Happy Reading Semuanya!!Ana yang sedang tidur siang tampak perlahan membuka matanya saat suara ponselnya berbunyi nyaring, memang tidak bisa membuatnya tidur dengan tenang. padahal baru beberapa jam saja ia tertidur dan kini sudah terganggu dengan panggilan kamu tidak pernah ia banggakan.Tatapannya mengarah pada Eva yang masih dalam posisi sama seperti sebelumnya dan kedua orang yang terlihat tidak terganggu sama sekali. Beruntung saat ini tidak ada baby Z di sini karena bayi mungil itu harus masuk kembali ke ruang NICU perkara bayi prematur.“Kenapa mereka mendadak menghubungi? Dari dulu kemana saja?” gumam Ana sembari menolak panggilan yang dilakukan oleh salah satu rekannya itu.Ana hanya tidak ingin kembali membahas yang telah lewat dengan mereka. Ini sangat menyebalkan dan tidak sadar akan kejadian yang telah berlalu seperti itu. Hatinya bertanya-tanya apakah temannya itu menyesal karena sudah berlaku jahat pada Eva. Entahlah Ana juga tidak tahu apa keinginan mereka menghubungi
Happy Reading Semuanya!!Sudah dua hari pasca membersihkan nama Eva, belum ada tanda-tanda akan bangunnya perempuan yang menjadi mantan istri dari Zaidan itu. Tidak ada pergerakan sama sekali dan membuat mereka harus kembali menyetok rasa sabar untuk menghadapi kenyataannya.Bahkan rekan dari Eva yang dulu sempat bermusuhan kini datang untuk meminta maaf, mereka rela datang dari Indonesia ke Switzerland. Semuanya tidak ada tanda selain menunggu takdir yang tuhan berikan untuk Eva agar bisa kembali bersama dengan keluarganya.“Daniel, kamu sudah makan? Mari makan bersama disini,” Daniel yang baru saja masuk ke dalam ruangan Eva tersenyum saat mendengar sambutan ramah dari keluarga Eva. Ini salah satunya untuk mendapatkan restu dari kedua orang tua Eva untuk menikah kembali dengan putri bungsu di keluarganya.“Baby Z, sudah bisa di jenguk. Nanti akan ada perawat yang membawanya kemari, dia semakin besar tubuhnya dan dia seakan paham jika orang tuanya sedang berjuang. Jadi dia berhasil
Happy Reading Semuanya! “Aku mau namakan dia Ansell Zivan Rivandar, dipanggil Ansell.” Tangan Eva menyentuh wajah bocah lelaki yang ada di pelukannya saat ini, tentu saja bocah lelaki itu seakan merespon Eva dengan senyuman kecil. Benar-benar tampan. Daniel yang melihat interaksi antara keduanya hanya tertawa pelan, ini adalah impiannya dulu dengan mendiang istrinya. Berbahagia menyambut kelahiran anak. “Keponakan aku yang lucuuuu... Ansell...” Ana tampak berjalan menghampiri mereka dengan senyum sumringah sembari membawa peralatan untuk dirinya dengan sang bayi. Sekarang disini yang paling bahagia adalah perempuan itu bukan orang lain dan itu membuat Eva merasa senang. “Akhirnya gue bisa panggil dia dengan panggilan Ansell, capek panggil dia baby Z.” “Kalau Lo tahu gue bakalan kasih nama dia begitu, kenapa Lo ga bantu gue?”tanya Eva. Ana menggeleng dan duduk bersebelahan dengan Eva yang sibuk menimang putra semata wayangnya itu. “Itu hak Lo sebagai ibu dari Ansell. Lo yang b
Happy Reading Semuanya! Daniel akan mendapatkan shift malam dan harus berjaga di lantai bawah, sedangkan Ana menemani Kevin di ruang perawatan lantai dua. Kini dirinya hanya bersama dengan kedua orang tuanya, tidak banyak pembicaraan. Lebih tepatnya Eva yang tidak mengeluarkan sepatah kata apapun mencoba untuk menetralkan perasannya saat ini. "Kamu mau makan apa? Mama sudah siapkan makanan kesukaan kamu," "Eva tadi sudah makan dari perawat, tapi nanti Eva pasti akan makan lagi. Sekarang aku adalah ibu menyusui jadi... pasti mudah lapar. Terima kasih sudah mau datang kemari," ungkap Eva. "Jangan sungkan begitu, kamu adalah anak kami. Dan kami meminta maaf dengan kamu, maaf karena enggak percaya dengan kamu dan mudah termakan sama ucapan itu. Semua sudah terungkap, itu adalah kakak kamu dan kakak kamu mengakui semuanya secara tidak langsung." "Dia merencanakan sesuatu yang jahat agar kamu dan Zaidan berpisah, dan sekarang dia sudah terkena karma. Dia bilang dia hamil anak Zaidan...
