Share

Bab 11: Layangan Putus

Author: HarunaHana
last update Last Updated: 2023-08-19 22:35:00

Layangan putus itu aku.

Mei tersenyum getir. Ia tengah duduk menatap danau di taman kupu-kupu, sebelah barat kampus biru. Perempuan itu membungkuk lalu mengambil kerikil dan melemparnya sejauh mungkin. Kerikil itu jatuh agak ke tengah, menimbulkan gelombang di permukaan air danau yang semula tenang. Gelombang itu melebar lalu hilang dan permukaan danau kembali tenang. Di tepiannya, dua ekor rusa berkejaran. Beberapa pasang pengunjung duduk di kursi-kursi yang dipasang di bawah pohon.

Rektorat menyebut danau dengan penangkaran kupu dan rusa itu dengan taman kupu-kupu. Mahasiswa menamainya lembah cinta saat hari terang dan berubah jadi lembah setan tatkala gelap. Bukan tanpa sebab nama itu hadir. Konon, ada yang pernah bunuh diri di sana dan menjadi arwah gentayangan mengganggu orang-orang yang pacaran.

“Saya minta maaf atas sikap Ibu.”

Ucapan Amran terngiang di telinga Mei. Baru satu jam lalu Mei pulang dari rumah Amran. Ia datang untuk memenuhi undangan Ratih. Meski kondisinya suda
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 12: Filosofi Kanebo Kering

    “Apa portofolio Andra yang kutunjukkan tadi kurang jelas?” “Sangat jelas, Prof. Tapi saya kira, orang yang berpengalaman mengelola integrated farming system di dunia ini bukan hanya Pak Andra.” “Harusnya kamu ngomong dari awal kalau punya kandidat konsultan. Tadi Andra sudah tanda tangan kontrak. Saya tidak mungkin membatalkan sepihak.” Mei tertunduk. Bagaimana mungkin ia mengusulkan kandidat konsultan proyek? Ia bahkan tidak pernah berpikir Amran mengenal Andra dan mengajak kerjasama. Kalau sejak awal tahu, pasti Mei akan berusaha keras mencari konsultan lain. Nasi sudah jadi bubur Mei. Kamu cuma perlu menambah ayam suwir dan kuah agar bisa dinikmati. “Baik, Prof. Saya minta maaf.” Mei menarik kedua sudut bibirnya. Ia segera merapikan kertas-kertas di atas meja dan menyimpannya ke dalam map. Amran berdiri, memasukkan sebuah buku yang diambilnya dari rak ke dalam troli lalu kembali duduk. Sembari mengemas laptop dan dokumen, ia menelisik wajah Mei. Ia tahu, sejak awal meeting, Me

    Last Updated : 2023-08-19
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 13: Ketika Mantan Kembali

    Semula, Andra ingin mengajak Mei pulang bareng dan makan di kafe, tetapi urung karena tidak enak pada Amran. Andra tidak tahu bagaimana hubungan Amran dan Mei. Apa pun relasi keduanya, dari cara Amran memandang dan memperlakukan Mei, ia bisa menebak bagaimana perasaan Amran pada Mei. Saat ini, ia tidak ingin merusak suasana dengan membuka identitasnya pada Amran. Jika Amran tipe pencemburu dan posesif, bisa jadi ia akan kehilangan pekerjaan. Saat ini keadaan keuangannya sedang tidak baik-baik. Ia butuh pekerjaan ini. Perlahan, Andra melajukan mobil, mengikuti pergerakan Amran. Ia yakin Amran akan mengantar Mei pulang. Jadi ia bisa tahu rumah Mei tanpa harus bertanya. Andra menepikan mobil jauh di belakang Amran. Dari tempatnya menunggu, Andra melihat Mei turun. Sendiri. Andra bersyukur karena Amran tetap di mobil lalu pergi. Tanpa Amran, pekerjaannya akan lebih mudah. Setelah kepergian Amran, Andra melajukan mobil dan parkir di tempat Amran berhenti. Ia menengok ke arah gang sempit

