Share

Bab 14, Lingeri

Penulis: Indah Idris
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-09 18:11:25

Azham dan Melisa kini sudah berada di dalam kamar Azham yang ada di rumah Riana dan Rama. Mereka semua sudah makan malam juga berbincang-bincang ringan di ruang keluarga setelah makan malam.

Kini saatnya mereka beristirahat dan tidur untuk mengumpulkan tenaga mereka untuk pagi nanti. Melisa yang ada di dalam kamar mandi ingin mengganti dressnya dengan baju tidur yang diberikan mama mertuanya.

Melisa kira, baju tidur yang diberikan Riana padanya adalah piama atau apalah. Ternyata, yang diberikan Riana kepadanya adalah Lingeri yang berbahan tipis dan sangat minim. Melisa sampai terbengong-bengong menatap linger itu yang masih belum ia kenakan.

Melisa mendecak merasa kalau mama mertuanya itu sedang mengerjainya. Melisa tidak mungkin memakainya. Sementara ia akan tidur bersama Azham. Apa yang akan dikatakan Azham padanya saat tahu Melisa memakai baju seperti itu.

“Astaga, baju macam apa ini? Pasti ini Mama sengaja,” ujar Melisa seraya meletakkan lingeri itu di atas wastafel seraya me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 15, Rambut Basah

    Riana sejak tadi terkikik tanpa Rama tahu apa penyebabnya. Rama yang duduk bersandar di ranjang menatapnya dengan alis terangkat sebelah heran. “Bisa kau katakan ada apa, Riana? Kenapa sejak tadi kuperhatikan kau tertawa sendiri?” Riana yang mendengar itu menoleh seraya kembali tertawa. Sekarang tawanya sengaja dibesarkan. Riana terbahak-bahak membuat Rama semakin bingung. “Astaga, Pa. Aku tidak bisa menahan tawaku saat ini. Ini sangat menggelikan,” ujarnya. “Memang ada apa? Apa yang membuatmu geli begitu?” tanya Rama seraya membenahi duduknya menghadap Riana yang duduk di kursi meja riasnya. “Kau tahu, Azham belum menyentuh Melisa?” Alih-alih menjawab, Riana malah melontarkan pertanyaan yang sontak membuat Rama melongo. “Benarkah? Kau tahu itu dari mana?” tanya Rama heran. Riana menghentikan tawanya, lalu beranjak berdiri menghampiri suaminya ikut duduk di atas ranjang. “Aku tahu! Aku tahu semuanya, Pa.” Kening Rama mengerut, ia sama sekali tidak paham dengan yang dimaksud istr

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 16, Azham Membentak Melisa

    “Zham, kok, mandi rambutnya nggak dibasahin?” tanya Riana sontak semuanya melirik dirinya. Azham menghela nafas kasar. Ia sudah menduga kalau semalam adalah rencananya. Untung saja Azham masih bisa menahan diri. Jadi, ia tidak masuk perangkap mamanya. “Melisa juga. Kamu, kok, mandi nggak basahin rambut?” Melisa menjadi heran. Sedangkan Azham melirik Melisa yang juga tengah meliriknya meminta penjelasan, tapi Azham hanya mengabaikannya. Sementara Rama menatap Azham dan Melisa secara bergantian. Lalu beralih menatap Riana yang seperti sedang kecewa. Ya, kecewa karena rencananya gagalMelisa sontak memegangi rambutnya yang diprotes oleh sang mertua. Ia benar-benar penasaran ada apa dengan rambutnya yang tidak basah. Sementara Rama menyembunyikan senyumnya saat mengetahui kalau rencana Riana gatot atau (gagal total). “Iya, Ma. ‘Kan Melisa nggak lagi keramas. Makanya, nggak basah.” Melisa menjawab itu dengan menatap semua orang yang melihatnya. “Iya, maksud Mama. Kenapa kamu nggak lag

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 17, Perasaan Aneh Azham

    Azham masuk ke dalam toilet khusus pria. Ia mencuci wajahnya. Entah kenapa, ia tadi kelepasan dan membuat Melisa terheran-heran dengan sikapnya. Bukan, bukan hanya Melisa. Melainkan dia pun merasakannya. Azham bingung dengan sikapnya tadi. Tidak tahu kenapa, Azham benar-benar merasa ketakutan. Ketakutan yang baru dirasakannya saat ini. Melihat Melisa turun dan mobil begitu saja dan melihat begitu pada kendaraan di lampu merah, membuat Azham merasa takut kalau Melisa akan kenapa-napa. Jantung Azham berdebar kencang saat itu. Membuatnya tak terkendali hingga memarahi dan membentak Melisa begitu saja. Azham menghela nafas kasar. “Ada apa dengan diriku saat ini?” gumamnya pelan seraya menatap wajahnya di pantulan cermin. Perasaan aneh seperti itu baru saja Azham rasakan, dan lebih anehnya itu dirasakannya hanya pada Melisa saja. Sungguh, membuat Azham kebingungan. Ada apa dengan dirinya selalu itu yang ditanyakan Azham pada dirinya sendiri. Sekali lagi, Azham membasuh wajahnya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 18, Azham Yang Menyebalkan