Happy Reading Semuanya! Chupp! "Kamu sangat jahil rupanya!" Eva terkekeh geli melihat Daniel tampak memasang wajah malunya. Mungkin Eva tidak sadar jika sekarang ini mereka berada di ruang tunggu menunggu obat untuk Eva dan bayi di pelukannya, setelah seminggu memastikan semuanya. Pada akhirnya Eva bisa kembali ke rumah dan pergi ke tempat yang jauh. Tatapan matanya berdalih pada kedua orang tuanya yang hanya bisa menghela napas pelan melihat kelakuan dari kedua pasangan yang sedang di mabuk cinta itu. "Pastikan untuk meminum obat, untuk yang ini kamu minum tiga kali sehari dan jika di Indonesia tidak ada... kamu bisa memintaku mengirimkannya kembali jika kamu ingin lebih lama disana. Karena aku memesannya untuk berlaku selama dua minggu," jelas Daniel. "Tenang saja, aku hanya pergi selama satu minggu sampai urusannya selesai dan paling lama dua minggu. Tenang saja pasti aku akan kembali," ucap Eva sembari mengecup pipi bayi di dekapan Daniel saat ini, bocah lelaki itu begitu ten
Happy Reading Semuanya!!Iris matanya memperhatikan rumah yang dulu di tempatinya dengan Zaidan, ia tidak tahu kenapa melangkahkan kakinya kemari dan tidak ingin tinggal di rumah orang tuanya. Mereka sebagai orang tua tentu saja mempertanyakan alasannya dan Eva beralasan jika rumah itu tidak nyaman dan ia juga tidak bisa pergi ke hotel, jadilah ia memilih untuk menetap di rumah ini. Sekalian mengingat rumah yang pernah ia tepati, toh hampir delapan puluh persen barang miliknya ada di rumah ini.Rumah ini tampak bersih ketika ia menginjakkan kakinya disini dan tidak ada debu sedikitpun. Rumah yang sepertinya di rawat oleh Zaidan dengan apik meskipun lelaki itu tidak kembali ke rumah ini. Tangannya membuka handle pintu sembari menggendong Ansell yang berada di dekapannya, pintu rumah ini tidak terkunci dan semuanya seperti aman dan damai.Foto antara dirinya dengan Zaidan pun masih terpasang dengan apik di dinding rumah mereka, jujur ia sedikit merindukan rumah ini. Dan masih banyak ken
Happy Reading Semuanya! “Maaf merepotkan kalian, seharusnya kalian melakukan aktivitas lainnya. Tapi malah harus mengurus Ansell, aku enggak bisa bawa dia ke rumah sakit karena banyak sesuatu yang enggak diinginkan. Lebih aman di rumah,” Eva menatap kedua orangtuanya yang sibuk menimang bayi yang ada di baby swing bouncer, mereka tampak tidak keberatan tetapi tetap saja membuat Eva tidak enak. Ayahnya seharusnya berada di Kampus untuk bekerja, tetapi malah di rumah untuk mengasuh putranya. “Sesekali papa sibuk menimang cucu dan tidak perlu datang ke kampus, Ansell adalah cucu kami dan sangat ingin dekat dengan dia. Jangan merasa sungkan sedikit pun, lagian kamu seperti dengan siapa saja. Papa senang mengasuh cucu Papa, selama di Swiss Papa takut untuk menggendong karena ada Daniel. Dia lebih paham tentang bayi yang prematur seperti Ansell,” ungkap Heru "Daniel enggak pernah melarang Papa buat menggendong Ansell, itu hanya ketakutan Papa saja." Jawaban Eva tampak begitu lembut dan
