Share

Bab 8: Portal

Penulis: hlmtsdhhh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-09 00:52:43

Saat menjelajahi sebuah gua terpencil di pegunungan yang menjulang tinggi, Aria tidak sengaja menemukan sesuatu yang luar biasa: sebuah portal misterius yang tersembunyi di dalam gua tersebut. Cahaya biru menyala di sekitar portal, memancarkan aura magis yang kuat.

Dengan rasa ingin tahu yang mendalam, Aria mendekati portal itu. Dia merasakan getaran aneh di udara saat dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh permukaannya. Begitu ujung jarinya menyentuh cahaya biru, dia merasakan energi yang mengalir melalui tubuhnya, memenuhinya dengan sensasi yang aneh dan menakjubkan.

Tanpa ragu-ragu, Aria melangkah ke dalam portal itu. Dan dalam sekejap, dia terseret ke dalam alam semesta yang baru dan tak dikenal.

Ketika dia membuka matanya, dia menemukan dirinya berada di tengah-tengah kota yang ramai dan modern, di mana gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi di sekelilingnya. Orang-orang berlalu-lalang dengan sibuknya, menggunakan perangkat teknologi yang tak dikenalnya.

Aria terpesona oleh pemandangan yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Dia merasa seakan-akan telah terdampar di dunia yang berbeda, di mana teknologi dan kehidupan modern menggabungkan diri dengan keajaiban alam dan petualangan yang telah dia kenal.

Aria terdiam sejenak, mencoba mengumpulkan pikirannya. Dia sadar bahwa dia harus mencari bantuan untuk memahami keadaan ini.

Dengan hati-hati, dia mendekati seorang warga setempat yang sedang melintas di dekatnya.

"Ampun, tuan," ucap Aria dengan suara bergetar sedikit. "Bisakah Anda memberitahu saya di mana saya berada? Saya agak tersesat."

Warga setempat, seorang pria bernama Andy, membalas sambil menatap Aria dengan heran. "Anda berada di kota Metroplex, tapi Anda terlihat agak bingung. Apakah Anda baik-baik saja?"

Aria menggelengkan kepala, mencoba menjelaskan situasinya. "Saya tidak yakin. Saya sebenarnya bukan dari sini. Saya tiba-tiba muncul di kota ini melalui... suatu portal."

Andy mengangkat alisnya dengan skeptis. "Portal? Cerita yang menarik, tapi saya tidak pernah mendengar hal seperti itu sebelumnya."

"Aku mengerti kalau kedengarannya aneh," kata Aria dengan nada memelas, "tapi itu benar. Saya dari dunia lain yang sangat berbeda dengan Metroplex."

Andy memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu. "Anda memang membawa kabar menarik. Bagaimana Anda bisa sampai ke sini? Dan lebih penting lagi, bagaimana Anda bisa kembali?"

"Saya belum tahu jawabannya," jawab Aria dengan jujur. "Saya masih mencari tahu. Apakah Anda tahu ada ahli yang bisa membantu saya?"

Andy menggeleng. "Saya tidak yakin, tapi saya bisa membantu Anda menemukan tempat-tempat yang mungkin memiliki jawaban. Sepertinya petualangan Anda baru saja dimulai."

Terima kasih, saya menghargainya," kata Aria dengan tulus. "Oh, maaf, saya belum memperkenalkan diri. Saya Aria."

Andy tersenyum ramah. "Saya Andy. Senang bertemu dengan Anda, Aria. Siapa tahu, mungkin bersama kita bisa menemukan jawaban atas misteri ini."

Aria tersenyum lega. "Ya, siapa tahu... Terima kasih atas bantuannya, Andy. Saya berharap kita bisa menemukan jawaban segera."

Mereka berdua berpisah, Aria merasa sedikit lega karena menemukan seseorang yang bersedia membantunya. Aria melangkah perlahan-lahan di sepanjang jalan kota Metroplex, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Dia masih tidak bisa memahami bagaimana dia bisa tiba-tiba muncul di dunia yang sepenuhnya berbeda seperti ini.

