Home / Romansa / Dosen Kampret itu, Suamiku!! / [4] Shitty Morning Ever!

Share

[4] Shitty Morning Ever!

Author: qeynov
last update Last Updated: 2023-07-03 16:03:45

Udin Anjing!

Kelas Udin Anjing!

Bangun!

Neraka!

Kamarudin mencengkram handle pintu ditangannya. Pria itu baru saja melebarkan daun pintu ketika berpikir Anya mengumpatinya. Suara Anya terdengar sangat keras— membuat dirinya yang sedang menggosok gigi berniat menghampiri sang mahasiswi.

“Dia masih tidur, lalu suara dari mana ini?” gumam Kamarudin mencari sumber suara.

Anya memang mengumpati dirinya, menyebutnya sebagai hewan dan itu disebutkan sebanyak dua kali— tapi bukan gadis itu yang sekarang berteriak.

Ah, wanita maksudnya. Semalam dirinya sudah mengambil kegadisan Anya sampai tak bersisa.

Udin Anjing!

Kamarudin melirik tajam hand bag yang tergeletak di atas sofa kamarnya. Ia merasa dari sanalah umpatan tersebut berasal.

 Kaki Kamarudin melangkah, mendekati tas milik Anya. Semakin ia mendekati sofa, suara mahasiswa perempuannya tersebut, semakin terdengar lebih keras.

ANYA NILAI F

NO!!” Anya berteriak. Alarm ponsel yang dirinya setting dua jam sebelum kelas sudah berbunyi. Ia tidak boleh terlambat di hari pertama kuliah. Kelas ini merupakan kelas ketiga yang dirinya ikuti. Jangan sampai mengulang. Anya bosan melihat dosen yang sama setiap semester ganjilnya.

“Kamu custom alarm dengan umpatan, Anya?”

“Hah? Kok ada suara si Udin Anjing, sih?!” gerutu Anya. Sepertinya ia terlalu membenci pria itu sampai-sampai terbayang-bayang suaranya. Kalau tidak salah ingat, ia juga seperti bertemu dengan sang dosen.

“Duh kepala gue rasanya mau copot.” Erangnya karena efek alkohol semalam. “Eh, badan gue juga. Aduh! Pegel bang… Huwaaa! Udiiin! Ngapain lo di kam..” Anya menghentikan teriakannya ketika memandang daun pintu dibelakang tubuh dosennya.

“Kok kaca? Perasaan pintu kamar mandi gue warnanya pink deh.”

“Itu memang bukan pintu kamar mandi kamu, Anya. Pintu itu milik saya.”

“Aaaaa!!” Anya kembali meneruskan teriakannya. Gadis yang tak lagi gadis itu berdiri. “Wey! Berasa ada yang gelantung… Aaaaakkk!!” lagi dirinya berteriak setelah menyaksikan kedua payudaranya tidak terlapisi kacamata sakti yang disebut dalaman.

Anya mendekap kedua asetnya erat sampai terhimpit, tapi pemandangan selanjutnya membuat mulutnya kembali bersuara sangat keras.

“Aaaaaakkkkkk!!”

Kamarudin sampai menutup kedua telinganya. Teriakan Anya sungguh dahsyat sekali. Mengalahkan pengeras suara yang biasa digunakan untuk demo para mahasiswanya.

Why gue nggak pakai baju? Bulu itu gue keliatan!”

Kamarudin mengulum bibirnya. Ia ingin tertawa mendengar ucapan Anya. Wanita itu sepertinya belum sepenuhnya sadar. Lihat saja dari tingkah lakunya sekarang. Sempat-Sempatnya dia membahas mengenai bulu kemaluannya. Padahal jelas-jelas tidak hanya inti tubuhnya saja yang terlihat, melainkan seluruhnya.

by the way, kamu sedang telanjang sekarang, Anya Calista. Coba lihat penampilan kamu dikaca itu,” ucap Kamarudin sembari menunjuk meja rias tempat dimana ia biasa meletakkan skincarenya.

“ANJENG!” kontan saja Anya menyambar selimut di bawah tubuhnya. “Tutup mata lo, Pak! Tutup!”

Kamarudin mengedikan bahunya. “Saya sudah melihat dan menikmatinya semalam,” selorohnya seolah tak ada beban. Pria itu lantas menuju lemari pakaian.

“Tidak usah teriak-teriak, kamu akan membuat seluruh tetangga apartemen saya keluar dari unit mereka.” Pria itu dengan santainya melepaskan handuk yang melilit pinggangnya.

“Bok-Bokong!”