    Azham baru saja menyelesaikan satu kelas, dan ingin melanjut satu kelas lagi. Namun, tiba-tiba Zera—sekretarisnya menelfon dirinya meminta Azham untuk segera ke kantor. Karena ada file penting yang harus ditanda tangani Azham sekarang. Azham sebenarnya menolak dan mengatakan akan datang nanti saja setelah ia menyelesaikan mengakar satu kelas. Tetapi, Zera memaksa dan mengatakan kalau file itu harus segera ditanda tangani untuk diberikan ke pada klien penting. Mau tidak mau, Azham pun mengiyakan. Dan mengatakan pada Zera kalau dirinya akan segera datang. Azham pun berangkat ke kantor setelah memberi satu perwakilan kelas tersebut. Kalau dirinya tidak bisa mengisi kelas hari ini. Karena ada urusan mendadak. Kalian bisa tahu, bagaimana senangnya mahasiswa satu kelas itu mendengar berita tersebut. Azham berjalan menuju parkiran, tapi belum juga ia sampai di parkiran kampus. Ia melihat Melisa dan Dea sedang berjalan entah akan kemana. Azham memanggil Melisa. Sontak, Dea dan Melisa meno

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 19, Azham Yang Suka Mengancam

    Riana berjalan menghampiri Rama—suaminya yang masih asyik di ruang tengah membaca koran. Riana mendekat dan langsung duduk di samping Rama. Rama yang menyadari kehadiran Riana lantas melirik ke samping sebentar, lalu kembali pada korannya. “Pa,” panggil Riana antusias. Riana ingin memberi tahu sesuatu kepada suaminya, itulah mengapa ia datang dengan wajah berseri-seri. “Hhmmm...” Hanya itu yang keluar dari mulut Rama membuat Riana kesal. Wajahnya yang tadi berseri bahagia. Kini berubah menjadi murung dan menatap kesal suaminya. “Ish, Pa,” protes Riana seraya menepuk lengan Rama pelan. Rama menghentikan kegiatan baca membacanya seraya melipat koran dan meletakkannya di atas meja. Lantas menatap ke arah Riana yang menatapnya jengkel. “Menyebalkan sekali,” gumam Riana pelan. “Ada apa memangnya, sih? Kaya ada hal penting saja yang ingin kamu katakan,” kata Rama. “Ck, entahlah Pa. Tadinya, memang penting. Tapi sekarang sudahlah, malas aku.” Riana memutar tubuhnya duduk dengan membel

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 20, Zera Yang Tampil Berani

    “Saya tidak akan turun sebelum Pak Azham mengatakan alas—““Kau mau aku gendong masuk ke dalam gedung itu, Melisa?” ancam Azham cepat memotong ucapan Melisa. Melisa membulatkan matanya seraya melirik Azham sebal. “Bisa berhenti mengancam, Pak?” dengus Melisa. “Bisa!” sahut Azham spontan. “Baguslah,” kata Melisa lega. “Kalau kau berhenti membantah dan mengikuti apa kataku,” ucap Azham sontak membuat Melisa spontan menolehkan kepalanya menghadap Azham. Melisa menarik nafas seraya menggigit bibir dalamnya menahan kekesalannya pada Azham suaminya. Andai saja ia bisa sedikit saja menonjol wajah datar milik Azham. Melisa akan melakukannya sekarang. Namun itu tidak akan pernah terjadi. Sebab, Melisa bisa pastikan kalau nilainya akan anjlok dan gagal wisuda. Sehingga, akan membuatnya mengulang tahun depan lagi. Sungguh, kekesalan di hati Melisa sangat membuncah. Akan tetapi, tidak tahu harus melampiaskannya pada siapa.“Isssshh...” desis Melisa seraya membuka pintu mobil dengan agak sed

