Home / Romansa / Dua Lelaki dalam Hidupku / Dia Menyakitimu, tapi Kau Masih Mengingatnya

Share

Dia Menyakitimu, tapi Kau Masih Mengingatnya

Author: Syifa Safaah
last update Last Updated: 2022-02-26 11:05:23

Iren tertawa kecil mendengar celotehan Mentari. 

“Pokoknya Om Gama harus menerima boneka kelinci pemberianku. Om juga harus menjaganya dengan baik. Seperti aku yang selalu sayang dengan mereka,” kata Mentari menunjuk pada boneka kelinci yang ia peluk dan pada boneka kucing yang dipegang Gama.

Gama tersenyum dan mengangguk. Meski sebenarnya orang dewasa sepertinya tak suka bermain boneka, tapi Gama tak bisa menolaknya.

Entah mengapa Gama menerimanya dengan senang hati. 

“Baiklah. Om Gama akan menjaganya dengan baik. Demi dirimu, Mentari.” Gama mengusap lembut rambut Mentari dan menatapnya dengan senyum terhangat yang belum pernah ia berikan pada orang lain sebelumnya.

*** 

Dua jam sudah Hera menunggu Gama yang tak kunjung datang. Sedari tadi matanya juga tak melihat mobil lelaki itu meski berulang kali ia mengamati jalan.

Sampai telpon dari Iren yang mengatakan kalau Mentari mulai menanyakannya, m

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Rambut yang Rontok

    “Setelah itu jangan bilang kalau kau juga masih mencintainya,” lanjut Iren mengacungkan telunjuknya di depan wajah Hera. Hera menatapnya lurus. Tak mau menanggapi ucapan Iren, Hera menggeleng pelan. Kemudian mengusap wajahnya dengan sebelah tangan.“Aku mau mandi. Habis itu mau ke rumah Bibi sebentar untuk mengambil pakaian gantinya Mentari,” ucap Hera bangkit dari duduknya. “Apa kau tidak akan masuk kantor hari ini, Iren?” tanya Hera.Iren menggeleng. “Gama membebaskanku dari pekerjaan kantor hari ini. Dia mengerti kalau kau butuh aku selama Mentari dirawat.”Hera terenyuh mendengar ucapan Iren barusan. Sejak dulu, Iren memang tidak pernah membiarkannya sendiri melewati setiap masalah. Begitupun sebaliknya. Hera selalu menggenggam tangan Iren selayaknya seorang kakak pada adiknya.Tali persaudaraan di antara mereka sangat erat. Wajar jika Iren merasa kehilangan ketika Hera pergi tanpa ka

    Last Updated : 2022-02-26
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Sejak Kapan CEO Senang Bermain Boneka?

    “Dokter di sini baik, Om. Tadi aku kemo lagi. Kata dokternya kemo itu agar aku sembuh dan jadi anak yang kuat. Rasanya memang sakit, Om. Tapi tidak apa-apa. Kalau aku sudah sembuh nanti aku bisa seperti sofia. Bisa pergi ke sekolah, punya banyak teman dan bisa main di luar. Iya ‘kan, Om Steve?”Ditanya seperti itu, Steve mengerjapkan matanya, lantas ia segera mengangguk dan tersenyum pada Mentari. Meski ia tahu Hera mati-matian menahan tangisnya di sana.‘Iya, sayang. Itu pasti. Kau adalah sofiaku. Sofia kecilku yang manis.’***“Kenapa di saat sedang bekerja pun, aku masih saja mengingat Mentari?” gumam Gama bertanya-tanya seraya menatap pada boneka kucing yang ia pegang.Saat ini Gama berada di kantor. Ia tengah duduk di balik meja kerjanya. Tadinya ia sibuk berkutat dengan setumpukan berkas yang harus ditandatangani.Tapi entah mengapa rasanya sulit sekali untuk mengabaikan bonek

    Last Updated : 2022-02-26
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Hera, Perempuan yang Paling Kubenci