“Kenapa? Mau kamu remas lagi seperti semalam?” tanya Kamarudin lalu mengerlingkan sebelah matanya. Ekspresi Anya sekarang begitu menghibur dirinya. Anya terlihat sangat menggemaskan dengan wajah shocknya.

“Sa-saya ngeremes itu?”

Kepala Kamarudin mengangguk, mengiyakan pertanyaan Anya.

“Nggak mungkin!”

“Coba ingat-ingat. Semalam kita barter loh. Semalam kamu meremas pantat saya dan sebagai gantinya saya meremas…” Kamarudin tak menjabarkan secara rinci. Pria itu memberikan kode melalui lirikan.

Tete saya?”

Correct!” pekik Kamarudin menjentikan jarinya.

God!” Anya mendudukan dirinya. “Jangan bilang semalem kita ena-ena, Pak?”

What is ena-ena?

Making love!” Anya menaut-nautkan telapak tangannya. Membolak-balik tangannya sembari, “ah-ah!” membuat desahan buatan.

CK! Desahan kamu lebih enak didengar yang semalam, Anya!”

“The Fuck! Gue nggak peduli, Guk!” murka Anya membalas kalimat tak berguna Kamarudin. Ditanya apa, balasnya kemana. Faktor U memang beda.

“Kamu mau kuliah atau izin saja?!”

“Kuliah lah! Ya kali hari pertama gunain kesempatan bolos. Kan pulang pagi.”

“Sejak kapan ada pulang pagi di kelas saya?!” Satu alis Kamarudin naik. “Kalau hanya membacakan RPS, percuma kalian bayar mahal-mahal. Seharusnya kalian protes kalau ada dosen yang seperti itu.”

“Ya terus ngapain Bapak nanya libur apa masuk?!”

“Siapa tahu kamu ingin beristirahat setelah percintaan kita semalam.”

Anya mengepalkan tangan. Asli! Kenapa dirinya harus menghabiskan malam dengan salah satu manusia yang dirinya benci. Ada banyak laki-laki di dunia ini. Mengapa harus melakukannya dengan Udin Anjing.

Tidak! Tidak!

Kepala Anya menggeleng. Bisa saja dirinya diprank sekarang. Sedang musimnya antar manusia melakukan prank.

“Kita nggak beneran making love kan, Pak?”

“Tenang saja. Saya pasti bertanggung jawab.”

“Nggak Usah!” jawab Anya, ngegas. Sampai hiu megalodon bangkit dari kepunahannya, Anya tak akan mau menerima segala bentuk tanggung jawab si dosen anjing.

Never!— lebih baik dirinya jomblo seumur hidup dibanding harus menikah dengan pria yang dibencinya.

“Kenapa? Kamu nggak takut hamil?!”

“Nggak apa-apa hamil di luar nikah. Siapa tahu saya bakalan dicoret dari Kartu Keluarga. Kalau beneran kejadian, nanti Bapak, saya traktir mie ayam grobakan depan kampus.”

Baru kali ini Kamarudin menemukan wanita seperti Anya. Perempuan itu sama sekali tidak takut didepak oleh keluarganya. Alih-Alih takut, Anya malah tampak senang dimatanya ketika membayangkan dirinya diusir.

“Saya tetap akan bertang..”

Ceklek..

Pintu kamar terbuka menampilkan sesosok wanita paruh baya.

“Aaaakk! Kamarudin! Apa yang kamu lakukan dengan anak gadis orang?!”

Kamarudin mengerjapkan matanya berulang kali. Ibunya— Ia tidak salah lihat. Wanita yang berdiri pada ambang pintu itu merupakan sosok yang telah melahirkannya ke dunia. Kanjeng Nyai Ratu Miranti Hasan, si pemilik tatanan surya dan seisi jagat raya.

“Pakai sempak dan pakaian kamu, Kamarudin! Mama tunggu di ruang tamu!” bentak Miranti membuat Kamarudin menyadari ketelanjangannya.

Shit!

“Kamu mengumpati Ibu, Kamaru?”

“Bu-Bukan, Bu. Kamaru..”

 “Hais, diam!” potong Miranti. “Kamu juga young lady, kenakan pakaian kamu dengan segera!” tunjuk Miranti pada Anya yang terlihat layaknya penonton penonton bayaran yang pasif.

“Loh, kok saya juga, Bu?!” beo Anya.

“Ya karena kamu yang sekarang ada di atas ranjang anak saya!”

Brak!!

Pintu lantas dibanting keras dari luar.

“Anya pakai pakaian kamu. Cepat! Kalau tidak, daun telinga kamu bisa putus dijewer sama Ibu saya.”

“itu Mamanya, Pak Udin?!”

“Iya, Anya!” geram Kamarudin.

