Bab 2: Rian

Langkah Aria terasa ringan saat dia meninggalkan gerbang istana yang megah, tetapi hatinya masih dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketidakpastian. Di luar sana, dunia yang belum dia ketahui menantinya dengan segala kemungkinan dan bahaya.

Saat dia melangkah keluar dari bayang-bayang istana, langit tiba-tiba menjadi gelap, dan angin berhembus kencang. Aria terkejut dan menatap ke langit yang mendung dengan kebingungan.

Tiba-tiba, sebuah kilat menyambar dan petir menggelegar, menyebabkan Aria meloncat kaget. Hujan turun dengan derasnya, membuatnya basah kuyup dalam sekejap.

"Dia tidak akan bertahan lama dalam badai seperti ini," bisik seorang laki-laki yang berlari mendekat, suaranya hampir terbawa angin.

Aria menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang pria muda yang berkuda mendekat dengan cepat. "Apakah kamu baik-baik saja?" tanya pria itu dengan khawatir.

Aria mengangguk, tetapi wajahnya pucat karena kedinginan dan ketakutan. "Aku mencari tempat berlindung," jawabnya dengan suara gemetar.

Pria itu melihat sekeliling dan menarik Aria ke arah sebuah gua yang terbentuk di tebing. Mereka berlari bersama menuju tempat perlindungan, melawan hembusan angin yang keras dan air hujan yang deras.

Setelah mereka mencapai gua tersebut, Aria duduk di tanah dengan napas yang terengah-engah, merasa lega bahwa dia aman dari badai yang mengerikan itu.

"Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas bantuan kamu," kata Aria kepada pria itu, suaranya dipenuhi dengan rasa terima kasih.

Pria itu tersenyum ramah. "Tidak masalah. Namaku Rian. Aku senang bisa membantu. Tetapi mengapa kamu berani keluar sendirian dalam badai seperti ini?"

Aria memberi senyum tipis. "Aku hanya ingin merasakan kebebasan di luar istana, meskipun itu berarti menghadapi badai seperti ini."

Rian mengangguk mengerti, tatapan matanya penuh dengan pengertian. "Baiklah, tetapi hati-hati di luar sana. Dunia di luar sana bisa jauh lebih berbahaya daripada badai ini."

Dengan itu, mereka berdua duduk di dalam gua, menunggu badai mereda sebelum melanjutkan perjalanan mereka masing-masing.

Setelah badai mereda dan cuaca membaik, Aria dan Rian keluar dari gua dengan hati-hati. Cahaya matahari mulai menerangi langit yang sekarang tenang, menandakan bahwa bahaya sudah berlalu.

"Aku harus melanjutkan perjalananku," kata Aria kepada Rian dengan rasa terima kasih yang mendalam. "Terima kasih atas bantuanmu."

Rian tersenyum. "Tidak ada masalah, Aria. Semoga kau selamat dalam petualanganmu. Jika kau butuh bantuan lagi, aku akan ada di sini."

Aria mengangguk, lalu melanjutkan perjalanannya sendiri. Hatinya dipenuhi dengan campuran antara kegembiraan dan kekhawatiran. Petualangan baru yang menantang menunggu di depannya, dan dia siap menghadapinya dengan tekad yang kuat.

Di tengah perjalanan, Aria bertemu dengan berbagai macam tantangan dan rintangan. Dia belajar bertahan hidup di alam liar, memperkuat fisik dan mentalnya, serta menemukan kekuatan dan keterampilan yang dia tidak tahu dia miliki sebelumnya.

Namun, di balik semua kesulitan itu, ada keindahan yang tak terlukiskan yang dia temui: pemandangan alam yang menakjubkan, pertemuan dengan makhluk-makhluk ajaib, dan pelajaran berharga tentang hidup dan cinta.

Saat matahari mulai terbenam di ufuk barat, Aria tiba di sebuah desa kecil yang ramah. Dia merasa lega karena telah sampai ke tempat tujuan pertamanya dalam perjalanan ini.

Desa kecil itu dipenuhi dengan kehidupan yang sederhana dan hangat. Penduduknya ramah dan menyambut Aria dengan tangan terbuka. Mereka menawarkan tempat untuk bermalam dan makanan yang lezat.

Selama beberapa hari, Aria tinggal di desa itu, beristirahat dan mempersiapkan diri untuk petualangan berikutnya. Dia belajar tentang kehidupan pedesaan, berteman dengan penduduk setempat, dan menikmati kedamaian yang jarang dia rasakan di istana.

Namun, di balik kedamaian itu, ada rasa gelisah yang mengganggu Aria. Dia tahu bahwa dia tidak bisa tinggal diam di desa itu selamanya. Panggilan petualangan terus memanggilnya, dan dia merasa bahwa dia harus melanjutkan perjalanannya segera.

Akhirnya, setelah memberikan ucapan terima kasih kepada penduduk desa atas keramahan mereka, Aria memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Dengan hati yang berat namun penuh semangat, dia meninggalkan desa itu di belakangnya dan melanjutkan perjalanan ke tempat yang belum dia ketahui.