    Malam harinya, dokter memeriksa kondisi Mentari yang baru saja terlelap di ranjang rawatnya. Hera menatap cemas.Ia mengamati dokter sambil berpangku tangan. Hatinya gusar.“Bagaimana dokter? Mentari baik-baik saja ‘kan? Tadi sore dia sempat mengeluhkan sakit kepala dan tubuhnya menggigil lagi.” Hera bertanya sembari memberitahukan pada dokter apa yang terjadi pada Mentari sore tadi. Dokter menatap Hera lalu mengangguk. “Tidak apa. Saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan pada Mentari. Tapi… soal transplantasinya, kalau bisa secepatnya.”Hera mengerti. Meskipun Dokter Andress berkata keadaan Mentari baik-baik saja. Tapi dari raut wajahnya, Hera menebak sebaliknya.Maka dari itu Dokter Andress kembali menyuruhnya segera mencari pendonor yang tepat. Secepatnya.Hera mengangguk.“Baik, Dokter. Akan aku usahakan Mentari segera melakukan operasi transplantasi sum-sum tu

    Last Updated : 2022-02-26
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Jangan Menampilkan Wajahmu di Hadapanku Lagi!

    Gama melihat Hera yang berdiri menatapnya. Tangannya memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan.Mengetatkan rahangnya, Gama membuka seatbelt yang membelit tubuhnya, lalu turun dari mobil dengan menggunakan payung yang langsung diberikan oleh Taryo pada Gama.Hera memerhatikan Gama yang kini melangkah mendekatinya. Dalam setiap langkah lelaki itu, darah dalam tubuh Hera berdesir.“Gama…” Hera bergumam pelan. Gama hanya bisa melihat bibir Hera yang bergerak tanpa suara.Dalam hujan yang kian menderas, Hera merasa ulu hatinya sedang diremas oleh tangan tak kasat mata. Ketika langkah Gama berhenti tepat di depannya, Hera mematung.Tatapan sedingin es itu membuat tubuhnya membeku.“Bagus! Setelah pergi bertahun-tahun, rupanya kau masih ingat kata pulang!” sinis Gama.Hera meneguk ludahnya kasar. Tubuhnya mulai menggigil. Hera tahu ia bisa saja demam setelah ini, tapi Hera mengabaikan dirinya.Sa

    Last Updated : 2022-02-26
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Baik, Aku akan Melamarmu

    Hera tersenyum pahit. Tampak raut lelah tergambar di wajahnya. Membuat Iren miris dan kasihan.“Pasti, Hera! Pasti!” Iren menarik Hera, memeluknya erat tanpa merasa risih mengingat baju Hera yang basah.“Kau tahu, Hera. Belum bertemu saja aku sudah sangat membenci mantan suamimu. Apalagi jika aku sudah melihat wajahnya. Dia adalah satu-satunya lelaki yang paling pengecut dan brengsek di dunia ini.”Hera tak menanggapi ucapan Iren. Ketika membalas pelukan Iren, Hera menumpahkan rasa sakitnya ketika Gama mengujarkan kebenciannya yang begitu dalam.Hera paham. Wajar saja Gama membencinya. Karena Hera tahu ialah yang sudah membuat ibu dari lelaki itu menderita sakit keras hingga akhirnya meninggal.Jadi Hera tak terlalu menyalahkan Gama jika kebencian mendalam di hatinya.***Hari ini Dokter Andress sudah membolehkan Mentari pulang ke rumah. Karena melihat kondisi Mentari yang sudah sedikit membai

    Last Updated : 2022-02-26
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Aku Senang Kau Datang

    “Gama akan datang!” seru Iren di depan kedua orang tuanya, serta Hera dan Mentari yang sedang duduk menonton TV di ruang tengah.Iren baru pulang kerja. Dan ia langsung menghampiri keluarganya untuk memberitahu berita bahagia ini.“Gama mau datang ke rumah ini?” Fatma bertanya. Iren mengangguk segera.“Iya, Bu. Dia akan datang untuk melamarku. Dan kami akan langsung menentukan tanggal pernikahan malam ini.” Iren menyerbu Fatma, duduk di dekatnya dan memeluknya dari samping.“Om Gama akan datang ke sini, Tante?” kali ini Mentari yang bertanya. Menatap Iren dengan wajah antusiasnya.“Iya sayang. Om Gamamu akan datang. Kau ingin bertemu dengannya lagi ‘kan?”“Iya, Tante. Aku mau bertemu Om Gama!” seru Mentari. Kemudian menoleh pada Hera dan menggoyang pelan lengannya. “Ma. Mama belum bertemu dengan Om Gama ‘kan? Om Gama itu tampan, Ma. Dia sangat bai

    Last Updated : 2022-02-26
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Mentari! Apa Kau Tidak Mau Memelukku?