    Last Updated : 2023-08-19
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 14: Pedekate Mantan

    “Tidak perlu, Mei. Kita akhiri saja demi kebaikan bersama.” “Tapi pasti ada jalan keluar, Mas. Perceraian itu perbuatan yang dibenci Allah. Tolong Mas pikirkan baik-baik.” “Aku sudah lama memikirkannya. Berpisah adalah jalan terbaik buat kita.” Mei tergugu. Hati Andra semakin kalap. “Malam ini juga, aku talak kamu, Mei. Mulai saat ini kita bukan suami istri lagi,” ucapnya dengan wajah kaku. “Besok aku antar kamu pulang ke rumah Bapak.” Ditinggalkannya Mei yang duduh bersimpuh di lantai dengan tubuh gemetar. Setelah hakim mengabulkan gugatannya, drama ternyata belum pergi dari kehidupan Andra. Bak sinetron ikan nyungsep, istri barunya ternyata seekor cheetah yang menyaru menjadi kucing cantik nan lucu. Lalu, tanpa sepengetahuan Andra, cheetah itu pelan-pelan menggerus hartanya. Ketika Andra sadar, semua sudah terlambat. Cheetah itu telah pergi membawa uang tabungan, mobil, dan hasil penjualan rumah beserta isinya. Tanpa sepengetahuan Andra, rumah tempat tinggal mereka dijual. Ata

    Last Updated : 2023-08-20
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 15: Kecurigaan Amran

    Mei menghela napas lalu melangkah pergi. Mereka tadi menggunakan dua motor sehingga Mei tidak perlu bergantung pada Andra. Terserah Andra kalau masih mau di sawah. Seandainya Andra jadi orang-orangan sawah atau dikutuk jadi batu penunggu pohon kersen di dekat gubug pun, Mei ikhlas. Ketimbang keberadaannya hanya menambah runyam suasana hatinya. Bola mata Andra menatap tubuh Mei yang menjauh dengan hati lelah dan mata berkabut. Jika Mei tak bisa menerima raganya, ia ingin menjelma udara atau sinar matahari, tidak terlihat, tetapi bisa terus bersama. Bukankah manusia tidak bisa hidup tanpa udara dan sinar matahari? Andra memukulkan botol ke kayu penyangga gubuk hingga pecah dan airnya muncrat membasahi kemejanya. Sial! Seburuk itukah aku di matamu, Mei? Andra meremas botol yang sudah pecah lalu membuangnya ke sembarang arah. Aku tidak akan menyerah, Mei. Kita akan lihat, siapa yang akan menang! Andra memukulkan kepalan tangannya ke kayu penyangga. Pedih. Perih, seperih hatinya. E

    Last Updated : 2023-08-20
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 16: Kecurigaan Amran (2)

    Astaga, sekepo inikah aku pada Mei? Amran berdecak. Dibuangnya sedotan plastik ke dalam tempat sampah lalu menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajah, menyadari betapa dia mulai sangat ingin tahu jati diri Mei. Amran menyimpan nama Mei dan Andra dalam laci ingatan. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan status hubungan mereka. Ia masih harus mengajar sampai jam lima sore. Lalu, ada setumpuk naskah skripsi dan tesis yang harus di-review. Jangan sampai urusan pribadi mengacaukan semuanya. Melihat arloji, Amran kemudian memasukkan ponsel ke dalam saku lalu mengayunkan kaki keluar kedai. Dalam hitungan menit mobilnya sudah melaju menuju gedung fakultas pertanian. Amran ada jadwal mengajar dari jam setengah dua sampai pukul 17.00. Sebelum mengajar, masih ada waktu sepuluh menit bagi Amran untuk ke ruang kerjanya dan memperbaiki penampilan. Ia mengenakan jas dan menyisir rambut hitamnya yang sedikit kaku dan dipotong pendek di atas telinga. Setelah menyemprotkan parfum berar

    Last Updated : 2023-08-20
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 17: Diam-Diam Perhatian