Saat dia berjalan, dia melihat bangunan-bangunan modern yang menjulang tinggi, kendaraan-kendaraan yang bergerak cepat di jalan, dan orang-orang yang sibuk melintas dari satu tempat ke tempat lain. Semuanya begitu berbeda dari dunianya sendiri.

Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat dari belakangnya. Dia berbalik dan melihat Andy menghampirinya lagi. "Saya punya ide. Saya kenal seseorang yang mungkin bisa membantu Anda." Aria menatap Andy dengan harapan. "Benarkah? Siapa dia?"

"Anda perlu bertemu dengan Profesor Bennett," kata Andy. "Dia adalah seorang ilmuwan terkenal di kota ini, dan dia memiliki pengetahuan yang luas tentang fenomena aneh dan misterius. Mungkin dia bisa memberi Anda petunjuk tentang portal itu."

Aria mengangguk setuju. "Terima kasih banyak, Andy. Di mana saya bisa menemukan Profesor Bennett?"

Andy memberikan petunjuk kepada Aria tentang lokasi laboratorium Profesor Bennett, yang terletak beberapa blok dari tempat mereka berdiri.

"Saya akan memberi tahu dia bahwa Anda akan datang," kata Andy. "Saya yakin dia akan senang membantu Anda."

Dengan hati yang penuh harapan, Aria mengucapkan terima kasih kepada Andy dan melanjutkan perjalanan menuju laboratorium Profesor Bennett. Dia berharap bahwa pertemuan dengan ilmuwan tersebut akan membawanya lebih dekat kepada jawaban tentang misteri portal yang telah membawanya ke dunia yang asing ini.

Setelah beberapa saat berjalan, Aria tiba di depan laboratorium Profesor Bennett. Bangunan itu terlihat megah, dengan pintu masuk yang besar dan jendela-jendela besar yang memancarkan cahaya dari dalam.

Dengan hati yang berdebar, Aria mengetuk pintu laboratorium. Tak lama kemudian, pintu terbuka, dan seorang pria tua dengan kacamata tebal dan jas putih keluar.

"Anda pasti Profesor Bennett, bukan?" tanya Aria, mencoba menahan kegugupan di dadanya.

"Ya, saya Profesor Bennett," jawab pria tua itu dengan suara yang ramah. "Ada yang bisa saya bantu?"

Aria menjelaskan situasinya dengan hati-hati, menceritakan bagaimana dia secara tidak sengaja menemukan portal yang membawanya ke dunia modern ini.

Profesor Bennett mendengarkan dengan serius, menarik dagunya sambil berpikir. "Ini sangat menarik," katanya. "Portal seperti itu jarang terjadi, tetapi tidak sepenuhnya tidak mungkin. Saya akan melakukan beberapa penelitian untuk melihat apakah saya bisa menemukan jawaban untuk Anda."

Aria merasa lega mengetahui bahwa dia mendapat dukungan dari Profesor Bennett. "Terima kasih banyak, Profesor. Saya benar-benar berharap Anda bisa membantu saya."

"Jangan khawatir, saya akan melakukan yang terbaik," kata Profesor Bennett dengan senyuman. "Tetapi sementara saya melakukan penelitian, Anda bisa tinggal di sini dan menjelajahi kota Metroplex. Siapa tahu, Anda mungkin menemukan sesuatu yang menarik selama Anda menunggu."

Aria mengangguk setuju, bersyukur atas tawaran tersebut. "Terima kasih banyak, Profesor. Saya akan menunggu kabar dari Anda."

Dengan itu, Aria meninggalkan laboratorium Profesor Bennett dan kembali ke jalan kota Metroplex. Meskipun dia masih bingung tentang bagaimana dia bisa tiba di dunia ini, dia merasa lebih optimis sekarang bahwa dia memiliki seseorang yang bisa membantunya memahami misteri yang menyelimuti keberadaannya di sini.

