“Ice cream,” Lucy menunjuk penjual ice cream tidak jauh dari restoran tempat mereka makan beberapa saat lalu.“Lagi? kau masih belum kenyang memangnya?” tanya Rookie tidak percaya. Dia tidak tahu kalau sebenarnya perempuan yang disebelahnya ini punya nafsu makan yang lumayan tinggi. Pasalnya setelah menghabiskan semua pesanan dan dalam kategori yang cukup banyak, dia masih bisa menunjuk pada penjual ice cream seperti ini.Lucy menggeleng, “Aku mau ice cream,” pintanya dengan cara manja.“Iya, iya. Aku belikan.”Lucy tersenyum senang. “Terima kasih, Rookie.”Rookie hanya bisa menggelengkan kepala lalu beranjak dari sisi perempuan itu menghampiri penjual ice cream untuk Lucy. Buat Rookie, Lucy itu terbilang seorang perempuan yang unik. Dia jadi yakin bahwa kepribadiannya sebelum ini memang hanyalah buatan perempuan itu saja untuk menjauhkan diri dari Rookie. Bukan semata-mata sikapnya yang asli.Meski mereka sudah bersama sejak dulu, tetapi dalam jangka waktu yang terbilang singkat ini
Terdengar suara ketukan agak kasar dari luar pintu kamar yang tertutup rapat setelah sang empunya masuk ke dalam dengan raut muka penuh emosi. Tetapi sebanyak apapun pintu tersebut diketuk, tidak membuat orang yang berada di dalam bergeming. Malah dia lebih memilih memeluk lututnya seperti bola di bagian sudut ranjang.“Senna buka pintunya!”Kali ini ketukan tersebut diikuti oleh teriakan.Namun si empunya kamar tetap saja bergeming, enggan menjawab apalagi bergerak dari posisinya. Malah dia semakin erat memeluk lututnya sambil menyembunyikan wajah.“Apa lagi sekarang? sampai kapan kau akan bersikap begini?” kali ini si pengetuk alias kakaknya sendiri terdengar sudah sangat kelelahan dengan tingkah polah adiknya. Terakhir kali mereka sudah berselisih paham dan lelaki itu sudah tidak mau menambah masalah baru dengan perdebatan yang tidak perlu. Dia lelah karena selama ini nasehat dan perkataannya sebagai seorang kakak sama sekali tidak digubris. Senna betul-betul keras kepala dan sulit
Rookie mendatangi hotel tempat dimana Lucy menginap. Tidak berapa lama pintu terbuka dan memperlihatkan sosok wanita dari dalam.“Waktu untuk menyendiri yang kau berikan terlalu singkat, Rookie,” ujar Lucy sambil menyingkir dari pintu dan memberikan akses bagi pria itu untuk masuk ke dalam. Semalam setelah kejadian tidak mengenakan yang terjadi kepada Lucy, wanita itu langsung minta di antarkan ke hotel terdekat untuk menginap. Sebenarnya Rookie menawarkan wanita itu untuk menginap di tempatnya tetapi Lucy menolak dan bersikeras ingin ditinggal sendirian. Untungnya Rookie tidak memaksa dan mengabulkan permintaan wanita itu. Namun sebagai gantinya dia satroni di pagi buta.“Aku tidak mau memberimu waktu terlalu lama untuk sendiri, setelah apa yang terjadi aku tidak mau kau menghilang seenaknya lagi,” sahut Rookie sembari menyelipkan dirinya melalui pintu. “Kenapa pula kau menolak permintaanku? Kau sudah pernah menginap di tempatku. Lalu kenapa kau menolaknya semalam?” Rookie kembali be
“Selamat datang, Nona Senna.”Seorang waiter berseragam hitam-biru menyambut Senna di pintu masuk restoran Italia yang cukup punya nama di Jakarta. Wanita itu terlihat sangat menawan dengan balutan gaun yang membalut tubuhnya dengan pas dan aksesoris yang menyala ditambah pula dengan make up yang dia kenakan sehingga menaikan value-nya. Berpikir bahwa dengan penampilan ini, dia akan membuat lelaki itu sadar bahwa dirinya lebih baik. Jauh lebih baik daripada perempuan lacur yang selalu menemple padanya seperti benalu.“Apa dia sudah datang?” tanya Senna pada sang waiter.“Belum, Nona,” jawabnya dan kemudian dia mulai bergerak memandu Senna menuju ke sebuah ruangan yang dipesan oleh lelaki itu.Restoran ini kebetulan memang menyediakan sebuah layanan ruang VIP yang bisa dipesan pelanggan bagi mereka yang ingin melakukan acara khusus seperti pertemuan yang sifatnya rahasia atau sekadar berkumpul bersama keluarga tanpa diganggu oleh pihak luar. Senna sedikit takjub lelaki itu bisa memesan