    “Eh, enggak, Prof. Maksud saya, Alvin selalu rela membantu Mbak Mei.” Bastian nyengir. Melihat ulah Alvin dan Bastian, dahi Amran mengernyit. Sepertinya tidak hanya aku yang korslet. Anak-anak ini juga. Pekerjaan berat dan maraton sebulan terakhir sepertinya membuat mereka oleng dan meracau. “Tapi memang Mbak Mei yang wonder woman,” lanjut Bastian. “Semua mau diberesin sendiri.” Bastia nyengir. Disugarnya rambut lurus sebahu mliknya sambil mengedipkan mata pada Alvin. Kali ini Alvin melengos lalu pura-pura membetulkan tali sepatu. Sialan kamu, Bas! Jangan harap aku kasih kamu tumpangan sampai kos! “Kamu ini ada-ada saja, Bas.” Amran berdecak. “Sekarang kalian pulang saja. Biar saya yang nunggu Mei.” “Mau dibuatkan kopi dulu nggak, Prof?” tawar Bastian. “Atau dipesenin makanan?” “Nggak usah, Bas. Sekarang sudah bukan jam makan. Kalau butuh minum, nanti saya buat sendiri.” “Baik, Prof.” Keduanya mengangguk sopan kemudian meninggalkan lobi lantai dua. Amran kembali ke ruang

    Last Updated : 2023-08-21
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 18: Tercyduk Berdua

    "Nggak usah menghubungi mereka,” sergah Amran cepat seolah tahu apa yang akan dilakukan Mei. “Tadi saya sudah ngasih tahu kalah kamu ada di sini.""Alhamdulillah. Makasih, Prof."“Kamu yang lupa, saya yang repot.” Amran pura-pura kesal. Repot tapi seneng, kok. Astaga! Amran merasa dirinya mulai korslet. “Lain kali kalau Andra merepotkan kamu karena minta macem-macem, langsung forward ke saya. Biar saya yang selesaikan.,” ujar Amran setelah menyesap tehnya. Ia menyandarkan tubuh di bibir meja yang berhadapan dengan Mei. Sorot matanya menajam dan nada bicaranya tak sehangat semula. Mei yang tengah menempelkan bibir di gelas tertegun. Jangan-jangan Prof. Amran sudah tahu hubungannya dengan Andra. Tapi dari siapa? Mei bertanya-tanya dalam hati karena Andra bukan tipe laki-laki suka curhat. Apalagi Amran bukan teman dekat. Andra tidak mungkin sembarangan berbagi cerita. Apa mungkin Aina dan Najma yang cerita? Nanti aku tanya mereka.“Kayaknya ini yang terakhir, Prof. Saya sudah lempar ke

    Last Updated : 2023-08-21
  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 19: Kucing-Kucingan

    “Mei belum kepikiran untuk kembali, Pak. Mei masih ingin hidup sendiri.” Terdengar tarikan napas di seberang. “Bapak tahu kamu terluka. Kalau kamu tidak mau kembali pada Andra, Bapak harap kamu mau menerima orang lain. Kamu juga berhak bahagia, Mei. Kamu masih muda.” Sekian detik Mei tercenung. Dibiarkannya ucapan sang ayah tak bersambut. Ia bangkit dari kursi bambu di teras rumah Pak Kadus lalu duduk di ayunan di bawah pohon kersen. Sebelum duduk, Mei memetik murbei yang tumbuh di samping kersen. Dinikmatinya rasa asam manis buah yang sering disebut anggur Jawa itu sambil mengayun pelan. “Iya, Pak. Mei mau, kok, menikah lagi. Tapi Mei belum ketemu orang yang cocok. Mei tidak mau dikhianati lagi, Pak.” “Bapak ngerti.” “Doain Mei, Pak.” “Pasti, Nduk. Kalau kamu sudah luang, pulang bentar Mei. Ibu kangen kamu pijit katanya.” Mata Mei berembun. Dadanya sesak. Ia juga kangen, tapi pekerjaan seperti tidak pernah habis. Minggu depan ia akan meminta izin pada Amran untuk pulang sebent