    “Apa lamarannya akan dimulai atau kalian hanya akan terus berbisik-bisik di depan kami? Beginilah kalau orang sedang kasmaran, dunia pun menjadi serasa milik berdua,” goda Bimo dan Fatma lalu mereka terkekeh bersama. Menertawakan pasangan kekasih yang menunduk malu di depan mereka.Akhirnya, setelah Gama meminta restu dari kedua orang tua Iren, ia pun langsung memasangkan cincin berlian di jari manis kekasihnya itu. Bahkan tanggal pernikahan sudah ditentukan.Gama dan Iren memilih tanggal 10 mei sebagai hari sakral mereka. Dan kedua orang tua Iren sangat setuju.Gama lantas mengecup kening Iren dengan lembut, matanya terpejam sebentar saat melakukannya. Sekelebat bayangan wajah Hera seketika mengganggunya, membuatnya segera membuka mata.“Hanya tiga bulan lagi. Bertepatan dengan hari ulang tahun Iren. Ibu dan Ayah tidak sabar menunggu hari ini. Semoga hubungan kalian selalu baik sampai hari pernikahan,” ucap Fatma yang

    Last Updated : 2022-02-26
  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Lebih Baik Kita Berakhir

    “Om Gama! Mentari senang bertemu Om Gama lagi,” celoteh anak itu. Gama berdiri dan membawa Mentari dalam gendongannya.“Om Gama juga senang bisa bertemu denganmu,” balas Gama mengusap punggung Mentari yang kini kedua tangan mungilnya melingkar di lehernya.Setelah itu, Gama mengarahkan netranya ke arah Hera yang tertegun di tempatnya berdiri.“Ehhm.. sepertinya, Hera dan Gama perlu bicara,” kata Fatma yang membuka suara, memecahkan keheningan di ruangan itu.Fatma berkata begitu karena ia sadar jika Gama dan Mentari tidak bisa dipisahkan. Mentari sangat membutuhkan Gama saat ini.Bimo mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, berusaha menghilangkan raut marah dari wajahnya. Ia pun mengangguk. Amarahnya melunak jika menyangkut Mentari.“Hera.. aku ingin bicara empat mata denganmu,” kata Gama meluruskan pandangannya pada Hera.Hera mengangguk pelan. “Baik. Aku juga ingin bicara hal pe

    Last Updated : 2022-02-26

Latest chapter

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Bersatu Kembali! TAMAT

    Steve menyentuh lengan Hera, mengusap punggungnya menenangkan.“Maaf. Aku tidak tahu kalau Mentari akan jadi murung dan tidak mau makan seperti ini karena bersikeras menunggu Gama.” anak itu memang tidak mau makan. Padahal Steve sudah menjelaskan padanya bahwa sebenarnya Gama tidak akan datang ke Singapore.Tetapi anak itu tetap bersikukuh menunggu Gama sambil menatap ke luar jendela yang terbuka, membiarkan angin menerpa kulit wajahnya yang putih, terkadang menggoyangkan rambutnya perlahan.Suara bell yang berbunyi membuyarkan lamunan mereka. Hera mengerjap, menoleh ke arah pintu.“Mungkin itu tukang laundry. Aku akan bukakan pintu dulu,” katanya yang dijawab anggukan oleh Steve.Kaki jenjang Hera berjalan menuju pintu, tangan itu menarik kenop dan membukanya.Selanjutnya mata Hera membeliak lebar. Mulutnya terbuka saking tidak percayanya dengan apa yang ia lihat saat ini.“Ga-Gama!” pe

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Sesal Sudah Membohongi Mentari

    “Ma? Kita akan kembali ke Singapore ya? Kita akan naik pesawat lagi seperti waktu itu?” berjalan di bandara, Mentari yang dituntun oleh Steve dan Hera di kedua sisi, kini mendongkakan kepala menatap Hera.Hera menunduk, lalu tersenyum mengangguk.“Benar, sayang. Kita akan kembali ke Singapore.”“Tapi kenapa kita harus kembali ke sana, Ma? Padahal aku sudah betah di rumah Kakek Bimo dan Nenek Fatma.” pertanyaan kedua kembali meluncur dari mulut mungilnya, mendesak Hera untuk segera memutar otak, mencari jawaban yang paling tepat.“Mama sangat merindukan Singapore. Dan kau pun merasakan hal yang sama, bukan?” Hera mencubit pelan hidung mungil Mentari. Di sampingnya, Steve mengulum senyum tipis.“Ma. Apa Papa tidak ikut dengan kita?”Hera tertegun menghentikan langkahnya. Nama lelaki yang tidak ingin ia dengar, kini justru keluar dari mulut anaknya sendiri.Hera dan Steve