Happy Reading Semuanya!Kepalanya menunduk dan mengigit bibirnya kencang, semua tampak menunggu di depan ruangan Zaidan yang sudah di sterilkan. Keadaan Zaidan mendadak menurun setelah ia berbicara tanpa jawaban dengan Zaidan, ibu adalah salahnya. Dan sekarang ia tidak berani menatap orang tua dari Zaidan, Eva menyadari jika semua ini adalah kesalahannya.Kemarahan itu sepertinya semakin buruk dengan dirinya yang hanya bisa mematung di kursi tunggu. Tubuhnya terasa di tubruk dan iris matanya kini menatap orang yang sudah membuat kehidupannya hancur dengan kenyataan yang tidak di sangka-sangka.“Kamu yang membuat semua masalah ini!! Seharusnya kamu mati saja! Aku sangat tidak sudi mempunyai adik seperti kamu. Kalau Zaidan tidak menemukan kamu, dia tidak mungkin akan menjadi seperti ini. Kamu penyebab awal semuanya dan kamu yang membuat Mas Zaidan seperti ini!!” Eva menangis tepat di hadapan sang kakak yang mengguncang tubuhnya.“Bukankah sudah dari awal Kak Livy tidak pernah mengangga
Happy Reading Semuanya! Ini adalah pernikahannya yang kedua dan perasannya masih sama. Dadanya berdegub sangat cepat memandang cermin di depannya, mungkin dulu bukan pernikahan yang membahagiakan untuknya tapi sekarang ini adalah sesuatu yang membahagiakan untuk Eva karena menikahi orang yang dicintainya. Eva terkekeh geli mengingat masa lalunya, ia dulu pernah bersumpah tidak akan mencintai Zaidan. Justru sekarang ia malah cinta mati pada lelaki itu, memang ucapan sama sekali tidak bisa dijaga. "Kamu kenapa?" tanya Livy. "Bukankah ini sangat lucu?" Livy menaikkan sebelah alisnya sembari menggendong bayi yang merupakan anak dari adiknya, ia tidak mengerti dengan perkataan sang adik saat ini. "Kenapa?" tanya Livy lagi. Bibir Eva tersenyum manis, "Dulu kita berkelahi hanya karena satu laki-laki, dulu aku sangat membenci dengan Mas Zaidan dan sekarang aku malah cinta mati sama dia." Livy tersenyum mendengar perkataan dari sang adik barusan. Setelah diingat kembali ini memang san
Happy Reading Semuanya! Kecupan itu semakin mendalam dan tidak peduli tempat. Mungkin orang yang melihatnya juga memahami apa yang terjadi dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Ini adalah kebahagian mereka setelah melewati kenangan pahit yang menyerang mereka. Sudah dua minggu semenjak kehadiran Eva di rumahnya, kini rumah yang sempat suram karena karangan bunga dan berita kesedihan berubah menjadi sesuatu yang membahagiakan dan tidak menyangka jika akan mendapatkan kebahagian baru yang tidak pernah mereka sangka. "Ampun deh kalian! Bisa enggak sih kalau kalian melakukan itu di kamar saja? Bagaimana pun kalian harus menghormati orang tua disini." Kecupan mereka terlepas sembari memperhatikan ibu dari Zaidan yang kini meninggalkan mereka berdua untuk menghampiri cucu kesayangannya. Ibu dari Eva sendiri hanya terkekeh geli melihat adegan kedua anaknya. Zaidan tidak peduli, ini adalah hal menyenangkan untuknya dan membahagiakan di setiap
Happy Reading Semuanya! Jika ini adalah mimpi, maka jangan bangunkan Zaidan untuk saat ini. Sudah lama ia tidak memimpikan orang yang dirindukannya selama beberapa bulan belakangan ini. Ini adalah mimpi terindah yang pernah Zaidan rasakan setelah beberapa bulan ia mengalami perasaan kehilangan, air matanya mengalir dengan deras tanpa bisa ia cegah sama sekali. Eva muncul di mimpi tidur siangnya. Tidak! Ini bukan mimpi tidur siangnya. Hawa panas dan banyak mahasiswanya yang memperhatikannya, berarti ini sungguhan bukan hanya lamunannya semata. Orang yang dicintainya ada di depan matanya, semuanya terasa nyata, ini bukan hanya khayalan sematanya kan. Dia kembali... Orang yanng dicintainya kembali berada di depan matanya. Zaidan tidak ingin melewatkan mimpi indah ini sedikitpun. Lelaki dengan wajah tampan itu terlihat berlari menghampiri perempuan yang ada di depannya itu, memeluk perempuan yang kini membalas pelukannya tidak kalah er