Bab terkait

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 9: Dunia Baru

    Aria merasa kebingungan yang mendalam saat berada di tengah gemerlapnya Metroplex. Semua yang dia lihat begitu asing baginya, gedung-gedung pencakar langit, kendaraan-kendaraan modern, dan gaya hidup yang begitu berbeda dari apa yang dia kenal di dunia tradisionalnya.Saat dia berjalan-jalan di sepanjang trotoar yang ramai, dia merasa seperti orang asing di tanah asing. Orang-orang berlalu-lalang di sekitarnya dengan sibuknya, sementara dia merasa seperti dia terjebak dalam waktu yang berhenti."Aku tidak tahu harus mulai dari mana," gumamnya dalam hati, matanya melayang-layang dari satu bangunan ke bangunan lainnya. "Bagaimana aku bisa menyesuaikan diri dengan dunia ini?"Dia mencoba menemukan tempat yang nyaman untuk duduk dan merenungkan situasinya. Akhirnya, dia menemukan sebuah taman kecil di tengah-tengah kota yang menawarkan kedamaian dan ketenangan di tengah keramaian.Saat dia duduk di bangku taman itu, dia merenungkan kehidupannya yang baru ini. Dia merindukan rumahnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 10: Buku Kuno

    Saat Aria dan Maya meninggalkan toko buku itu, mereka membawa pulang buku kuno dan misterius tersebut. Mereka merasa terpesona oleh keajaiban dan rahasia yang mungkin tersembunyi di dalamnya."Kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang buku ini," ujar Maya dengan penuh antusiasme saat mereka berjalan pulang. "Siapa tahu apa yang kita temukan."Aria setuju, meskipun dia merasa sedikit cemas tentang potensi bahaya yang mungkin terkandung di dalam buku itu. Namun, rasa penasaran dan keingintahuan mereka lebih besar daripada rasa takut.Ketika mereka tiba di rumah, mereka segera duduk bersama untuk memeriksa buku kuno itu dengan cermat. Mereka membaca setiap halaman dengan penuh perhatian, mencoba memahami makna dan pesan yang tersembunyi di dalam teks kuno tersebut.Namun, semakin mereka membaca, semakin jelas bagi mereka bahwa buku itu memiliki kekuatan magis yang kuat. Halaman-halaman itu berisi mantra-mantra kuno dan ilmu sihir yang tidak dapat mereka pahami sepenuhnya."Kita harus

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 11: Altar

    Di dalam Kuil Kuno, Aria dan Maya disambut oleh suasana yang misterius dan magis. Dinding-dinding kuil dipenuhi dengan ukiran-ukiran kuno dan simbol-simbol yang tidak mereka kenal, menciptakan aura keajaiban yang menyelimuti ruangan.Dengan hati-hati, mereka melangkah maju, mengikuti lorong-lorong yang gelap dan berliku di dalam kuil. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan antisipasi dan ketegangan, tidak sabar untuk menemukan rahasia yang tersembunyi di balik dinding-dinding kuil.Saat mereka menjelajahi lebih dalam, mereka tiba di sebuah ruangan yang luas dan megah. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar kuno yang dikelilingi oleh cahaya redup yang terpancar dari langit-langit kuil.Aria dan Maya mendekati altar dengan hati-hati, merasa bahwa mereka semakin dekat dengan jawaban yang mereka cari. Namun, sebelum mereka bisa menyentuh altar itu, mereka tiba-tiba dihadapkan pada sosok yang muncul dari bayangan di sudut ruangan.Sosok itu adalah seorang pria tua yang mengenakan jubah hi

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 12: Petualangan Baru

    Saat Aria dan Maya melangkah keluar dari Kuil Kuno, mereka merasa lega karena telah berhasil menyelesaikan ujian mereka. Namun, kelegaan mereka segera tergantikan dengan keheranan saat mereka melihat seseorang menunggu mereka di luar kuil.Pria itu berdiri di bawah naungan pohon besar, dengan senyum misterius di wajahnya. Rambut hitamnya tergerai di angin sepoi-sepoi, dan matanya berkilat dengan kecerdasan yang tajam."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Aria dengan hati-hati, tetapi juga rasa ingin tahu.Pria itu tersenyum lembut. "Saya tahu tentang pencarianmu di Kuil Kuno," katanya dengan suara yang tenang. "Saya adalah penjaga hutan ini, dan saya datang untuk menyambut kedatanganmu."Aria dan Maya saling pandang, merasa agak bingung tetapi juga tertarik dengan pria misterius itu. Mereka memutuskan untuk mendengarkan apa yang dia katakan lebih lanjut."Pohon-pohon di hutan ini memiliki kekuatan yang luar biasa," lanjut pria itu. "Mereka bisa memberikan pengetahuan dan kebijaksanaa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 13: Peringatan

