah kau mengalami kesulitan di sekolah? Apakah ada yang mengganggumu sampai kau tidak mau pergi ke sekolah? Katakan pada Mom,” ucap Milly seraya memijat kepalanya, akibat pusing membujuk putranya.Zio menatap Milly, kemudian mengalihkan pandangannya pada mainan lego berbentuk dinosaurus yang sedang dia pegang. “Aku hanya bosan, Mom. Tidak ada yang menggangguku.”“Mom… aku akan terlambat kalau Zio tidak mau berangkat sekarang,” rengek Madysen yang telah siap berangkat.Milly mengehala napas karena kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan ibunya yang selalu menjadi seseora

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 68. Extra Part II

    Milly bangun lebih awal, menyiapkan banyak makanan yang akan dia bawa. Hari ini Milly dan Zayn mengajak dua anak kembar mereka untuk bersantai di taman bermain. Wanita itu tahu anaknya sangat aktif bermain, dan berujung mudah sekali lapar.“Nyonya, biarkan saya yang menyiapkan makanan.” Seorang pelayan menghampiri Milly.“Tidak apa-apa. Biar aku saja yang menyelesaikannya. Tolong sampaikan pada pengasuh untuk memandikan Zio dan Madysen,” jawab Milly lembut.Pelayan tadi mengangguk, kemudian pergi dengan patuh untuk menyampaikan pesannya pada kedua pengasuh si kembar. Bagi Milly, meskipun di mansion ini Zayn telah menyediakan beberapa pelayan untuk melakukan semua pekerjaan rumah tangga, tapi Milly masih sering membuat makanan sendiri untuk Zayn, si kembar, dan ibunya. Menurutnya, dengan memasak dan menyajikannya pada orang terkasih, bisa menggambarkan besar cintanya pada mereka.Beberapa saat kemudian, Zio dan Madysen telah siap. Zayn juga telah berada di luar, memanaskan mesin mobil

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 67. Extra Part

    Beberapa tahun berlalu … Langkah kaki tegas Zayn masuk ke dalam mansion mewah yang sudah ditempati hampir empat tahun ini. Pria tampan itu telah meninggalkan penthouse dan tinggal di mansion, demi memberikan kehidupan nyaman untuk istri dan anak-anaknya.“Yeay! Daddy sudah pulang!” Sambutan hangat dari Zio dan Madysen membuat Zayn melukiskan senyumannya. Dua bocah itu memeluk erat ayah mereka. Refleks, Zayn menggendong anak kembarnya itu sambil memberikan kecupan di pipi bulat mereka.Milly tersenyum melihat Zayn sudah mendapatkan sambutan dari kedua anak mereka. Dia mendekat dan ikut memeluk sang suami yang baru saja pulang dari bekerja.“Sayang, akhirnya kau pulang. Zio dan Madysen sudah sangat merindukanmu,” ucap Milly hangat.“Ya, Daddy! Kami merindukanmu.” Zio dan Madysen terus menciumi rahang ayah mereka.Zayn tersenyum. “Daddy juga merindukan kalian. Tapi, apa kalian saja yang merindukan Daddy? Mommy kalian tidak merindukan Daddy?”“Tentu saja Mommy juga rindu. Mommy selalu bi

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 66. Perfect Ending

    Sudah satu bulan berlalu dari pernikahan Milly dan Zayn. Pagi ini mereka bertandang ke Alpha Hospital untuk melakukan pemeriksaan rutin di dokter kandungan. Milly memasuki ruang praktek dengan dada berdebar karena pertama kalinya mereka akan melakukan pemeriksaan USG setelah pemeriksaan awal selepas dirinya pingsan dulu.Perlahan Milly berbaring di ranjang pemeriksaan. Tangannya terus menggenggam pada Zayn yang mendampingi di sisinya. Sementara Dokter mulai mengoleskan gel dingin dan menekan kepala alat USG di perut bagian bawah Milly, mereka berdua serentak menahan napas sambil menatap ke layar di depan untuk menunjukkan hasil rekaman USG. Jujur, meskipun hasil secara aktual tertampil di layar, tapi Milly tidak mengerti sama sekali. Terlebih saat dokter terus menerus mengucapkan kata luar biasa.“Nyonya Ducan, Tuan Ducan, Anda perhatikan di anak panah yang saya arahkan di layar. Terlihat ada dua bulatan dengan titik kecil di dalamnya,” ucap dokter setelah selesai mengidentifikasi pem