Liana tidak habis pikir dengan kabar yang dia dapatkan dari Senna. Gadis itu tiba-tiba saja menghubungi dirinya. Mulanya memang dari suara terlihat ada yang tidak beres, lalu setelah menjelaskan duduk perkaranya gadis itu mulai terisak dan berkata bahwa saat itu dia sedang berada di dalam mobil sendirian setelah pergi dari hadapan Rookie yang sudah mencampakannya. Air muka wanita itu berkerut, emosinya kentara sekali dari wajahnya. Memang benar apa yang sudah dia perbuat saat itu. Sebagai seorang ibu dia memang perlu menjauhkan putranya dari perempuan itu. Pelacur itu sudah membuat hidup putranya carut marut. Rookie bahkan tampaknya sudah tidak bisa berpikir dengan cara yang benar sejak berinteraksi dengan perempuan tidak tahu diri itu. “Jadi?” Milton sang kepala keluarga menatap wajah istrinya yang tampak tertekuk. Apalagi setelah wanita itu menceritakan semua hal yang dia dengar dari telepon. Liana bilang bahwa Rookie baru saja mencampakan gadis baik yang telah dia kencani selama
Cukup sulit untuk dapat bertemu muka dengan Lucy. Wanita itu benar-benar sukar ditemui dan tidak bisa dihubungi. Setelah lewat satu pekan tepatnya ketika Rookie memutuskan hubungan dengan Senna, lelaki itu langsung berpikir untuk memperbaiki hubungannya dengan Lucy. Tetapi sialnya, alih-alih mudah menemuinya, lagi-lagi Rookie kehilangan jejak.“Kenapa dia seperti belut begini sih? Licin sekali,” sungutnya ketika lelaki itu berjalan keluar dari sebuah tempat yang dia ketahui menjadi tempat tinggal Lucy.Dia sudah cukup lama menunggu dan mengetuki pintu tetapi tidak ada jawaban yang keluar dari dalam, alhasil lelaki itu menyerah dan meninggalkan tempat itu dengan rasa kecewa.Namun takdir sepertinya masih cukup berpihak pada lelaki itu, ketika dia mendapati Lucy dengan dua kantong belanjaan di kedua tangan. Segalanya jadi lebih bisa dia terima, meski beberapa saat lalu dia sempat mengeluh lantaran tidak menemukan wanita itu di kediamannya.“Rookie?” wanita itu melangkah mendekat, ada ke
Rookie langsung menoleh dengan cepat kearah Lucy. Dia jelas tidak mengira akan mendapatkan respon demikian dari wanita itu. Meski dalam hati dia ingin segera menuntut penjelasan lebih, Rookie menahan dirinya untuk tidak terburu-buru dan memberikan jeda waktu kosong.Untungnya dari sedikit kesabarannya yang tipis, Lucy mau dengan sukarela memberikan pengertian lebih.“Malah bisa dibilang aku menyukainya,” tambah Lucy.Kalimat terakhir yang terucap dari bibir wanita itu memberikan efek yang sangat serius untuk Rookie. Karena tanpa sadar pria itu membelalakan matanya dan ekspresi yang tergambar di wajahnya bukan jenis air muka yang sembarangan dia berikan kepada orang-orang. Melihat hal tersebut Lucy malah terkikik, tampang melongo Rookie yang telah lama tidak dia lihat dan wajahnya yang mulai merah padam mendatangkan hiburan tersendiri bagi wanita itu.Ya, sekarang mereka satu sama. Lucy tidak lagi malu sendirian.“Sial, kau mengerjaiku ya, Lucy?” umpat Rookie sedetik kemudian.Tawa mer
Malam harinya Lucy membaringkan tubuh di atas tempat tidur sembari kembali menelaah apa yang terjadi diantara dia dan Rookie. Benarkah keputusan yang dia ambil saat ini? dapatkah dia bertanggung jawab atas hal ini dan berani menanggung resikonya? Dapatkah dia dengan tabah dan percaya diri melewati semua hal yang akan menjadi cobaan dalam hubungan mereka berdua karena dia sadar bahwa ketika dia memilih bersama dengan Rookie artinya akan ada banyak hal besar lagi yang datang dalam hidupnya.Lucy mengangkat tubuhnya dan menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. “Sepertinya aku terlalu banyak berpikir,” gumam wanita itu. “Apalagi yang perlu dipikirkan? Kalau begitu memangnya kenapa? Tinggal jalani saja kan?”Dia kemudian mengambil ponsel yang dia letakan di nakas dan membuka fitur pesan lalu mengirimkan sebuah pesan pendek untuk Rookie. Pesan yang sebenarnya selalu ingin dia kirimkan kepada lelaki itu sejak lama.***Rookie tersenyum senang ketika dia membaca sebuah pesan yang masu