Hayoloh Papa Udin. Anaknya denger..
Kamarudin menutup matanya saat sebatang coklat melayang mengenai perutnya. Ia terlalu bersemangat dalam mengkritisi ucapan sang istri, sampai melupakan keberadaan Kamasea didekatnya. “Sea, Sayang..” “Ceya enciy, Papa! Papa dak tayang Ceya agi!” “Sayang, Nak, maksud Papa bukan begitu.” Josephin merentangkan tangannya, begitu juga dengan Jesika. Kedua anak itu terlihat menghalangi Kamarudin yang hendak mendekati adik mereka. “Auh-auh aliy Ceya!” Sentak Josephin. Tatapannya tajam seolah tengah memberitahukan jika dirinya sangat marah saat ini. “Sea, kita ke kamar yuk. Sea main aja sama Jesi ya..” Jesika menggandeng tangan kecil Kamasea. “Jo, ayo!” Ajaknya pada Josephin. “Papa, hahat!” Tekan Josephin sebelum angkat kaki, meninggalkan Kamarudin yang terpaku ditempatnya. “Hayoloh, Din! Kamu sih ngomongnya sembarangan, nggak liat-liat dulu. Jadi dibenci sama anak-anak kan, kamu.” Kamarudin mengacak rambutnya. “Babe, this happened because of you! ” Ucap Kamarudin, lirih. Jika bukan ka
“Mati gue!”Anya terus menggigit jari telunjuknya. Wanita itu berjalan mondar-mandir, persis seperti sebuah setrika yang sedang digunakan.“Uang bulanan, bonus tahunan..” Anya mencoba menebak-nebak hukuman apa yang akan Kamarudin berikan kepadanya. Biasanya ketika Anya membuat masalah, Kamarudin akan memotong anggaran dan bonus-bonusnya. Lebih ekstrimnya…Anya membekap mulutnya. “Jangan-jangan gue diceraiin gara-gara ini!” Ucapnya dengan bola mata membulat.“Gosh! Gue kan cuman pengen seru-seruan biar rame..”“BABEE!!”Teriakan Kamarudin membuat tubuh Anya tersentak. Sudah dimulai. Sebentar lagi Kamarudin akan memburunya.Brak! Brak!Gedoran pada pintu kamar membuat Anya semakin dilanda kepanikan.“Argh! Gue harus kabur, tapi gimana caranya?”Tidak ada jalan keluar selain melewati pintu yang dirinya kunci dari dalam. Jika ia membukanya, itu berarti seperti menyerahkan diri tanpa perlawanan.“Open the door, Babe!”“No way!” balas Anya meski tahu Kamarudin tidak akan bisa mendengar suar
“Salim ke Nenek, Kakek sama Tante Shafa dulu.”Ketiga anak Kamarudin melaksanakan perintah sang papa. Diawali oleh Jesika yang paling tua, ketiganya mencium tangan kakek, nenek dan tantenya.“Kamu ngancurin angan-angannya Ibu, Kam. Dasar pemberi harapan palsu!” Sergah Miranti yang tidak digubris oleh Kamarudin. Putra ke-2 Miranti itu meraih pundak anak-anaknya, lalu mengajak mereka pulang. Keempatnya pun berjalan bergandengan.“Papa, Ceya dak adi abul?”Kamarudin menghentikan langkah kakinya. Tindakan itu kontak membuat ketiga anaknya ikut berhenti.“Sea kan punya rumah, jadi nggak usah kabur ya? Nanti kalau rumahnya Sea diambil sama orang gimana?”“Alow Ceya abul, yumah di-mbil oyang?”Kamarudin mengangguk, mengiyakan. “Nggak cuman rumahnya aja, tapi Papa, Mama, Mbak Surti..”“Bok Atcih?” Seloroh Kamasea menyebutkan nama terakhir yang akan Kamarudin sebut. Mbok Asih merupakan orang yang sama pentingnya dengan Surti. Keduanya bukan sekedar pekerja, lebih dari itu, mereka sudah seperti