    Last Updated : 2023-08-22

Latest chapter

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 62: Pengkhianatan Partner in Crime (21+)

    Mei berdiri kaku sambil tersenyum canggung ketika melihat Amran turun dari mobil. Awas kamu, Bas, sudah ngeprank aku. Mei mengomel dalam hati. Maksud hati ingin menghindari Amran dengan meminta tolong pada Bastian. Bukannya datang sesuai janji, Bastian malah bertukar posisi dengan Amran.. Mei yakin, setelah pembicaraan mereka, pasti Bastian melapor pada Amran. Pengkhianatan partner in crime, nih, ceritanya. Ingat, Bas, pembalasan selalu lebih kejam. “Kenapa motornya, Meine Schatzi?” Amran berujar tenang. Susah payah ia menahan diri agar tidak tertawa melihat raut muka Mei. “Nggak tahu, Mas. Tiba-tiba mogok. Sudah minta tolong pak parkir tetep nggak bisa nyala.” Mei sok cuek, seolah tidak sedang perang dingin. Rencana untuk menunda gencatan senjata sampai besok gagal total. Masa iya, sudah mau ditolong tetep perang dingin dan pasang muka judes. Di balik sikapnya yang seolah tanpa dosa, Mei merasa telah kehilangan muka. . “Kok, bisa kompakan sama yang punya, ya.” Amran tersenyum jahi

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 61: Kenapa Bukan Dia yang Datang?

    Rumah terasa sunyi setelah Amran berangkat ke kampus karena Ibu belum pulang. Mei tidak tahu apakah sejak dulu Ibu juga betah menginap di rumah Kayla. Satu hal yang Mei rasakan, entah sengaja atau tidak, setiap kali Mei butuh sendiri atau sedang sedikit cekcok dengan Amran, Ibu akan menginap di rumah Kayla. Ada saja alasan Ibu. Mulai dari pengajian, masak bareng Kayla, atau diajak jalan. Bisa jadi juga karena di rumah Kayla ada kedua orangtuanya sebagai teman ngobrol Ibu. Entahlah, Mei tidak berani banyak bertanya. Kepergian Ibu justru melegakan hati Mei karena ia jadi punya ruang dan waktu untuk mengembalikan suasana hatinya ke setelan awal. Tidak mudah berpura-pura baik padahal hati sedang dilanda angin ribut. Mei bersyukur punya mertua sepengertian itu. “Meii, yuk triple date.” Pesan dari Aina masuk ke ponsel Mei ketika ia baru saja membersihkan dapur. “Calonnya Najma dan Pak Suami lagi di Jogja, nih. Buruan kasih tahu Prof. Amran biar dia kosongin jadwal, gih.” Kebiasaan Aina k

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 60: Kenapa Tidak Menghubungi Aku, Mei?

    “Aku berangkat dulu, Meine Schatzi.” Tangan kanan Amran meraih tubuh Mei lalu memberi kecupan hangat yang hanya ditanggapi sambil lalu oleh Mei. “Weekend ini aku bisa kosongkan jadwal kalau kamu pengen liburan,” ujar Amran sambil masih menyimpan tubuh Mei dalam pelukan. “Iya, Prof, nanti aku pikirkan.” Mei menjawab malas lalu berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Amran. “Nanti terlambat,” ucapnya sambil membetulkan dasi yang sebenarnya sudah terpasang rapi. Amran tersenyum. Setelah mengucapkan salam, ia pergi. Ia tidak terlalu ambil pusing ketika negosiasinya tadi malam berakhir deadlock. Segala bentuk rayuan sudah ia lakukan, tetapi sama sekali tidak membuahkan hasil. Mei terlalu tangguh untuk ditaklukkan. Kombinasi keras kepala dan marah memang cukup mematikan. Ketika semua usahanya gagal, menjelang tengah malam, Amran hanya bisa tidur sambil memeluk Mei, itu juga dari belakang. Sangat tidak menyenangkan, tetapi sedikit lebih baik ketimbang diusir keluar dan harus tidur di ruang