    Saat mereka memasuki rumah mereka, Aria dan Maya merasa lega bisa kembali ke tempat yang nyaman setelah petualangan yang menegangkan. Mereka meletakkan artefak kuno dengan hati-hati di ruang tamu, menyadari bahwa tanggung jawab besar menanti mereka."Dengan artefak ini, kita memiliki kekuatan yang luar biasa," kata Aria, suaranya penuh dengan kekaguman. "Tetapi juga ada risiko besar. Kita harus waspada."Maya mengangguk setuju. "Ya, kita harus memastikan bahwa kita menggunakan kekuatan ini dengan bijaksana. Kami tidak boleh tergoda oleh kekuatan itu dan harus tetap berpegang pada nilai-nilai yang kita yakini."Mereka duduk bersama untuk merenungkan petualangan mereka dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa mereka harus berhati-hati dalam menggunakan artefak kuno tersebut dan bahwa kekuatan besar membawa tanggung jawab besar.Sementara mereka merenungkan nasib mereka, tiba-tiba pintu rumah terbuka, dan di ambang pintu muncul seorang pria yang tampaknya sudah tua

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 14: Wejangan Para Penyihir Tua

    Para penyihir tua yang duduk di sekitar meja bundar itu melihat Aria dan Maya dengan penuh perhatian. Mereka bisa merasakan keberanian dan tekad yang terpancar dari kedua wanita itu, serta keinginan mereka untuk melindungi artefak kuno yang mereka bawa.Salah satu penyihir tua, yang tampaknya menjadi pemimpin kelompok, bangkit dari kursinya dengan gagahnya. Dengan suara yang menggema di ruangan, dia menyambut kedatangan Aria dan Maya dengan penuh semangat."Selamat datang, Aria dan Maya," ucapnya dengan suara yang berwibawa. "Kami adalah para penjaga kekuatan magis ini, dan kami bersumpah untuk melindungi pengetahuan kuno yang kami jaga. Kami mendengar tentang pencarian Anda untuk memahami kekuatan artefak kuno yang Anda bawa, dan kami siap membantu Anda."Aria dan Maya merasa terharu oleh sambutan hangat dan dukungan dari para penyihir tua tersebut. Mereka merasa bahwa mereka telah menemukan sekutu yang kuat dalam perjalanan mereka, dan mereka siap untuk memanfaatkan pengetahuan dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-11
  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 15: Rintangan-Rintangan

    Aria dan Maya melangkah dengan hati-hati melalui hutan yang lebat, cahaya matahari yang temaram menerobos di antara pepohonan yang rimbun."Apa yang kamu pikirkan tentang makhluk yang menyerang tadi?" tanya Maya, matanya tetap waspada.Aria menghela nafas. "Saya pikir mereka mungkin melindungi sesuatu di hutan ini. Mungkin ada sesuatu yang berharga di sini."Maya mengangguk setuju. "Tampaknya kita akan menemukan lebih banyak petualangan di sini daripada yang kita perkirakan."Saat mereka melanjutkan langkah mereka, mereka berbicara tentang petualangan mereka sejauh ini dan rencana mereka untuk menghadapi rintangan yang mungkin muncul di depan mereka. Mereka menyemangati satu sama lain dan berjanji untuk selalu saling menjaga. Namun, ketika mereka tiba di sebuah jembatan tua yang menjulang di atas sungai yang deras, mereka disambut oleh pemandangan yang mengejutkan: sekelompok penjaga bersenjata yang siap menyerang. "Ayo, kita harus bersiap!" seru Maya, menggenggam tongkat sihirnya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 16: Raja Alexander