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Harus Pergi

    Mobil Gama dan mobil Steve keluar beriringan melewati gerbang rumah Iren.Di balik kemudi, Gama memukul setir, sembari mengeletukan giginya saat matanya terus menatap tajam ke arah mobil Steve yang melaju di depan sana.“Aku penasaran. Apa benar dia sedekat itu dengan Hera?” gumamnya diliputi rasa cemburu.Mendadak Steve menghentikan mobilnya ketika tiba-tiba mobil Gama menghadang di depan sana. Sepertinya Gama sengaja menghalangi laju mobil Steve.Membuat Steve mengerutkan keningnya heran. “Apa yang dia lakukan? Apa maksudnya menghentikan mobil di depan mobilku?”Sedikit kesal Steve membuka seatbeltnya. Tangannya membuka pintu, kakinya turun menapaki aspal. Lantas dengan menyingsingkan lengan kemejanya, Steve berjalan menghampiri Gama yang kini sudah berdiri di depannya sambil berpangku tangan.“Ada masalah apa kau denganku, Brother? Apa kau tidak tahu bagaimana caranya menghentikan mobil di jalanan?” tan

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Cemburu Membakar Hati Gama

    “Kalian berbeda karena—““Iren!” Bimo yang datang langsung menegur Iren agar tidak melanjutkan ucapannya. Membuat Hera dan Gama yang sempat terkejut, kini bisa menarik napas lega.Bimo mendekat, menghampiri Mentari dan mengusap puncak kepala anak itu. “Tidak, sayang. Jangan pikirkan apa yang Tante Iren katakan. Kau kembali belajar ya.”“Iya, Kek.” Mentari mengangguk, kembali fokus menunduk pada buku tiga dimensi di pangkuannya, lalu mengenali setiap gambar yang ada di sana.Sedangkan Bimo melayangkan tatapan tajamnya pada Iren. Membuat Iren kebingungan. Karena ia merasa tak melakukan salah apapun.“Lain kali jaga bicaramu. Jangan sampai kau mengatakan sesuatu yang akan mengganggu pikiran dan perasaan Mentari!” bisik Bimo di telinga Iren.Setelahnya, Gama mengajak Mentari bermain di halaman belakang. Hera membantu Fatma menyiapkan makan siang di atas meja. Saat akan menga

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Kenapa Papa dan Mamaku Berbeda?

    Malam ini hujan deras mengguyur kota Jakarta. Langitnya hitam pekat, sepekat perasaan Gama saat ini.Mendesah pelan, Gama berdiri menyandarkan punggungnya pada tembok rumah sakit. Dengan ditemani Hera yang berdiri di sampingnya. Setelah Iren tak sadarkan diri, ia langsung dilarikan ke rumah sakit. Beruntung Iren tidak terlambat mendapatkan pertolongan medis. Mengingat ia bisa saja kehabisan darah.“Apa Mentari sudah tidur?” tanya Gama pada Hera, tetapi matanya tetap menatap nyalang ke depan.Hera melirik Gama sebentar, lalu mengangguk. “Ya. Bibi mengirimkan pesan, katanya dia sudah tidur setengah jam yang lalu,” jawab Hera.Gama mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Gama memijit pangkal hidungnya, kepalanya terasa pening. Banyak sekali masalah yang memenuhi pikirannya. Dan sepertinya masalah yang terjadi saat ini adalah yang paling berat. Gama tidak tahu apa ia sanggup m