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 59: Kamu Harus Dibalas, Prof

    Assalamualaikum, Sahabat. Mohon maaf baru melanjutkan cerita ini sekarang. Sejak akhir 2023 kondisi kesehatan saya kurang baik, harus sering bedrest sehingga tidak bisa nulis. Semoga tahun ini saya sehat dan bisa menyelesaikan cerita ini. Terima kasih masih bersedia mengikuti kisah Amran dan Mei :-) ***“Jangan lupa pakai seat belt-nya, Meine Schatzi.” Amran tersenyum lalu bergerak ingin memasangkan sabuk pengaman ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Amran tahu becandanya garing, tapi ia tidak tahan melihat wajah cemberut Mei. Ia selalu ingin menggoda Mei saat sedang marah atau cemberut. Ketika melihat Mei, Amran semakin sadar kalau Ibu dan Mei tak ubahnya seperti satu orang yang dibelah dua. Mereka memiliki banyak kesamaan. Karenanya, Amran tidak terlalu kesulitan menyesuaikan diri dengan kehadiran Mei dalam hidupnya. Mungkin karena itu jugalah Ibu langsung naksir Mei sejak bertemu pertama k

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   58: Pertemuan Tak Terduga

    Amran menatap Bastian. "Kenapa dengan nama itu? Kamu kenal?" Jiwa kepo Amran meronta. Tiba-tiba ia khawatir kalau tingkah salah satu mahasiswanya itu ternyata tercium orang lain, termasuk Bastian. "Tidak, Prof." Bastian tersenyum samar. Otaknya bekerja cepat dan pertanyaan Mei kembali terlintas di kepala. Kini ia mengerti kenapa Mei tadi bertanya tentang Akira Hana. "Tapi dari wajah kamu, kayaknya kamu kenal dia." Amran yang sudah berdiri kembali duduk. Bastian meringis. "Kimbabnya enak, Prof." "Bas!" Bastian yang masih mengunyah dengan mulut penuh memberi isyarat dengan gerakan tangan pada Amran agar diam dan menunggu. Ya, ampun. Makhluk satu ini kenapa tiba-tiba bikin kesel? Amran menghela napas seraya menatap jengkel Bastian. Kalau ada asisten sedikit ngelunjak, Bastian orangnya. Namun, Amran terlanjur cocok bekerja dengan Bastian. Jadi, dia masih bisa menahan urat sabarnya agar tidak putus saat penyakit Bastian kambuh. "Cepetan ngomong," ujar Amran seraya menyodorkan air mi

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 57: Pengagum Rahasia (2)

    Amran tidak tahu sejak kapan Mei berubah sikap padanya. Apakah sejak ia sakit dan karenanya Amran tidak menyadari perubahan raut muka dan gerstur tubuh Mei, atau baru-baru ini setelah ia sembuh. Amran baru merasakan perubahan Mei ketika tadi malam Mei lebih memilih memeluk guling ketimbang menggodanya. Namun, semalam ia terlalu lelah untuk mengobrol. Ia ingin cepat tidur karena hari ini harus mengajar jam pertama. Kebekuan Mei berlanjut pagi ini. Tidak ada senyum manis juga kecup mesra Mei yang biasanya ia dapat setiap kali akan pergi. "Apa aku tidak dapat bekal?" Amran yang baru saja selesai berpakaian dan siap berangkat tersenyum melihat Mei masuk ke kamar. Mei melihat Amran sekilas, tidak berminat menjawab pertanyaan sang suami. "Ini bekalnya, Prof." Ia hanya berujar singkat tanpa menatap Amran, meletakkan tas bekal di meja. Diambilnya jas dari gantungan baju kemudian diberikan pada Amran. Masih tanpa senyum dan raut muka datar. "Bukan bekal itu, Meine Schatzi." Amran meraih j