“Kok nggak mirip? Bohongan ah! Jangan ngaku-ngaku deh, Pak. Ada pasalnya loh sekarang. Masuk ke penipuan…”

“Saya mirip, Bapak saya! Puas kamu?! Cepatlah! Ibu saya mantan dukun santet online. Mau kamu disantet jadi teripang?!”

“Sumpah, Pak? Masih bisa nyantet nggak? Saya mau pake jasanya buat dikirim ke ibu tiri saya..”

Kamarudin meremas rambutnya. Ia menyandarkan tubuhnya pada lemari untuk membentur-benturkan kepalanya disana. Seluruh tubuhnya melemas. Ia lupa jika Anya adalah mahasiswi yang kerap membuat saraf-saraf dikepalanya hampir putus.

“Seharusnya semalam saya tidak bertemu kamu, Anya!” lirih Kamarudin, tragis. Paginya tidak hanya ramai, tapi juga menjengkelkan.

.

.

“Duduk kalian berdua!” titah Miranti.

Kamarudin sungguh sangat menyesal. Mengapa di usianya yang sebentar lagi menyentuh angka 35, dirinya tetap diperlakukan layaknya anak kecil oleh sang ibu. Ia lupa jika ibunya akan selalu bertandang ke apartemennya untuk mengantarkan sarapan.

‘Semoga Ibu tidak bersama Bapak,’ ucapnya memanjatkan doa di dalam hati. Biasanya wanita itu berkunjung dengan suaminya agar mereka dapat menghabiskan sarapan bersama. Tapi mengingat dirinya tak melihat batang hidung sang bapak, seharusnya dirinya aman.

“Bu, sambalnya sudah Bapak ambilkan.. Ada apa ini?”

‘Gusti Pangeran,’ desah Kamarudin. 

“Kenapa ada perempuan di tempat anak kita, Bu?”

“Pak, jangan genggam tangan saya dong! Sakit! Kukunya Bapak nancep ini!” amuk Anya. Ia menggoyang-goyangkan tangannya supaya genggaman mereka terlepas.

“Kamaru! Di depan Bapak dan Ibu, kamu masih berani romantis-romantisan?” tegur Atalarik Hasan—sang bapak. “Dimana etika kamu? Setahu Bapak, Bapak menyekolahkan kamu sampai tingkat strata dua. Apa disana tidak diajarkan sopan santun, Pak Dosen?”

“Maaf, Bapak.” Barulah Kamarudin melepaskan tangannya.

Anya memiringkan tubuhnya, “dih iya lagi, Pak. Bapak mirip sama Papanya. Anjir! 100% saya nggak raguin lagi, Pak.”

“Tutup mulut kamu, Anya. Jangan buat kita berada di tepi jurang,” bisik Kamarudin. Tidak tahukah gadis disampingnya ini jika mereka sedang berada di antara hidup dan mati. Bisa-Bisanya dia membahas hal yang tidak penting.

“Ibu mau tanya.. Kalian sudah bercinta?”

Kamarudin tidak pernah berbohong, terlebih kepada wanita yang bertaruh nyawa untuk melahirkannya. Kepalanya menunduk— memberikan respon yang pastinya diketahui oleh Miranti.

Hadoh, Kamaru!!” sentak Miranti, geleng-geleng kepala. “Kamu se-depresi itu apa sampai ngelakuin semua ini? Ibu kenal kamu, Nak. Nggak mungkin kamu seperti yang dituduhkan mantan pacar kamu itu! Hanya karena kamu tidak terlihat menginginkan wanita, bukan berarti kamu homo!”

Ya, alasan Kamarudin diselingkuhi dengan kerabat dekatnya sendiri ialah karena tuduhan gay yang dilayangkan Michelin, mantan kekasihnya. Wanita itu berasumsi jika Kamarudin memiliki penyimpangan seksual. Selama tujuh tahun mereka berpacaran, Kamarudin tidak pernah menyentuh Michelin lebih dari sebatas ciuman bibir.

Maraknya pemberitahuan tentang berbeloknya haluan para kaum adam membuat kepercayaan Michelin menghilang. Padahal ia sudah mengatakan jika dirinya akan menyentuh wanita itu nanti setelah mereka menikah.

Tetap saja— Michelin tak menggubrisnya.

“Pak Udin pelangi?” cicit Anya, terkejut dengan informasi yang didengarnya.

“Tidak Anya! Kamu sendiri sudah merasakan keperkasaan saya semalam!” gigi-gigi Kamarudin bergemeletuk. Ia ingin menyeret Anya kembali ke kamar untuk menghukum pikiran jahat wanita itu.

“Kalian harus menikah!”