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 65. Hari yang Telah Ditunggu-tunggu

    Berkali-kali Milly menghela napasnya dalam-dalam. Setiap gerakan yang dilakukan beberapa orang yang mondar-mandir di ruangan putih dipenuhi rangkaian bunga itu berhasil membuatnya berjingkat pelan. Dadanya terus-terusan berdesir dan detak jantungnya tiba-tiba tenang, tiba-tiba tak beraturan. Dia bahkan mulai merasa mengeluarkan keringat dingin. Di sebelahnya, Vintari memperhatikan sambil terkekeh pelan.“Apakah kau merasa mual, Milly?” tanya Vintari cemas karena melihat raut wajah Milly yang tidak tenang.Milly hanya menggeleng. Dia bahkan tidak bisa mengeluarkan kata-kata karena terlalu tegang.“Kau pasti sangat gugup di hari pernikahanmu.” Vintari menyodorkan hand bouquet kepada Milly.Milly menerimanya dengan meringis. Vintari benar, Milly saat ini merasa sangat gugup karena harus menunggu di ruang mempelai sementara yang lain sedang menyambut tamu di aula utama pernikahan.“Kau benar, aku gugup sekali! Aku sampai takut tidak bisa berjalan ke altar karena terlalu gugup,” ucap Milly

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 64. Bertemu Andre dan Jace

    Suara dering ponsel berbunyi. Zayn melihat nomor Andre menghubunginya. Pria tampan itu langsung menggeser tombol hijau, untuk menjawab panggilan telepon dari junior kuliahnya dulu.“Ada apa?” sapa Zayn dingin kala panggilan terhubung.“Bagus sekali kau menjawabku dengan nada dingin! Ck! Kau sombong sekali menikah tidak bilang padaku,” seru Andre dari seberang sana. “Kau tahu kabar itu dari mana? Zeus?” tanya Zayn mengerutkan keningnya.“Tentu saja! Cepat ke Blue Corner. Aku dan Jace menungu penjelasanmu di sini!” Zayn melirik ke arah Milly. Dia tidak mau meninggalkan Milly sendirian, tapi dia juga harus pergi untuk memberikan kabar baik ini. Namun, tidak mungkin dia mengajak Milly ke club milik Jace. Hari biasa mungkin baik-baik saja, tapi Milly saat ini sedang hamil.“Kenapa?” tanya Milly penasaran.“Tunggu sebentar,” ucap Zayn pada Andre sebelum dia menggantung ponselnya dan berbisik pada Milly. “Andre dan Jace mengajakku bertemu.”“Jace yang pemilik bar itu?”Zayn mengangguk. “B

  • Dua Pengacara Jatuh Cinta   Bab 63. Fitting Gaun Pengantin

    Milly kembali memikirkan kembali ucapan Zeus begitu mereka masuk ke dalam penthouse. Sedikit ragu dia melirik ke arah Zayn yang sedang menerima telepon dari Rey, tampaknya mereka membicarakan tentang kasus baru yang baru saja masuk ke tim mereka. Setelah menunggu beberapa lama sampai Zayn selesai dengan obrolannya bersama Rey, Milly mendekat dan duduk di sebelah Zayn.“Ada masalah?” tanya Milly.Zayn menggeleng. “Tidak ada. Rey hanya bertanya tentang persetujuan dari jaksa untuk penyelidikan di tempat kejadian perkara.”Milly mengangguk-angguk pelan. “Zayn, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu.”Zayn menatap Milly lembut. “Katakan, Milly. Apa yang ingin kau bicarakan?”Milly tersenyum, tangannya meraih tangan Zayn dan mengarahkannya ke perutnya. “Aku tadi berbicara dengan Vintari, dia telah banyak membuka pikiranku tentang kehamilan Aku ingin mengatakan padamu kalau aku akan menerima kehamilan ini dengan bahagia, dan berusaha menjadi ibu yang baik untuk anak kita nanti.”Senyum Zay

DMCA.com Protection Status