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 21, Impian Zera

    Zera sudah tidak malu mempertontonkan auratnya di depan teman masa kecilnya itu. Yang ia mau tahu, Azham segera menjadi miliknya. Zera tersenyum manis dan hendak berjalan menghampiri Azham. Akan tetapi, langkah terhenti saat melihat seseorang berdiri di belakang Azham seraya Azham menggenggam tangan orang itu dengan mesra. Orang itu memandang Zera dengan tatapan terkejut dan malu. Sementara, Zera pun merasakan hal yang sama. Untuk sesaat mereka saling terdiam. Dengan Zera yang merasakan sakit di hati hingga ulu hatinya. Manik mata Zera tidak berhenti mengarah kepada Melisa juga Azham secara bergantian. Sementara Azham memandang Zera dengan tatapan begitu tajam karena marah. Ia marah karena merasa Zera sangat tidak sopan memakai pakaian seperti saat ini, dan juga masuk ke dalam ruangan Azham tanpa seizin Azham. “Apa yang kamu lakukan di ruanganku, Zera?” Suara dingin Azham menyapu telinga Zera. Sehingga mampu membuat gadis itu membeku. Untuk sesaat, Zera terdiam tidak tahu harus me

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Dosen Killer Itu Suamiku   Bab 22, Luka Zera

    “Mulai sekarang berhenti dan hentikan segala impianmu itu. Sebab, aku dan kamu tidak akan pernah bisa bersatu. Sebab, aku sudah....“Azham menghentikan kalimatnya. Nyatanya, ia juga tidak tega dan mampu menyakiti Zera sejauh itu. Karena ia tahu, bagaimana perasaan Zera kepadanya. Azham melirik Zera yang wajahnya sudah dibanjiri air mata. Lalu, menoleh ke belakang menatap Melisa. Melisa hanya menghela nafas kasar seraya menunduk. Ia tahu, Azham akan mengatakan apa. Ia takut, hal itu akan membuat gadis di depannya semakin terluka. Namun, mau bagaimana lagi. “Maafkan aku, Zera. Tetapi, hentikan harapanmu itu. Lagian, sudah pernah kukatakan bukan!? Aku hanya menganggapmu sebagai sahabat. Tidak lebih!” “Tetapi kenapa, Zham? Kenapa tidak bisa kau mengubah itu menjadi cinta kepada seorang wanita?” tanya Zera lirih. Azham menarik nafasnya panjang, lalu menggeleng. “Tidak bisa, Zer! Karena aku sudah ... Sudah menikah,” kata Azham berputus-putus. Mata Zera membulat, mulutnya terbuka sediki

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16

Bab terbaru

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Cinta Sepihak

    Tidak sedikit orang yang sedang merasakan risau di hatinya lari ke pantai, pasti pantai adalah opsi pelarian paling tepat menurut mereka. Di sana mereka bisa menikmati deru ombak yang sesekali akan menabrakkan diri ke kaki, dan hal itu sangat menyenangkan. Bermain dengan ombak membuat gelisah sedikit berkurang. Begitulah yang saat ini terjadi pada Melisa, dia terlihat begitu nyaman berada di tempat ini. Azham tersenyum melihat keceriaan kembali terpancar di wajah sang istri. Setelah sempat murung beberapa hari, dan terlihat terus ketakutan serta cemas berlebihan atas apa yang menimpanya beberapa hari yang lalu. “Pak!!” seru Melisa membuat Azham tersentak dari lamunan. “Ayo, sini. Ini sangat menyenangkan,” ajak Melisa. Azham tersenyum lalu mengangguk sembari berjalan ke arah Melisa yang tengah memperhatikannya. “Kau menyukainya?” tanya Azham saat sudah berada di dekat Melisa. Dia membiarkan kaki dan celananya basah. “Hmm ...,” jawab Melisa dengan mengangguk sembari kembali menatap

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Pengaruh Cinta

    POV Author “Kenapa bisa begini, Rian?” tanya Azham sambil matanya tidak lepas dari seorang gadis dengan menggunakan pakaian serba putih.Gadis itu duduk di sebuah brankar rumah sakit. Tangannya diikat di masing-masing sudut ranjang tersebut. Dia terus saja meronta ingin melepaskan ikatan di tangannya, berteriak tidak jelas. “Entahlah, Zham.” Rian mendesah seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. Tidak sanggup dengan pemandangan di depannya. “Zera sepertinya depresi atas kepergian Leon.” Azham berbalik menghadap Rian mengalihkan pandangannya dari Zera. Ya, gadis yang ada di dalam ruangan yang cukup sempit itu, adalah Zera—sahabat Azham—juga Rian. Kedua pria itu sedih melihat kondisi Zera yang begitu menyedihkan. Memang kehilangan adalah salah satu penyebab luka yang paling dalam. Saking dalam luka yang dialami Zera, gadis itu sampai kehilangan akal sehatnya. Hingga terpaksa dirinya berada di tempat ini, yaitu rumah sakit jiwa. Rian dan kerabat dekat Zera memutuskan untuk memasukk