“Waduduw! Kenapa nih mukanya mantu Ibu? Abis sarapan kok bete begini. Mas Lingga ya?!”Kedatangan keduanya disambut dengan tuduhan. Kalingga pun hanya bisa bersabar. Kakak Kamarudin itu kini sudah kebal, terbiasa akan berubahnya status dirinya sebagai anak tiri di kediaman orang tuanya.“Iya, Bu.”Barulah respon Kalingga kembali aktif setelah mendengar jawaban istrinya. Matanya terbelalak, tak menyangka jika istrinya ingin menjerumuskan dirinya ke dalam api neraka.Apa salah dan dosanya?! Ia kan tidak melakukan apa pun. Para ibu-ibu komplek itu-lah yang bersalah.“Bu, sakit!” Kalingga mengerang kala daun telinganya dipelintir. Gerakan ibunya begitu cepat, tahu-tahu kepalanya sudah meneleng ke sisi kanan.“Kamu apain mantu Ibu, Mas?!”“Sumpah, demi Allah, bukan Mas Lingga.”“Berani ngelak kamu?! Flo-nya sendiri loh yang bilang!” Hardik Miranti. “Kamu perlu dikorek pake linggis kupingnya?!”“Hon, ngelapornya jangan setengah-setengah ya.. Telinganya Mas bisa putus ini.” Ucap Kalingga, me
Cara membuat istri menjadi penurutAlexiz mengetikkan kalimat tersebut dalam kolom pencarian internetnya. Ia benar-benar putus asa. Kepribadian cuek yang mendekati tak peduli istrinya, sungguh sudah di luar nalar.Setelah beberapa menit.“Are you dumb, Goog?! Useless!” Alexiz pun melontarkan makian. Pencarian yang dirinya lakukan sama sekali tidak membantu.Angel tak kekurangan hadiah darinya, begitu lah dengan perhatian serta kata-kata manis. Semua yang disebutkan di dalam artikel sudah dirinya lakukan, tapi cara-cara itu nyatanya tidak membuahkan hasil.Istrinya masih saja acuh tak acuh.“Saran bodong! yang bikin pasti nggak ngadain penelitian.” Kicau Alexiz sembari melempar punggungnya pada sandaran jok mobil.Pagi yang meresahkan. Alexiz jadi tak memiliki semangat untuk pergi ke kantor. Ia membutuhkan penyegaran dan satu-satunya tempat yang dapat menyegarkan dirinya hanyalah…“Ke Handoyo, Pak,” titah Alexiz, mengubah tempat tujuannya.Satu hari melarikan diri tidak akan membuat pe
“Anya udah pulang, Hon?!”“Baru aja, Mas.” Jawab Flora sembari merangkak naik ke atas ranjang.“Istri Mas kenapa, heum?” tanya Kalingga, melihat wajah istrinya yang tak lagi cerah, seperti saat wanita itu meninggalkan kamar mereka.“Anya bawa kabar apa sampai istrinya Mas murung begini?!” Kalingga bertanya untuk yang ke-2 kalinya. Pria itu merentangkan lengannya, menarik tubuh sang istri masuk ke dalam dekapannya. Ia juga mendorong kepala Flora agar bersandar di dadanya.“Angel, Mas. Kata Anya, dia bikin masalah lagi.” Adu Flora, membagikan kemelut yang mengganggu pikirannya.“Terus?!”“Anya ngajakin kita nyamperin Angel.”“For?!” “Ngasih tau dia, biar dia nggak nyesel.” Papar Flora, memberitahukan alasan mengapa mereka harus menyambangi Angel.“And what do you think about that?” Meski sudah memperkirakan jawaban apa yang akan istrinya berikan, Kalingga tetap menanyakannya. Mungkin saja feeling-nya salah.“We have to do it.”Flora dapat merasakan dada Kalingga yang terangkat naik. L
“Well, tujuan kita kesini sebenernya mau jadi penengah hubungan kalian yang kacau!”Anya menjadi perwakilan pertama yang membuka mulutnya. Ia mendudukkan Alexiz dan Angel dalam satu meja. Hal ini ditujukan untuk mempersingkat waktu. Dengan begini mereka akan mengetahui seberapa jauh kerenggangan yang sudah tercipta di antara keduanya.“Kacau? Kami baik-baik aja kok.” Seloroh Angel, tak merasa jika hubungannya dengan Alexiz bermasalah.“Bapak kau!” Anya pun mengumpat.“Suwer, Nyam. Gue sama Alexiz nggak ada apa-apa. Tanya aja deh sama orangnya..” Angel melirik Alexiz disampingnya. “Kita fine-fine aja kan, Lex?”Alexiz diam. Pria itu tak memberikan tanggapan. Keterdiamannya seolah membenarkan statement Anya.“See? Alexiz ngerasa kalian ada something.” Ucap Anya, memukul telak kepercayaan diri Angel.Kini Angel mengerti tujuan dari kunjungan tiba-tiba sahabatnya. Telah terjadi sesuatu dibelakangnya dan itu pastilah dipicu oleh curhatan Alexiz pada mantan dosennya. Angel ingat Alexiz hari