    Saat Aria dan Maya melanjutkan perjalanan mereka di tengah keramaian kota Metroplex, mereka tiba-tiba terkejut ketika mereka bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi oleh pengawal-pengawal yang mengenakan pakaian mewah dan mengenakan mahkota di kepalanya. "Apa itu Raja Alexander?" bisik Aria kepada Maya, matanya terbelalak kaget. Maya mengernyitkan kening, mencoba mengidentifikasi sosok yang terhormat di depan mereka. "Saya rasa kamu benar Beliau Raja Alexander," kata Maya dengan suara rendah, tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Raja Alexander, yang melihat Aria dan Maya, tersenyum ramah dan mendekati mereka dengan langkah yang mantap. "Ah, Aria dan Maya, apa kebetulan kalian bertemu di sini?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.Aria dan Maya saling pandang, kagum dengan kebijaksanaan Raja yang bisa mengenali mereka. Mereka menyapa Raja dengan penuh hormat. "Salam, Raja Alexander. Kami tidak menyangka bertemu kembali dengan Anda di sini," kata Aria dengan sopan.Raja Metroplex

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12

Bab terbaru

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Ban 17: Kerinduan

    Sementara Aria dan Maya sibuk dengan pencarian mereka di Metroplex, di dunia tradisionalnya, orang tua Aria semakin khawatir dengan keberadaannya yang tidak diketahui. Mereka telah lama tidak mendengar kabar dari Aria dan mulai merasa cemas tentang keselamatannya.Setiap hari, mereka duduk di depan perapian yang hangat di rumah mereka, mengobrol satu sama lain tentang Aria dan kekhawatiran mereka tentang nasibnya. Mereka berharap agar Aria kembali dengan selamat, tetapi semakin lama waktu berlalu, semakin besar kecemasan mereka."Kita harus mencari tahu apa yang terjadi pada Aria," kata ibu Aria dengan khawatir, matanya dipenuhi dengan air mata. "Dia tidak boleh terlupakan begitu saja."Ayah Aria mengangguk setuju, tetapi dia juga merasa tidak berdaya dalam situasi ini. "Saya tidak tahu harus mulai dari mana," ujarnya dengan suara terdengar ragu. "Kita bahkan tidak tahu di mana dia berada."Mereka menghabiskan berjam-jam memikirkan langkah-langkah yang bisa mereka ambil untuk menemuka

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 16: Raja Alexander

    Saat Aria dan Maya melanjutkan perjalanan mereka di tengah keramaian kota Metroplex, mereka tiba-tiba terkejut ketika mereka bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi oleh pengawal-pengawal yang mengenakan pakaian mewah dan mengenakan mahkota di kepalanya. "Apa itu Raja Alexander?" bisik Aria kepada Maya, matanya terbelalak kaget. Maya mengernyitkan kening, mencoba mengidentifikasi sosok yang terhormat di depan mereka. "Saya rasa kamu benar Beliau Raja Alexander," kata Maya dengan suara rendah, tidak percaya dengan apa yang dia lihat.Raja Alexander, yang melihat Aria dan Maya, tersenyum ramah dan mendekati mereka dengan langkah yang mantap. "Ah, Aria dan Maya, apa kebetulan kalian bertemu di sini?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.Aria dan Maya saling pandang, kagum dengan kebijaksanaan Raja yang bisa mengenali mereka. Mereka menyapa Raja dengan penuh hormat. "Salam, Raja Alexander. Kami tidak menyangka bertemu kembali dengan Anda di sini," kata Aria dengan sopan.Raja Metroplex