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 56: Pengagum Rahasia Amran

    "Akira Hana." Mei bergumam pelan. Ia belum pernah mendengar nama itu disebut Amran. Selama ini, suaminya lebih sering menyebut kolega laki-laki. Sangat jarang ia berbagi cerita tentang teman dosen perempuan kecuali Bu Andriana yang memang memiliki proyek bersama. "Mungkin mahasiswanya." Mei kembali bergumam. Ah, bukankah sejak dulu ia sudah tahu kalau Amran memang magnet bagi kaum hawa? Bukan tidak mungkin ada yang nekad mendekatinya meski status Amran sekarang telah berubah. Mei menghela napas. Dipukulkannya kepalan tangan ke tengah kemudi sementara parfum itu ia geletakkan begitu saja di kursi samping. Tiba-tiba saja seperti ada yang terbakar di dadanya. Mei masih tertegun dengan mata menatap lurus ke depan. Bayang masa lalu dengan Andra satu per satu mampir di kepala. Apakah ia harus menghadapi teror orang ketiga lagi? Kenapa hidupnya begitu sial dan pernikahannya selalu diganggu? Mei menggigit-gigit bibir. Gelisah. "Nanti aku cek hape Mas Amran. Jangan sampai ada penyusup dala

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 55: Parfum di Mobil Amran

    Pagi ini Mei bangun lebih awal dari biasanya. Pukul 03.00 dini hari sementara beberapa hari lalu ia lebih sering membuka mata 30 menit setelah jam tiga. Entah mengapa, sejak Lila sempat hadir dalam kehidupan Amran, ia selalu lebih cepat terjaga. Seperti ada alarm yang menempel di tubuhnya lalu menggelitik tubuhnya hingga membuka mata. Mei menggeliat. Sebelum matanya benar-benar terbuka, ia telah mendengar dengkuran halus Amran menyelinap di antara detak jarum jam. Mei menoleh, melihat Amran masih terlelap di sampingnya dengan wajah sedikit memerah. Refleks, Mei meletakkan telapak tangan di dahi Amran. Demam. Mei membatin. Perlahan diangkatnya salah satu tangan Amran yang berada di atas pinggangnya kemudian beringsut dan turun dari ranjang. Kecapekan, Mei berpikir jika suaminya pasti kelelahan maraton mengurus Lila dan sepulang dari Jakarta ia pergi ke Bantul. Amran baru kembali tadi malam. Akhirnya tubuhnya berontak dan minta istirahat. Mei bukan tidak mengingatkan Amran agar isti

  • Dosen Tua Kaya Raya Itu Suamiku   Bab 54: Akhir Kisah Lila dan Amran

    Amran dan Mei menggeleng. "Kebetulan saya teman lama dia. Memang dia sempat mau meminjam uang, tetapi istri saya keburu tahu. Jadi, Alhamdulillah uang kami selamat." "Syukurlah." Perempuan itu mengganjar napas. "Dia sudah terbiasa hidup mewah. Sejak suaminya ditangkap karena korupsi dan aset-asetnya disita, dia jadi kehilangan pegangan. Akhirnya dia nipu sana-sini.” "Anak-anaknya gimana, Eyang?" Mendadak Mei teringat anak-anak Lila."Dia sudah tidak punya anak." Mei melongo."Anak satu-satunya meninggal karena sakit. Sejak saat itu hidupnya makin tidak karuan."Meski Lila harus mendapat hukuman atas kejahatannya, Mei tetap prihatin dengan nasib Lila. Ia pernah kehilangan bayi dan bisa membayangkan betapa hancur hati Lila. “Sekarang Lila ada di rumah sakit, Eyang. Kemarin dia sempat ingin bunuh diri.” Perempuan sepuh itu terkejut. “Di rumah sakit mana, Nak? Biar nanti Eyang jemput. Papanya sudah nggak ada dan keluarga besar mamanya tidak mau lagi nerima dia. Biar dia tinggal di si

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status