“Benar itu!” timpal Atalarik. Putranya memang harus bertanggung jawab. “Kamu sudah merusak masa depan seorang gadis, Kamaru! Tunjukan kalau kamu bukan laki-laki tidak berguna!”

“Eh, Eh, Eh!” Anya merentangkan telapak tangannya di depan dada, “saya nggak butuh, Pak, Bu. Saya ini cuman wanita bayaran! Iya! Kupu-Kupu Malam, nah itu sebutannya yang lagi viral sekarang!” bermaksud melindungi diri dan menolak pertanggung jawaban, Anya justru mengundang pekikan super maha dahsyat dari kedua orang tua Kamarudin.

“APAH?!” 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Carla
anya emang di luar nalar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [5] Serangan Balasan

    “Benar itu, Kamaru?” selidik Miranti. “Nak! Nggak ada perempuan lagi, selain wanita panggilan?” bentaknya murka.Mengapa anaknya asal saja meniduri perempuan? Padahal di luaran sana banyak yang tergila-gila kepadanya.“Ya Tuhan, Kamaru!!”“Bu, dia berbohong! Anya ini mahasiswi Kamaru di kampus.”“Eh, Pak!” Anya memukul paha Kamarudin, “emang kalau mahasiswa nggak bisa jual diri? Banyak tau di kampus yang jadi sugar baby!” sudah kepalang tanggung kan. Aktingnya harus totalitas supaya hidupnya tak semakin menjadi berantakan.“Makanya jangan cuman liatin yang berbatang aja, Pak.” Ejek Anya, termakan oleh cerita ibu Kamarudin.“Kamu beneran nggak suka perempuan, Kamaru?!” kali ini Atalaric yang menghardik putra keduanya. Ada raut khawatir yang tampak pada wajah pria paruh baya itu.“Astaga!” desah Kamarudin, menyugar rambutnya ke belakang. “Pak, saya loh merawanin dia!” jawabnya setengah kesal karena tidak dipercayai. “Coba lihat itu sepanjang lehernya, yang buat saya Pak.”“Loh katanya n

    Last Updated : 2023-07-03
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [6] Melamar Tanpa Gagal

    “Anya, terima saya ya?! Ibu sudah nggak sabar nunggu itu,” Kamarudin menggeser posisi tubuhnya. Tepat di depan Anya, wanita itu kembali dapat melihat sosok Miranti. “Hi, calon menantunya, Ibu!” Miranti melambaikan tangannya meski belum mengambil langkah untuk mendekat.Wajah Anya memucat. Kamarudin tidak hanya sendirian, pria itu membawa antek-antek absurdnya untuk membalaskan dendam. “Nya,” senggol Flora yang berada di sisi kiri Anya. “Ngomong sesuatu jangan diem aja!” pinta sang sahabatnya. “Gue sampe mau pingsan nih!”“Ginjal gue juga gemeteran, Nya,” sambung Angel, memberitahukan keadaannya usai mendengar pengakuan dosen idolanya.Jangankan Flora dan Angel— Anya tak sekedar ingin pingsan, kalau bisa malah mati aja sekalian. Sepertinya baru satu ia merasakan surga dunia tanpa bimbingan Kamarudin. Kenapa sekarang justru begini nasibnya.“Gaes, tolong bantu saya untuk membujuk Anya.” Kamarudin bangkit, ia menggunakan atensi para mahasiswanya yang tengah mengerubungi mereka. “Saya b

    Last Updated : 2023-07-03
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [7] Restu yang Tak Diperlukan

    Anya merasa sangat sedih berada ditengah-tengah keharmonisan keluarga Kamarudin. Kedekatan mereka semakin membuka lubang menganga di hatinya. Ia telah kehilangan momen berharga tersebut bertahun-tahun lamanya.Wanita itu tersenyum miris. Ingatan mengenai kebahagiannya bersama kedua orang tuanya masih terekam indah di dalam benaknya. Entah kapan semua itu dapat terulang kembali. Rasanya tak akan mungkin mengingat perseteruan mereka.Anya tak menginginkan banyak hal. Berharap kedua orang tuanya kembali bersama merupakan sebuah kemustahilan, yang tak mungkin dapat terwujud. Ia sadar diri. Selain sang papa yang begitu membenci mamanya, wanita yang melahirkannya pun telah banyak menelan duri yang sengaja dijejalkan ke dalam tubuhnya. Sakit hati mamanya, sampai kiamat pun, papanya tidak akan bisa menyembuhkannya. Kesalahan pria itu terlalu fatal.“Lihat loh, Shaf. Dua Mas mu kalau cari pasangan oke-oke semua. Kamu kok dapetnya yang modelan papan catur mukanya! Abstrak!”“Bapak! Jangan godai