Happy Reading Semuanya! "Selamat siang, Prof." Bibirnya hanya melengkung membentuk senyuman tipis menanggapi sapaan dari mahasiswanya. Langkahnya berjalan memasuki ruangannya setelah hampir dua jam ia mengajar di dalam kelas, tatapan matanya mengarah pada meja kerjanya yang menampilkan foto orang tercintanya. Zaidan belum bisa move on atas semua yang sudah terjadi pada keluarga kecilnya. Zaidan tidak mencoba untuk melupakan, perasaan kehilangan dan ketakutan itu masih terasa. Lelaki itu juga masih sering meridukan Eva yang sama sekali tidak pernah hadir dalam mimpinya ataupun bayi mungilnya, padahal Zaidan amat sangat berharap jika ia bisa melihat keduanya meski dalam mimpi. "Sayang, ini sudah tiga bulan berlalu." Lelaki yang kini sibuk mengamati foto kebersamaan mereka sewaktu liburan hanya bisa menghela napas pelan, ia tidak menyangka jika sudah menghabiskan waktu yang lama untuk merelakan Eva. Sebenarnya sekarang pun ia belum merelakan kepe
Happy Reading Semuanya! Tubuhnya benar-benar lemas, ia tidak menyangka jika dalam waktu singkat harus mendapatkan kabar menyakitkan seperti sekarang ini. Menurut Zaidan ini adalah karma karena dulu membuat sakit hati Eva yang tidak terlampiaskan, tetapi yang ia rasakan karmanya terlalu berat. "Apakah ini karma untuk saya Eva?" bisik Zaidan. Zaidan tidak mendapatkan kabar apapun setelah kepulangannya dari bandara setelah menunggu hampir tiga jam lebih demi mendengar kabar terkait orang tercintanya. Orang tuanya yang menyusul ke TKP juga belum memberi kabar apapun. Air matanya terus mengalir tanpa bisa Zaidan cegah, pembuktian jika Eva adalah cinta sejatinya. Lelaki yang merasa dunianya hancur hanya bisa terdiam memperhatikan ruang utama rumahnya sekarang ini, matanya sudah bengkak karena terlalu lama menangis. Kepalanya menunduk, air matanya kembali mengalir karena harapannya mendadak pupus. Harusnya malam ini mereka bisa tertawa bersama sembari menimang anak mereka, tapi kenyatan
Happy Reading Semuanya! Waktu yang ditunggu olehnya akhirnya datang juga. Saat ini mungkin Zaidan memang masih bersedih, tapi ia juga tidak ingin berlangsung lama. Masih ada lagi hal yang perlu ia kerjakan, dan air matanya terasa kering. Zaidan tidak bisa melampiaskan begitu saja. Lelaki itu yakin kalau ia bisa menangis dengan lega nanti, bersama orang tercintanya yang lebih tahu tentang kejadian meninggalnya kerabat dekatnya itu. Untuk sekarang ia harus menyiapkan diri dengan bahagia karena Eva akan kembali ke pelukannya. Rumahnya sudah di dekor ulang dengan keadaan steril tidak ada debu, agar anaknya dan orang tercintanya bisa hidup dengan layak di rumah mereka saat ini. Rumah penuh dengan kenangan, Zaidan juga sudah menyetok persiapan makanan untuk menyambut keduanya. Hatinya berdegub kencang tidak karuan. "Mass ingin segera bertemu kamu sayang, menunggu cerita yang akan kamu lontarkan untuk Mas." Zaidan sudah mendengar kabar jika istri dan anaknya saat ini sedang transit di Si