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Nekat Demi Cinta

    Baru saja pantatnya menyentuh kursi kemudi, matanya kembali melirik ke arah papper bag itu yang sekarang sudah bergabung dengan bunga yang Gama beli. Itu juga khusus untuk Hera.“Semoga dia akan menyukainya. Ah, aku sangat tidak sabar. Ingin segera menikahimu dan memulai semuanya dari awal lagi. Kali ini tidak boleh ada penderitaan, rasa terpaksa, atau saling menyakiti. Pernikahan kita harus berdasar cinta dan kasih sayang. Karena hanya cinta yang akan menjadi pondasi terbaik dalam pernikahan. Meskipun aku belum pernah mendengar kata cinta dari mulut Hera, tetapi cukup melalui tatapannya saja, aku sudah tahu kalau Hera pun mencintaiku.”Setelah mengucapkan itu, senyumnya kembali melebar. Hatinya melambung tinggi, rasanya Gama ingin segera bertemu Hera, melihat wajah cantiknya, mendekapnya seerat yang ia bisa.Untuk bisa mewujudkan keinginannya itu, maka Gama segera melajukan mobilnya menuju ke rumah Bimo dan Fatma. Dimana dua wanita yang sangat

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Kalung untuk Hera

    Hera tersenyum. Menggeser pandangannya hingga tertuju pada Mentari. Lalu ditariknya tangan Gama untuk mendekati kursi roda Mentari.Gama tidak tahu apa yang akan Hera lakukan. Tetapi ia tetap mengikuti wanita itu.“Mama! Om Gama!” mata bulat Mentari berbinar senang begitu Gama dan Hera tiba di hadapannya.Gama tersenyum pedih. Mendengar mulut Mentari masih menyebutnya om, membuat hati Gama meringis.Hera berjongkok, meraih tangan Mentari lalu menatap matanya lamat. Fatma dan Bimo hanya memerhatikan dari samping kiri dan kanan bocah mungil itu.“Mentari. Mama ingin mengatakan sesuatu padamu. Jadi dengarkan Mama baik-baik. Oke?”“Iya, Ma.” kepala mungilnya mengangguk.Hera menarik napas sebentar, melirik sesaat ke arah Gama yang berdiri gelisah, kemudian matanya kembali menatap Mentari yang memasang wajah penasaran di depannya.“Apa kau ingat, dulu kau sering bertanya tentang siapa nama P

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Aku Ingin Mentari Memanggilku Papa

    Gama hanya menatap Iren dengan lurus. Meski hatinya juga tak tega melihat Iren menangis di depannya.“Ayahmu bukannya tidak menyayangimu. Tetapi dia tahu kau tidak akan bahagia jika menikah denganku,” ucap Gama meralat perkataan Iren.Tetapi Iren menggeleng, tetap dengan anggapannya.“Tapi hatiku sangat yakin kalau aku akan bahagia dengan pernikahan kita. Aku yakin itu!”Kali ini Gama yang menggelengkan kepalanya, melepaskan genggaman tangan Iren hingga membuat raut wajahnya semakin merengut kecewa.“Ini pasti sangat berat buatmu. Tapi aku lebih setuju dengan Ayahmu. Jadi maaf, aku tetap pada pendirianku. Rencana pernikahan kita tidak akan bisa dilanjutkan.”Gama kemudian membalikan badan, mengalihkan pandangan dari Iren, enggan terus melihat tangis wanita itu yang membuatnya semakin merasa tak tega.Iren membuka mulutnya terperangah. Matanya menatap Gama dengan wajah sedih. Hatiny

  • Dua Lelaki dalam Hidupku   Ayah Lebih Menyayangi Hera Dibanding Aku

    Dengan tangan yang gemetar, Darma mengusap air di sudut matanya. Perlahan kakinya melangkah mendekati sofa dimana Mentari duduk.“G… H… I… J…”“Mentari!” panggilnya pelan.Mentari mendongkak menatap Darma, alisnya bertaut bingung, matanya mengerjap bertanya-tanya, siapa kiranya lelaki tua yang saat ini menatapnya berkaca-kaca ini? Mengapa dia mengetahui namanya?“Kakek siapa?” tanyanya penasaran.Di belakang sana, Hera tersenyum melihat Darma yang ikut duduk di samping Mentari. Menyentuh kedua tangan mungilnya, mengecupinya berkali-kali.“Kakek jangan menciumku! Kata Mama aku tidak boleh dicum sembarangan oleh orang asing!” dengan cepat Mentari mengusap kedua pipinya yang baru saja diciumi oleh Darma, Darma terkekeh melihat itu.Hera meringis, ia memang pernah memberitahu Mentari untuk tidak sembarangan menerima ciuman orang karena takut dengan kas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status