    Last Updated : 2023-07-09
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [8] Rahasia Kelam, Keluarga Anya

    “Dengan siapa kamu di restoran tadi, Anya?!”“Bukan urusan, Papa!” Anya melenggang pergi, melewati ruang tamu dimana papanya menunggu dirinya. Ia sedang malas bertengkar. Seluruh energinya telah tersedot habis oleh rangkaian peristiwa yang dirinya lalui hari ini. Anya membutuhkan istirahat cukup untuk melalui hari-hari selanjutnya.“Anya! Papa bertanya sama kamu!”Menghakimi lebih tepatnya. Papanya tak pernah hanya bertanya. Apa pun topik yang dibuka, pria itu akan berakhir menyudutkan dirinya. Jadi Anya tak akan meresponnya kali ini. Sungguh, ia ingin merasakan empuknya ranjang.“Mas, ada apa sih ini? Kenapa teriak-teriak begitu?!”Anya memperlambat langkah kakinya saat suara Soraya terdengar pada gendang telinganya. Nenek sihir itu sudah muncul. Anya ingin memastikan mulutnya yang jalang tidak mengeluarkan kata-kata buruk untuk mamanya.Kalau urusan menghadapi Soraya, Anya memiliki simpanan energi ekstra yang tercadang di dalam tubuhnya. Seletih apa pun dirinya, Anya siap jika harus

    Last Updated : 2023-07-09
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [9] Menampik Perasaan

    Ketukan pintu kamar menampilkan salah satu ART keluarganya. Satu yang tersisa setelah mereka memilih mengundurkan diri karena sang nyonya tak lagi berada di istananya. Wanita paruh baya itu memberitahu, jika Tanu sudah menunggu kehadiran Anya di meja makan. Memuakkan! Papanya sama sekali tak pernah menyerah meski tahu acara makan itu akan berakhir dengan sebuah pertengkaran. Dia terlalu terobsesi ingin membangun keluarga cemara. Sayangnya Anya tak akan mengabulkannya. Ia bukan bagian dari Tanu Handoyo beserta nyonya barunya. “Bilang sama Papa, Bik. Duluan aja. Aku mau langsung ke kampus.” Anya menjelaskan kalau dosennya pagi ini sangat killer. Dosennya tidak menerima keterlambatan, walau itu satu menit saja. Mengingat ramainya kota Jakarta, kemungkinan terjebak macet sangatlah besar. “Tolong ya, Bik,” pinta Anya ramah. Wanita dihadapannya merupakan seseorang yang membantu mamanya untuk merawat dirinya sejak kecil. Dia sengaja tetap tinggal bersama suaminya. Mengabdikan dirinya unt

    Last Updated : 2023-07-09
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [10] Udin Kampret!

    Anya berlari, menyongsong tubuh sang mama. Wanita itu telah menunggunya dengan tangan direntangkan. “Mama!” Panggil Anya, menumpahkan segala kerinduannya. Hanya beberapa hari tak bertemu, rasanya seperti lima abad. Kerinduan kepada sosok sang ibu membuat Anya melupakan kekesalannya. Ia tak lagi ingat pada cekcoknya dengan Kamarudin di mobil. Pria menyebalkan itu benar-benar spesies terkampret di dunia. Mulutnya yang nyinyir melebihi si nenek sihir, mengomentari dirinya yang tidak sengaja mendengkur saat tertidur. Woy, ngorok itu manusiawi ya! Apalagi setelah tidak tidur semalaman. Tubuh manusia juga memiliki batas. Wajar ia mendengkur karena terlalu lelah. Memang dasarnya Kamarudin saja yang suka cari gara-gara. “Anya kangen banget.” Anya bergelendot manja. Sebuah hal yang tidak Kamarudin pernah lihat ketika anak itu berada di kampus. Mahasiswanya itu selalu tampil garang. Hampir tak ada mahasiswa lain berani mengganggu karena kegalakannya. Macam-Macam sedikit, pasti langsung diliba

    Last Updated : 2023-07-09
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [11] Menyelamatkan Anya