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 15: Rintangan-Rintangan

    Aria dan Maya melangkah dengan hati-hati melalui hutan yang lebat, cahaya matahari yang temaram menerobos di antara pepohonan yang rimbun."Apa yang kamu pikirkan tentang makhluk yang menyerang tadi?" tanya Maya, matanya tetap waspada.Aria menghela nafas. "Saya pikir mereka mungkin melindungi sesuatu di hutan ini. Mungkin ada sesuatu yang berharga di sini."Maya mengangguk setuju. "Tampaknya kita akan menemukan lebih banyak petualangan di sini daripada yang kita perkirakan."Saat mereka melanjutkan langkah mereka, mereka berbicara tentang petualangan mereka sejauh ini dan rencana mereka untuk menghadapi rintangan yang mungkin muncul di depan mereka. Mereka menyemangati satu sama lain dan berjanji untuk selalu saling menjaga. Namun, ketika mereka tiba di sebuah jembatan tua yang menjulang di atas sungai yang deras, mereka disambut oleh pemandangan yang mengejutkan: sekelompok penjaga bersenjata yang siap menyerang. "Ayo, kita harus bersiap!" seru Maya, menggenggam tongkat sihirnya d

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 14: Wejangan Para Penyihir Tua

    Para penyihir tua yang duduk di sekitar meja bundar itu melihat Aria dan Maya dengan penuh perhatian. Mereka bisa merasakan keberanian dan tekad yang terpancar dari kedua wanita itu, serta keinginan mereka untuk melindungi artefak kuno yang mereka bawa.Salah satu penyihir tua, yang tampaknya menjadi pemimpin kelompok, bangkit dari kursinya dengan gagahnya. Dengan suara yang menggema di ruangan, dia menyambut kedatangan Aria dan Maya dengan penuh semangat."Selamat datang, Aria dan Maya," ucapnya dengan suara yang berwibawa. "Kami adalah para penjaga kekuatan magis ini, dan kami bersumpah untuk melindungi pengetahuan kuno yang kami jaga. Kami mendengar tentang pencarian Anda untuk memahami kekuatan artefak kuno yang Anda bawa, dan kami siap membantu Anda."Aria dan Maya merasa terharu oleh sambutan hangat dan dukungan dari para penyihir tua tersebut. Mereka merasa bahwa mereka telah menemukan sekutu yang kuat dalam perjalanan mereka, dan mereka siap untuk memanfaatkan pengetahuan dan

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 13: Peringatan

    Saat mereka memasuki rumah mereka, Aria dan Maya merasa lega bisa kembali ke tempat yang nyaman setelah petualangan yang menegangkan. Mereka meletakkan artefak kuno dengan hati-hati di ruang tamu, menyadari bahwa tanggung jawab besar menanti mereka."Dengan artefak ini, kita memiliki kekuatan yang luar biasa," kata Aria, suaranya penuh dengan kekaguman. "Tetapi juga ada risiko besar. Kita harus waspada."Maya mengangguk setuju. "Ya, kita harus memastikan bahwa kita menggunakan kekuatan ini dengan bijaksana. Kami tidak boleh tergoda oleh kekuatan itu dan harus tetap berpegang pada nilai-nilai yang kita yakini."Mereka duduk bersama untuk merenungkan petualangan mereka dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa mereka harus berhati-hati dalam menggunakan artefak kuno tersebut dan bahwa kekuatan besar membawa tanggung jawab besar.Sementara mereka merenungkan nasib mereka, tiba-tiba pintu rumah terbuka, dan di ambang pintu muncul seorang pria yang tampaknya sudah tua

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 12: Petualangan Baru

    Saat Aria dan Maya melangkah keluar dari Kuil Kuno, mereka merasa lega karena telah berhasil menyelesaikan ujian mereka. Namun, kelegaan mereka segera tergantikan dengan keheranan saat mereka melihat seseorang menunggu mereka di luar kuil.Pria itu berdiri di bawah naungan pohon besar, dengan senyum misterius di wajahnya. Rambut hitamnya tergerai di angin sepoi-sepoi, dan matanya berkilat dengan kecerdasan yang tajam."Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Aria dengan hati-hati, tetapi juga rasa ingin tahu.Pria itu tersenyum lembut. "Saya tahu tentang pencarianmu di Kuil Kuno," katanya dengan suara yang tenang. "Saya adalah penjaga hutan ini, dan saya datang untuk menyambut kedatanganmu."Aria dan Maya saling pandang, merasa agak bingung tetapi juga tertarik dengan pria misterius itu. Mereka memutuskan untuk mendengarkan apa yang dia katakan lebih lanjut."Pohon-pohon di hutan ini memiliki kekuatan yang luar biasa," lanjut pria itu. "Mereka bisa memberikan pengetahuan dan kebijaksanaa