Kamarudin menekan klakson sebagai salam perpisahan. Pria itu lalu menutup kaca mobil dan menginjak pedal gas untuk meninggalkan kediaman keluarga Sasongko.“Mas nggak nyangka bakalan ngeliat Alexiz nangis. Playboy satu itu kayaknya udah tobat nasuha. Dia keliatan bener-bener cinta sama istrinya.”“He did..” Ucap Kamarudin, singkat. Ia berani menjamin jika Alexiz memang telah berubah sepenuhnya.“Mas nggak komen tentang Angel?” tanya Flora. Ia penasaran dengan penilaian suaminya.“She's great..”“Hebat apanya! Dong-Dong gitu,” celetuk Anya, terlewat jujur.Kalingga pun terkekeh. Adik iparnya sangat ceplas-ceplos. Dia tak memperdulikan ikatan kekerabatan dalam mengomentari sesuatu. Jika ‘A,’ maka dia akan mengatakan ‘A.’— itulah mengapa dia cocok bersanding dengan adiknya.“Untuk yang terjadi malam ini, Mas no comment, Anya. Mas bilang dia hebat karena dia bisa ngerubah Alexiz.”Sebagai seseorang yang mengenal Alexiz secara personal, Kalingga bahkan pernah memprediksikan lamanya pernika
Kegagalan Josephin dalam menikahi Jesika secara dadakan akhirnya terbalas. Dikarenakan dirinya yang merupakan kakak Kamasea, ijab qobulnya pun dilaksanakan terlebih dahulu. Tak seperti biasa, Josephin benar-benar tidak mau mengalah pada saudara kembarnya. Untuk pertama kalinya ia bersikap egois, memprioritaskan dirinya di atas kemauan sang adik. “Hi, Wife..” Sapa Josephin dengan senyuman sehangat mentari kala penghulu telah mengesahkan pernikahan mereka. “Hello, Jo..” Pada meja yang bersebelahan dengan prosesi ijab qobul Josephin, Kamasea berseru. “Cih! Abang shut up! Gilirannya Ceya ini!!” Seruannya itu terdengar oleh seluruh tamu undangan mengingat adanya alat pengeras yang terpasang di atas meja ijabnya. “Ya Tuhan.. Punya anak pada ngebet kawin.. Dikira kawin enak kali ya..” gumam Anya, menepuk keningnya. Setelah Michellion yang biang kerok itu ia lepaskan dengan segenap keikhlasan hati, kini tibalah pada momen yang menurut Anya paling berat. Sebagai seorang ibu yang mencintai
Duka mendalam sedang dirasakan oleh Alexiz. Sejak penghulu yang menikahkan putrinya pulang, pria tampan itu terus saja menangis. Kenyataan dimana putrinya telah dipersunting oleh anak sahabatnya semakin terasa nyata.“Tell me! It was a dream, right? Tadi mereka cuman simulasi ijab aja kan?!” Ucap lirih Alexiz yang belum dapat menerima kenyataan.Melepaskan putri kesayangannya ke tangan pria lain merupakan mimpi terburuk Alexiz. Apalagi kepada orang seperti Michellion Hasan yang ia kenal baik kebobrokannya.“Alexiz, wake up! ini nyata! Lexa kita udah nikah, Lex. Dia akhirnya bisa raih cita-citanya..”Alexiz pun terhenyak. ‘Cita-Cita sampah sialan!’ maki pria itu dalam hati.Sejak kapan tepatnya menikah menjadi cita-cita? Putrinya sungguh abnormal. Disaat anak lain mencita-citakan pekerjaan setinggi langit, putrinya yang cantik dan sedikit tidak baik hati justru mengidam-idamkan lelaki bermasa depan suram seperti Michellion.Ngenes.. Ngenes! Mana anak satu-satunya lagi ah!“Stop crying