    Plak!!Tanu Handoyo membulatkan matanya ketika sebuah tamparan mendarat pada pipinya. Matanya berkilat marah, tak menyangka mantan istrinya memberikan salam pembuka yang begitu kasar.“Apa yang kamu lakukan, Sasmita?!” Ia baru saja sampai dan hendak menyapa wanita itu. Belum sempat mulutnya yang terbuka mengeluarkan suara, sapaan lain justru menyambutnya. Membuat pipinya terasa kebas.“Seharusnya saya yang bertanya begitu, Mas!” Murka Sasmita, membentak. Kelembutannya tak lagi terlihat saat berhadapan dengan sang mantan suami. Ia kecewa— teramat sangat. Disaat pria itu dapat menugaskan seseorang untuk mengawasinya, mengapa dia tak melakukan hal yang sama untuk putri mereka. Dengan begitu putri mereka tidak akan terperosok pada lubang kesalahan.“Apa yang selama ini Mas lakukan sampai nggak becus jaga anak kita satu-satunya?” “Maksud kamu apa?” tanya Tanu. “Ada apa ini, Anya? Kenapa Mama kamu marah-marah ke Papa?” Pria itu lantas mengalihkan fokusnya, meminta penjelasan kepada sang pu

    Last Updated : 2023-07-09
  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [12] Pak Tanu Mengajukan Syarat

    Pemandangan menyakitkan terlihat ketika Tanu Handoyo menyeret lengan Anya. Gadis itu diseret memasuki rumah mewahnya, menimbulkan kepanikan dalam diri Asih— wanita yang selama ini menjaga Anya, layaknya putri sendiri.Asih sudah mendapatkan pesan dari sang nyonya. Ia langsung berlari keluar, menanti kedatangan dua majikannya dengan hati berdebar.“Tuan, tolong lepaskan Mbak Anya. Kasihan Mbak Anya, kesakitan, Tuan,” mohon Asih, mengiba.Tanu menghentikan langkah kakinya, “masukan Anya ke kamarnya. Jangan biarkan dia keluar atau kamu yang menanggung akibatnya, Asih!” Ancam Tanu sembari mendorong tubuh Anya. Ia tidak akan membiarkan putrinya melangkah satu senti pun dari rumahnya. Anya akan dirinya tawan layaknya seorang tawanan.“Pah ada apa lagi ini? Anak kamu bikin ulah lagi?” Tanpa sebuah basa-basi, Soraya muncul dengan pemikirannya. Dimantanya Anya memang selalu saja bertingkah hingga menyebabkan papanya uring-uringan. Padahal gadis itu hanya perlu menurut dan kehidupannya akan sej

    Last Updated : 2023-07-09

Latest chapter

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   TAMAT

    Kegagalan Josephin dalam menikahi Jesika secara dadakan akhirnya terbalas. Dikarenakan dirinya yang merupakan kakak Kamasea, ijab qobulnya pun dilaksanakan terlebih dahulu. Tak seperti biasa, Josephin benar-benar tidak mau mengalah pada saudara kembarnya. Untuk pertama kalinya ia bersikap egois, memprioritaskan dirinya di atas kemauan sang adik. “Hi, Wife..” Sapa Josephin dengan senyuman sehangat mentari kala penghulu telah mengesahkan pernikahan mereka. “Hello, Jo..” Pada meja yang bersebelahan dengan prosesi ijab qobul Josephin, Kamasea berseru. “Cih! Abang shut up! Gilirannya Ceya ini!!” Seruannya itu terdengar oleh seluruh tamu undangan mengingat adanya alat pengeras yang terpasang di atas meja ijabnya. “Ya Tuhan.. Punya anak pada ngebet kawin.. Dikira kawin enak kali ya..” gumam Anya, menepuk keningnya. Setelah Michellion yang biang kerok itu ia lepaskan dengan segenap keikhlasan hati, kini tibalah pada momen yang menurut Anya paling berat. Sebagai seorang ibu yang mencintai

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [237] Michellion Kena Usir

    Duka mendalam sedang dirasakan oleh Alexiz. Sejak penghulu yang menikahkan putrinya pulang, pria tampan itu terus saja menangis. Kenyataan dimana putrinya telah dipersunting oleh anak sahabatnya semakin terasa nyata.“Tell me! It was a dream, right? Tadi mereka cuman simulasi ijab aja kan?!” Ucap lirih Alexiz yang belum dapat menerima kenyataan.Melepaskan putri kesayangannya ke tangan pria lain merupakan mimpi terburuk Alexiz. Apalagi kepada orang seperti Michellion Hasan yang ia kenal baik kebobrokannya.“Alexiz, wake up! ini nyata! Lexa kita udah nikah, Lex. Dia akhirnya bisa raih cita-citanya..”Alexiz pun terhenyak. ‘Cita-Cita sampah sialan!’ maki pria itu dalam hati.Sejak kapan tepatnya menikah menjadi cita-cita? Putrinya sungguh abnormal. Disaat anak lain mencita-citakan pekerjaan setinggi langit, putrinya yang cantik dan sedikit tidak baik hati justru mengidam-idamkan lelaki bermasa depan suram seperti Michellion.Ngenes.. Ngenes! Mana anak satu-satunya lagi ah!“Stop crying