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 11: Altar

    Di dalam Kuil Kuno, Aria dan Maya disambut oleh suasana yang misterius dan magis. Dinding-dinding kuil dipenuhi dengan ukiran-ukiran kuno dan simbol-simbol yang tidak mereka kenal, menciptakan aura keajaiban yang menyelimuti ruangan.Dengan hati-hati, mereka melangkah maju, mengikuti lorong-lorong yang gelap dan berliku di dalam kuil. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan antisipasi dan ketegangan, tidak sabar untuk menemukan rahasia yang tersembunyi di balik dinding-dinding kuil.Saat mereka menjelajahi lebih dalam, mereka tiba di sebuah ruangan yang luas dan megah. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar kuno yang dikelilingi oleh cahaya redup yang terpancar dari langit-langit kuil.Aria dan Maya mendekati altar dengan hati-hati, merasa bahwa mereka semakin dekat dengan jawaban yang mereka cari. Namun, sebelum mereka bisa menyentuh altar itu, mereka tiba-tiba dihadapkan pada sosok yang muncul dari bayangan di sudut ruangan.Sosok itu adalah seorang pria tua yang mengenakan jubah hi

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 10: Buku Kuno

    Saat Aria dan Maya meninggalkan toko buku itu, mereka membawa pulang buku kuno dan misterius tersebut. Mereka merasa terpesona oleh keajaiban dan rahasia yang mungkin tersembunyi di dalamnya."Kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang buku ini," ujar Maya dengan penuh antusiasme saat mereka berjalan pulang. "Siapa tahu apa yang kita temukan."Aria setuju, meskipun dia merasa sedikit cemas tentang potensi bahaya yang mungkin terkandung di dalam buku itu. Namun, rasa penasaran dan keingintahuan mereka lebih besar daripada rasa takut.Ketika mereka tiba di rumah, mereka segera duduk bersama untuk memeriksa buku kuno itu dengan cermat. Mereka membaca setiap halaman dengan penuh perhatian, mencoba memahami makna dan pesan yang tersembunyi di dalam teks kuno tersebut.Namun, semakin mereka membaca, semakin jelas bagi mereka bahwa buku itu memiliki kekuatan magis yang kuat. Halaman-halaman itu berisi mantra-mantra kuno dan ilmu sihir yang tidak dapat mereka pahami sepenuhnya."Kita harus

  • Dua Dunia Satu Jiwa   Bab 9: Dunia Baru

    Aria merasa kebingungan yang mendalam saat berada di tengah gemerlapnya Metroplex. Semua yang dia lihat begitu asing baginya, gedung-gedung pencakar langit, kendaraan-kendaraan modern, dan gaya hidup yang begitu berbeda dari apa yang dia kenal di dunia tradisionalnya.Saat dia berjalan-jalan di sepanjang trotoar yang ramai, dia merasa seperti orang asing di tanah asing. Orang-orang berlalu-lalang di sekitarnya dengan sibuknya, sementara dia merasa seperti dia terjebak dalam waktu yang berhenti."Aku tidak tahu harus mulai dari mana," gumamnya dalam hati, matanya melayang-layang dari satu bangunan ke bangunan lainnya. "Bagaimana aku bisa menyesuaikan diri dengan dunia ini?"Dia mencoba menemukan tempat yang nyaman untuk duduk dan merenungkan situasinya. Akhirnya, dia menemukan sebuah taman kecil di tengah-tengah kota yang menawarkan kedamaian dan ketenangan di tengah keramaian.Saat dia duduk di bangku taman itu, dia merenungkan kehidupannya yang baru ini. Dia merindukan rumahnya yang

DMCA.com Protection Status