“Saya terima nikah dan kawinnya, Alexa Sasongko bin..” “Bin.. Bin-tiiii..” Plak! “Argh, Mama!!” erang Michellion kesakitan. “Satu tarikan napas, Ichell!! Satu tarikan!” berang Anya tak mengindahkan protes kesakitan bungsunya. “Serius dong! Jangan salah-salah mulu! Sekali salah lagi, nggak bisa kawin selamanya kamu!” timpal Anya, menakut-nakuti Michellion. Putranya sudah dua kali mengacaukan ijab qobulnya. Anya kan gemas jadinya. Kalau memang tidak niat menikah, anak itu seharusnya bersikap gentle, berani mengakui ketidaksiapannya di depan Alexa dan keluarganya. Memang dasar Michellion! Otaknya hanya berkembang jika menyangkut uang, selebihnya mah nol besar. Michellion yang ragu dengan pernyataan Anya pun bertanya, “masa sih, Mah? Masa gitu doang Ichell terus harus jadi jomblo seumur hidup?” “Dih, nggak percaya-an! Auto blacklist kamu tuh. Iya kan Pak Penghulu?” “Ng..” Melihat pelototan maut Anya, penghulu yang tadinya hendak menyangkal pun merubah jawabannya. “Iya, Mas! Mas h
“Gundulmu!” Sembur Alexiz, ngegas.Calon menantunya memang minta ditendang sampai ke Afrika. Ya mengapatidak– disaat suasana sedang panas-panasnya, anak itu tetap bisa mengelantur.Padahal ia sedang panas dingin karena mendeteksi adanya sinyal permusuhan dariorang-orang rumahnya.Anya menjentikan jari. “Woi! Jadinya gimana? Kaki gue pegel nih berdiri mulu!” tanya perempuan itu tak santai.“...”“Mah, Mah!!” sela Josephin karena omnya tak kunjung menanggapi pertanyaan sang mama. “Nikahin sekarang aja sekalian, Mah. Itung-itung jagain Om Lexiz kalau berubah pikiran lagi ntarnya..”“What?!”Siapa sangka jika usul Josephin itu mengagetkan dua pria disana.Iya, kalian tidak salah jika menebak pekikan tersebut berasal dari mulut Michellion dan calon papa mertuanya.Kali ini keduanya terlihat sangat kompak. Karena kekompakan yang jarang terlihat itu, keduanya bahkan sampai bertatapan mesra.Respon kaget yang mengisyaratkan ketidaksetujuan itu berbanding terbalik dengan Alexa.Alexa yang te
‘Anjing lah! Perasaan gue jadi anak udah sholeh, kenapa ada aja sih ujiannya!’Ditengah umpatan yang Michellion pendam, bibir anak itu berkedut dikarenakan senyuman yang terpaksa harus dirinya hadirkan.“Kamu, bla-bla-bla..”Dengan wajah datarnya— bungsu kamarudin itu berpura-pura fokus mendengarkan. Setiap kali nada papa Alexa berubah, ia menganggukkan kepala. Padahal ia sendiri tidak menyimak serius kalimat-kalimat yang dikeluarkan oleh omnya.“Gara-gara kamu masa depan Lexa jadi kacau gini! Kalau sampai kamu nanti nggak bisa bahagiain Lexa... Siap-siap aja ya kamu.. Om bakal kirim kamu ke neraka jahanam!”“Heum..” gumam Michellion lemah sebagai jawaban.“Jalur express!!”“Via darat apa laut, Om?” celetuk Michellion. Ia paling tidak betah jika harus terus dalam mode serius. Menjadi orang serius bukanlah bakatnya. Melakukan itu hanya membuatnya lelah jiwa dan raga.“What the..”“Uhuk!! Banyak anak dibawah umur disini, Lex!” tegur Kalingga. Setelah tak bisa menghadiri acara lamaran ke
Pada hari berikutnya, kediaman Anya kembali ramai. Kali ini lamaran datang dari pihak orang kepercayaan Kamarudin.“Apaan nih, Man? Pake repot-repot segala.”“Sogokan biar lamarannya nanti diterima, Bu.” Kekeh Lukman dengan tawa renyah di akhir kalimatnya.“Aigo! Mana ada Kenan ditolak.. Bawa diri aja udah pasti diterima lamarannya.” Sahut Anya, membalas.Anya tak mungkin mempersulit masuknya Kenan ke dalam keluarga besar mereka. Selain dikarenakan putrinya yang terlanjur cinta mati, Kenan sendiri sudah dirinya incar sejak keduanya baru mendekatkan diri.Andaikan Kamarudin tidak bertindak sebagai ayah yang terlewat posesif kepada putrinya, pembicaraan tentang pernikahan Kamaseda dan Kenan pasti sudah lama terealisasikan.“Masuk, yuk.. Kita kirain nggak jadi kesini.. Abisnya lama banget nggak nyampe-nyampe kaliannya.” Ujar Kamarudin, mempersilahkan.“Iya, nih!! Ceya sampe udah mau banjir air mata itu..” pungkas Anya, menimpali perkataan Kamarudin.Kenan pun meminta maaf karena telah me