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [236] Gagal Kawin

    “Saya terima nikah dan kawinnya, Alexa Sasongko bin..” “Bin.. Bin-tiiii..” Plak! “Argh, Mama!!” erang Michellion kesakitan. “Satu tarikan napas, Ichell!! Satu tarikan!” berang Anya tak mengindahkan protes kesakitan bungsunya. “Serius dong! Jangan salah-salah mulu! Sekali salah lagi, nggak bisa kawin selamanya kamu!” timpal Anya, menakut-nakuti Michellion. Putranya sudah dua kali mengacaukan ijab qobulnya. Anya kan gemas jadinya. Kalau memang tidak niat menikah, anak itu seharusnya bersikap gentle, berani mengakui ketidaksiapannya di depan Alexa dan keluarganya. Memang dasar Michellion! Otaknya hanya berkembang jika menyangkut uang, selebihnya mah nol besar. Michellion yang ragu dengan pernyataan Anya pun bertanya, “masa sih, Mah? Masa gitu doang Ichell terus harus jadi jomblo seumur hidup?” “Dih, nggak percaya-an! Auto blacklist kamu tuh. Iya kan Pak Penghulu?” “Ng..” Melihat pelototan maut Anya, penghulu yang tadinya hendak menyangkal pun merubah jawabannya. “Iya, Mas! Mas h

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [235] Balada Mahar dari Uang Haram

    “Gundulmu!” Sembur Alexiz, ngegas.Calon menantunya memang minta ditendang sampai ke Afrika. Ya mengapatidak– disaat suasana sedang panas-panasnya, anak itu tetap bisa mengelantur.Padahal ia sedang panas dingin karena mendeteksi adanya sinyal permusuhan dariorang-orang rumahnya.Anya menjentikan jari. “Woi! Jadinya gimana? Kaki gue pegel nih berdiri mulu!” tanya perempuan itu tak santai.“...”“Mah, Mah!!” sela Josephin karena omnya tak kunjung menanggapi pertanyaan sang mama. “Nikahin sekarang aja sekalian, Mah. Itung-itung jagain Om Lexiz kalau berubah pikiran lagi ntarnya..”“What?!”Siapa sangka jika usul Josephin itu mengagetkan dua pria disana.Iya, kalian tidak salah jika menebak pekikan tersebut berasal dari mulut Michellion dan calon papa mertuanya.Kali ini keduanya terlihat sangat kompak. Karena kekompakan yang jarang terlihat itu, keduanya bahkan sampai bertatapan mesra.Respon kaget yang mengisyaratkan ketidaksetujuan itu berbanding terbalik dengan Alexa.Alexa yang te

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [234] It's My Dream, Pah!

    ‘Anjing lah! Perasaan gue jadi anak udah sholeh, kenapa ada aja sih ujiannya!’Ditengah umpatan yang Michellion pendam, bibir anak itu berkedut dikarenakan senyuman yang terpaksa harus dirinya hadirkan.“Kamu, bla-bla-bla..”Dengan wajah datarnya— bungsu kamarudin itu berpura-pura fokus mendengarkan. Setiap kali nada papa Alexa berubah, ia menganggukkan kepala. Padahal ia sendiri tidak menyimak serius kalimat-kalimat yang dikeluarkan oleh omnya.“Gara-gara kamu masa depan Lexa jadi kacau gini! Kalau sampai kamu nanti nggak bisa bahagiain Lexa... Siap-siap aja ya kamu.. Om bakal kirim kamu ke neraka jahanam!”“Heum..” gumam Michellion lemah sebagai jawaban.“Jalur express!!”“Via darat apa laut, Om?” celetuk Michellion. Ia paling tidak betah jika harus terus dalam mode serius. Menjadi orang serius bukanlah bakatnya. Melakukan itu hanya membuatnya lelah jiwa dan raga.“What the..”“Uhuk!! Banyak anak dibawah umur disini, Lex!” tegur Kalingga. Setelah tak bisa menghadiri acara lamaran ke

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [323] Dasar Manusia Durjana!