Happy Reading Semuanya!Zaidan belum berpamitan dengan layak pada temannya itu, ia merasa menjadi teman yang buruk. Kevin selalu ada untuknya bahkan untuk orang tercintanya, tetapi kenapa ia selalu melewatkan hal terburuk dari temannya. Kevin memang pandai menyembunnyikannya, lelaki itu sangat ahli dalam menyembunyikan perasaan. "Lo enggak pernah berubah," bisik Zaidan. Lelaki itu sangat ingat bagaimana temannya menyembunyikan sesuatu yang besar bahkan perihal untuk membayar sekolah, lelaki dengan nama Kevin itu sampai rela bekerja banting tulang membersihkan piring sampai menjadi pelayan toko 24 jam demi membayar sekolah. Kevin bisa saja memanfaatkannya untuk membantu membayar, tapi lagi-lagi lelaki itu melakukan sesuatu yang berat seperti itu. Sebagai teman tentu ia merasa sangat jahat, maka dari solusinya ia menanggung biaya sekolah Kevin bahkan sampai temannya mendapatkan gelar. Ia bangga dengan Kevin, semua yang dilakukannya membuat Zaidan bangga. "Lo janji bakalan kembali ke
Happy Reading Semuanya! Zaidan tersenyum manis memandang dari layar laptopnya dimana kedua orang kecintannya disana, ia sudah sangat rindu dengan keduanya dan terasa sangat lama sekali harinya. Apalagi dalam seminggu belakangan ini ia sibuk dengan perusahaannya dan urusannya menjadi dosen, benar-benar menyita waktunya. "Mas rindu banget sama kamu sayang," Eva tampak tertawa pelan mendengar perkatannya barusan, "Aku juga rindu sama Mas, padahal setiap hari kita saling tukar kabar. Kenapa saya rindu mulu ya sama Mas? Mas pakai pelet apa?" tanya Eva dengan raut wajah cemberut. "Ketampanan dan rasa cinta Mas," sahut Zaidan. "Dasar gombal! Sayangnya Momy, kalau sudah besar jangan sama kaya Dady ya? Tukang gombal," Eva mengecup pipi bayi tampannya yang tertawa seolah setuju dengan perkataan Eva. Benar-benar pemandangan yang manis. Tatapan mata Zaidan mengarah pada kedua orang yang ada di depannya itu, bohong jika Zaidan tidak tahu arti tatapan dari orang tercintanya ini. Tatapan Eva
Happy Reading Semuannya! Semuanya berlalu dengan cepat, Eva tidak ingin memberitahu Rendi ataupun Zaidan. Perempuan yang menjadi ibu satu anak itu tidak ingin melihat betapa sedihnya orang tercinyanya jika mengetahui sahabat terdekatnya sudah tidak bisa lagi berada di sisinya, tapi yang Eva tahu sekarang ini adalah bukan hanya dirinya yang terluka, ternyata bukan hanya Eva saja yang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal oleh Kevin yang selalu senantiasa bersama dengan dirinya dalam keadaan sulit ataupun bahagia. Iris matanya memperhatikan perempuan asing yang tiba-tiba menangis tepat di hadapan pemakaman Kevin saat ini. Perempuan itu bukan Ana dan Ana juga tidak sesedih itu karena kenyataannya mereka sudah ikhlas membiarkan Kevin pergi meskipun matanya juga bengkak karena terlalu banyak menangis. Kevin sudah dikuburkan dengan layak dan semuanya di bantu oleh Daniel yang lebih tahu menahu tentang pemakaman di negara ini, meskipun harus membayar mahal. Selama Kevin bisa baha