Sudah diputuskan!! Demi menghargai silsilah persaudaraan diantara anak-anaknya, Kamarudin dan Anya pun akhirnya menentukan hari yang berbeda untuk prosesi lamaran ketiganya. Ya, hanya 3 karena Josephin tidak dihitung.. Menjelang hari lamarannya, Josephin untuk sementara waktu diungsikan ke rumah orang tua Anya. Anak itu akan mengetuk pintu rumah mereka dengan didampingi opa dan kedua omanya. Terdengar rempong kan?! Namun bagi Anya, alur seperti itu, hukumnya wajib untuk dijalankan. Anya tidak ingin melepas putri pertamanya dengan asal-asalan. Ia ingin putrinya dilepaskan dengan alur yang semestinya, seperti para anak perempuan milik orang lain. Untuk itu, Josephin pun harus melakukannya sesuai prosedur, dengan bertindak seolah-olah dia merupakan pihak luar yang hendak meminang putri dari keluarganya. Yah, salah sendiri ngebet nikahnya sama dengan angota keluarga sendiri. Coba saja anak itu memilih gadis lain, pendampingan pada lamarannya pasti akan ditemani Anya dan Kamarudin se
“Ya Tuhan,” desah Kamarudin.Pria itu meletakkan ponselnya ke atas meja kerja.“Sialan lo, Lex!”Beberapa detik yang lalu Kamarudin baru saja mendapatkan laporan. Ia akhirnya mengetahui jika sahabat baiknya lah yang menjadi dalang dari meledaknya tagihan putra bungsunya.Sungguh sahabat yang baik. Pria itu sangat tahu cara untuk membalaskan dendamnya. Dengan begini, ia jadi tak bisa berkutik, termasuk memarahi putranya agar Michellion dapat belajar artinya bertanggung jawab dalam menggunakan uang.Yah, mereka juga tak mungkin mengambil kembali barang-barang yang telah diberikan. Hal itu sangat tidak etis. Sebesar apa pun mereka merugi, apa yang mereka hadiahkan jelas sudah menjadi hak si penerima, terlepas dari seberapa liciknya Alexiz dalam memanfaatkan momentum lamaran putrinya.“Man, buat lamaran Ceya nanti, kalian udah nyiapin apa?” tanya Kamarudin, mengangkat kepalanya dan memandang Lukman yang saat ini tengah membaca berkas di meja tamu ruangan kerjanya.“Standar saja sih, Pak..
Michellion berjalan mengendap setelah melewati pintu utama rumahnya.Kepalanya celingukan, memastikan jika dirinya aman, tak berpapasan dengan sang mama.Gila, Gila!Seharian berkeliling mencari hadiah benar-benar membuatnya ingin mati berdiri.Ia tidak tahu pasti berapa uang yang telah dirinya gelontorkan, tapi mengingat banyaknya perhiasan dan hal-hal lain yang calon papa mertuanya beli, sudah dipastikan ia akan tinggal nama ditangan mamanya.“Chell..”“Ssst, Kak, jangan kenceng-kenceng!” hardik Michellion, pelan. Ia kan tengah menghindari pertemuan dengan mamanya. Kalau sampai mamanya tahu ia sudah pulang, habis sudah telinga dan kewarasannya.Di Balik tembok yang memisahkan ruang tamu dengan keluarga, Michellion melambaikan tangan, mengundang sang kakak untuk mendekat ke arahnya.“Apaan sih? Kamu yang kesini lah!”Mendengar jawaban kakaknya, Michellion pun menghentakkan kaki-kakinya.“Cepetan ih!!” pinta Michellion, setengah mengerang.Rumahnya mungkin terlihat sepi, tapi dibalik