    Pada hari berikutnya, kediaman Anya kembali ramai. Kali ini lamaran datang dari pihak orang kepercayaan Kamarudin.“Apaan nih, Man? Pake repot-repot segala.”“Sogokan biar lamarannya nanti diterima, Bu.” Kekeh Lukman dengan tawa renyah di akhir kalimatnya.“Aigo! Mana ada Kenan ditolak.. Bawa diri aja udah pasti diterima lamarannya.” Sahut Anya, membalas.Anya tak mungkin mempersulit masuknya Kenan ke dalam keluarga besar mereka. Selain dikarenakan putrinya yang terlanjur cinta mati, Kenan sendiri sudah dirinya incar sejak keduanya baru mendekatkan diri.Andaikan Kamarudin tidak bertindak sebagai ayah yang terlewat posesif kepada putrinya, pembicaraan tentang pernikahan Kamaseda dan Kenan pasti sudah lama terealisasikan.“Masuk, yuk.. Kita kirain nggak jadi kesini.. Abisnya lama banget nggak nyampe-nyampe kaliannya.” Ujar Kamarudin, mempersilahkan.“Iya, nih!! Ceya sampe udah mau banjir air mata itu..” pungkas Anya, menimpali perkataan Kamarudin.Kenan pun meminta maaf karena telah me

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [322] Drama Lamaran Josephin

    Sudah diputuskan!! Demi menghargai silsilah persaudaraan diantara anak-anaknya, Kamarudin dan Anya pun akhirnya menentukan hari yang berbeda untuk prosesi lamaran ketiganya. Ya, hanya 3 karena Josephin tidak dihitung.. Menjelang hari lamarannya, Josephin untuk sementara waktu diungsikan ke rumah orang tua Anya. Anak itu akan mengetuk pintu rumah mereka dengan didampingi opa dan kedua omanya. Terdengar rempong kan?! Namun bagi Anya, alur seperti itu, hukumnya wajib untuk dijalankan. Anya tidak ingin melepas putri pertamanya dengan asal-asalan. Ia ingin putrinya dilepaskan dengan alur yang semestinya, seperti para anak perempuan milik orang lain. Untuk itu, Josephin pun harus melakukannya sesuai prosedur, dengan bertindak seolah-olah dia merupakan pihak luar yang hendak meminang putri dari keluarganya. Yah, salah sendiri ngebet nikahnya sama dengan angota keluarga sendiri. Coba saja anak itu memilih gadis lain, pendampingan pada lamarannya pasti akan ditemani Anya dan Kamarudin se

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [321] Poor Michellion

    “Ya Tuhan,” desah Kamarudin.Pria itu meletakkan ponselnya ke atas meja kerja.“Sialan lo, Lex!”Beberapa detik yang lalu Kamarudin baru saja mendapatkan laporan. Ia akhirnya mengetahui jika sahabat baiknya lah yang menjadi dalang dari meledaknya tagihan putra bungsunya.Sungguh sahabat yang baik. Pria itu sangat tahu cara untuk membalaskan dendamnya. Dengan begini, ia jadi tak bisa berkutik, termasuk memarahi putranya agar Michellion dapat belajar artinya bertanggung jawab dalam menggunakan uang.Yah, mereka juga tak mungkin mengambil kembali barang-barang yang telah diberikan. Hal itu sangat tidak etis. Sebesar apa pun mereka merugi, apa yang mereka hadiahkan jelas sudah menjadi hak si penerima, terlepas dari seberapa liciknya Alexiz dalam memanfaatkan momentum lamaran putrinya.“Man, buat lamaran Ceya nanti, kalian udah nyiapin apa?” tanya Kamarudin, mengangkat kepalanya dan memandang Lukman yang saat ini tengah membaca berkas di meja tamu ruangan kerjanya.“Standar saja sih, Pak..

  • Dosen Kampret itu, Suamiku!!   [320] Warisan Ichell Terancam Dipotong

    Michellion berjalan mengendap setelah melewati pintu utama rumahnya.Kepalanya celingukan, memastikan jika dirinya aman, tak berpapasan dengan sang mama.Gila, Gila!Seharian berkeliling mencari hadiah benar-benar membuatnya ingin mati berdiri.Ia tidak tahu pasti berapa uang yang telah dirinya gelontorkan, tapi mengingat banyaknya perhiasan dan hal-hal lain yang calon papa mertuanya beli, sudah dipastikan ia akan tinggal nama ditangan mamanya.“Chell..”“Ssst, Kak, jangan kenceng-kenceng!” hardik Michellion, pelan. Ia kan tengah menghindari pertemuan dengan mamanya. Kalau sampai mamanya tahu ia sudah pulang, habis sudah telinga dan kewarasannya.Di Balik tembok yang memisahkan ruang tamu dengan keluarga, Michellion melambaikan tangan, mengundang sang kakak untuk mendekat ke arahnya.“Apaan sih? Kamu yang kesini lah!”Mendengar jawaban kakaknya, Michellion pun menghentakkan kaki-kakinya.“Cepetan ih!!” pinta Michellion, setengah mengerang.Rumahnya mungkin terlihat sepi, tapi dibalik

DMCA.com Protection Status