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Azham Penipu

    POV Melisa “Saya sudah siap, kota ketemu di sana saja.” Samar-samar dapat aku dengar suara Pak Azham dari dalam kamar. Dia sedang berbicara dengan seseorang di telfon. “...”“Tidak, saya berangkat sendiri.” Kulihat dari sela pintu yang sedikit terbuka, Pak Azham berjalan ke arah meja rias. Membetulkan dasinya dengan satu tangan, satunya lagi dipakai memegang ponsel yang menempel di telinganya. “Melisa masih masa pemulihan. Lukanya memang sudah mengering, dan bahkan sudah hampir sembuh. Hanya saja ....” Pak Azham terdiam sejenak dengan gerakan tangannya, pun ikut berhenti. Tatapannya lurus pada cermin di depannya. Aku tidak tahu, apa yang sedang dipikirkan olehnya. Yang aku tahu, dia membuang napas kasar. “Traumanya pasti belum sembuh. Apa yang dilakukan Zera kepadanya, dan apa yang dia saksikan hari itu ... pasti akan sangat membekas di ingatannya.” Pak Azham menarik napas dalam. Kepalanya tertunduk sebentar, lalu kemudian mendongak menatap wajahnya di cermin. “Saya masih ragu mem

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Membisu

    POV Melisa Aku, Mama, Ibu dan Pak Azham berjalan bersama-sama menuju parkiran rumah sakit. Setelah hampir seminggu aku dirawat di rumah sakit ini, akhirnya bisa terbebas juga. Aroma obat khas rumah sakit yang selalu mampu menghilangkan nafsu makanku. Kini tak akan lagi aku rasakan setelah kembali ke Makassar. Pak Azham memasukkan tas dan beberapa barang-barang ke dalam bagasi mobil. Setelahnya, dia berpamitan kepada Mama dan Ibu. Begitupun denganku. Setelah dari rumah sakit, kami akan segera ke bandara. Hari ini juga kami akan kembali ke Makassar. Namun, hanya kami. Karena Mama dan Ibu masih akan menetap beberapa hari di Bali. Katanya, ingin berlibur sejenak mumpung masih berada di sini. Sehingga aku dan Pak Azham pun tidak keberatan membiarkannya tetap menetap. Lagian, Ibu juga sudah lama sekali tidak pergi berlibur. Jadi, biarlah. “Kalian yakin nggak apa-apa kalau kami tetap di sini?” tanya Ibu memastikan. “Ibu nggak enak,” ujarnya lagi dengan pelan. “Nggak enak kenapa, Bu?” ta

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Harapan Azham

    “Ada apa?” tanya Azham kala melihat Melisa sering curi-curi pandang ke arahnya, yang tengah duduk di kursi dengan laptop di atas pangkuannya. “Sejak tadi kuperhatikan kamu sering melirikku. Apa kamu butuh sesuatu?” Melisa sontak salah tingkah kala Azham mengetahui dirinya sering mencuri pandang ke arah pria itu. Melisa tidak mengerti bagaimana bisa Azham tahu kalau Melisa melakukan itu, padahal sejak tadi gadis itu perhatikan Azham sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari laptop di pangkuannya itu. Aneh, pikir Melisa. “Enggak,” jawab Melisa menggelengkan kepalanya dengan kuat. Berusaha meyakinkan Azham kalau yang pria itu pikirkan itu salah. Dirinya tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan Azham. “Siapa bilang saya curi-curi pandang ke Bapak? Ngacoh,” elak Melisa dengan raut salah tingkah. Azham yang masih belum mengalihkan pandangannya ke arah laptop tersenyum mendengar jawaban Melisa, yang terdengar sedang berusaha mengelak apa yang Azham katakan. “Benarkah? Padahal seja

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Melisa Yang Konyol

    Azham masuk kembali ke ruangan Melisa setelah mengantar mama dan ibu mertuanya ke parkiran. Melisa menoleh kala mendengar suara derit pintu. Tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat sebelum Melisa memutus kontak mata dengan Azham. Pria itu melangkah perlahan mendekati brankar Melisa. Mereka terlihat masih sangat asing. Meskipun, beberapa waktu yang lalu saat kejadian penculikan dan ditemukannya Melisa. Azham sempat mengungkapkan ketakutannya terhadap keadaan sang istri. Namun, sekarang situasi kembali semula. “Mama sama Ibu sudah ke hotel?” tanya Melisa tanpa menatap Azham yang duduk di sampingnya. “Nggak Bapak antar?” Azham menghela napas kasar, dia tidak tahu apakah Melisa hanya berbasa-basi atau memang tidak tahu. Padahal, saat Diana mengatakan sudah memesan tiket pesawat sekaligus hotel Melisa tidak sedang tertidur. Juga tidak sedang dalam keadaan tidak sadar. Gadis itu bahkan memperhatikan wajah Diana saat berbicara. Akan tetapi, kenapa sekarang malah bertanya pikir Azham.

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Diana Vs Azham

    “Jangan bangun dulu.” Azham dengan cepat membantu Melisa kembali berbaring, kala melihat gadis itu mengangkat kepala hendak duduk. “Kata dokter, kamu masih butuh banyak istirahat.” Melisa yang masih lemas terpaksa kembali membaringkan tubuhnya. Padahal, dia sudah merasa pegal kalau harus terus terbaring seperti saat ini. Dia tidak punya cukup tenaga untuk berdebat dengan Azham. “Apa kamu butuh sesuatu? Katakan saja,” pinta Azham. “Mau makan, minum atau apa?” tanyanya kepada Melisa yang hanya menatapnya. Hening. Tidak ada suara yang keluar dari mulut gadis itu. Hanya ada gelengan kepala begitu pelan. Azham mengerti Melisa saat ini pasti masih sangat lemas. Suara Melisa hanya terdengar saat pertama kali siuman. Setelahnya, tidak ada lagi. Azham kemudian diam, dia duduk di kursi yang ada di samping ranjang Melisa. Membiarkan Melisa untuk beristirahat. Tidak lagi memberondong istrinya itu dengan pertanyaan-pertanyaan. Di saat mereka sedang berada di situasi hening, tiba-tiba pintu ru

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Ego Fitri

    “Di mana ruangan Melisa, Di? Aku sudah tidak sabar bertemu dengannya.” Fitri mencecar Diana untuk segera membawanya ke ruangan Melisa berada. “Kata Rian, Melisa berada di ruangan yang ada di lantai dua. Nomor kamarnya kalau nggak salah 201.” Diana dan Fitri yang mengetahui keadaan Melisa lantas bergegas ke Bali. Mereka tidak lagi ingin menunggu berita burung. Sehingga mereka pun segera memesan tiket penerbangan hari itu juga.Kedua wanita paruh baya itu bergegas ke resepsionis untuk bertanya ruangan Melisa. Setelah mereka sudah mengetahuinya. Lantas segera menuju ruangan gadis itu berada. Di saat keduanya hampir menemukan ruangan Melisa. Tidak sengaja mereka bertemu Rian dan Zera yang hendak kembali ke Makassar untuk pemakaman Leon. Fitri dan Diana yang sedang geram kepada Zera, karena telah menyeka dan menyiksa Melisa hingga membuat gadis itu kini terbaring tak berdaya di rumah sakit. Membuat emosi kedua wanita itu tersulut ketika melihat gadis itu. Keduanya bersama-sama menghamp

  • Dosen Killer Itu Suamiku   Kepergian Leon

    Seorang gadis cantik dengan bulu mata lentik yang di wajah dan hampir seluruh tubuhnya dipenuhi luka terbaring tak berdaya di atas brankar rumah sakit. Di samping brankar itu seorang pria duduk di sana sambil menggenggam tangan sang gadis. Menunggu kesadaran gadis itu segera didapatinya. Sudah beberapa jam gadis itu menutup mata rapat tanpa tahu kapan akan membukanya. Padahal dokter sudah mengatakan kepada pria itu kalau sebentar lagi dia akan tersadar. Namun, karena begitu khawatir pada sang gadis. Pria itu merasa waktu beberapa menit sangatlah lama. Tangan gadis itu terpasang selang infus, hidungnya terpasang selang bantu pernapasan. Juga beberapa bagian tubuhnya terpasang alat yang entah fungsinya untuk apa. Pria itu tidak tahu. Yang dia tahu kondisi gadis itu sedikit memburuk akibat di sekap, lalu disiksa. “Melisa, tolong buka matamu. Jangan buat aku khawatir seperti ini,” ucap Azham dengan suara bergetar masih menggenggam tangan Melisa. Ya, gadis di atas ranjang rumah sakit i

DMCA.com Protection Status