Liana tidak habis pikir dengan kabar yang dia dapatkan dari Senna. Gadis itu tiba-tiba saja menghubungi dirinya. Mulanya memang dari suara terlihat ada yang tidak beres, lalu setelah menjelaskan duduk perkaranya gadis itu mulai terisak dan berkata bahwa saat itu dia sedang berada di dalam mobil sendirian setelah pergi dari hadapan Rookie yang sudah mencampakannya. Air muka wanita itu berkerut, emosinya kentara sekali dari wajahnya. Memang benar apa yang sudah dia perbuat saat itu. Sebagai seorang ibu dia memang perlu menjauhkan putranya dari perempuan itu. Pelacur itu sudah membuat hidup putranya carut marut. Rookie bahkan tampaknya sudah tidak bisa berpikir dengan cara yang benar sejak berinteraksi dengan perempuan tidak tahu diri itu. “Jadi?” Milton sang kepala keluarga menatap wajah istrinya yang tampak tertekuk. Apalagi setelah wanita itu menceritakan semua hal yang dia dengar dari telepon. Liana bilang bahwa Rookie baru saja mencampakan gadis baik yang telah dia kencani selama
Cukup sulit untuk dapat bertemu muka dengan Lucy. Wanita itu benar-benar sukar ditemui dan tidak bisa dihubungi. Setelah lewat satu pekan tepatnya ketika Rookie memutuskan hubungan dengan Senna, lelaki itu langsung berpikir untuk memperbaiki hubungannya dengan Lucy. Tetapi sialnya, alih-alih mudah menemuinya, lagi-lagi Rookie kehilangan jejak.“Kenapa dia seperti belut begini sih? Licin sekali,” sungutnya ketika lelaki itu berjalan keluar dari sebuah tempat yang dia ketahui menjadi tempat tinggal Lucy.Dia sudah cukup lama menunggu dan mengetuki pintu tetapi tidak ada jawaban yang keluar dari dalam, alhasil lelaki itu menyerah dan meninggalkan tempat itu dengan rasa kecewa.Namun takdir sepertinya masih cukup berpihak pada lelaki itu, ketika dia mendapati Lucy dengan dua kantong belanjaan di kedua tangan. Segalanya jadi lebih bisa dia terima, meski beberapa saat lalu dia sempat mengeluh lantaran tidak menemukan wanita itu di kediamannya.“Rookie?” wanita itu melangkah mendekat, ada ke
Rookie langsung menoleh dengan cepat kearah Lucy. Dia jelas tidak mengira akan mendapatkan respon demikian dari wanita itu. Meski dalam hati dia ingin segera menuntut penjelasan lebih, Rookie menahan dirinya untuk tidak terburu-buru dan memberikan jeda waktu kosong.Untungnya dari sedikit kesabarannya yang tipis, Lucy mau dengan sukarela memberikan pengertian lebih.“Malah bisa dibilang aku menyukainya,” tambah Lucy.Kalimat terakhir yang terucap dari bibir wanita itu memberikan efek yang sangat serius untuk Rookie. Karena tanpa sadar pria itu membelalakan matanya dan ekspresi yang tergambar di wajahnya bukan jenis air muka yang sembarangan dia berikan kepada orang-orang. Melihat hal tersebut Lucy malah terkikik, tampang melongo Rookie yang telah lama tidak dia lihat dan wajahnya yang mulai merah padam mendatangkan hiburan tersendiri bagi wanita itu.Ya, sekarang mereka satu sama. Lucy tidak lagi malu sendirian.“Sial, kau mengerjaiku ya, Lucy?” umpat Rookie sedetik kemudian.Tawa mer
Malam harinya Lucy membaringkan tubuh di atas tempat tidur sembari kembali menelaah apa yang terjadi diantara dia dan Rookie. Benarkah keputusan yang dia ambil saat ini? dapatkah dia bertanggung jawab atas hal ini dan berani menanggung resikonya? Dapatkah dia dengan tabah dan percaya diri melewati semua hal yang akan menjadi cobaan dalam hubungan mereka berdua karena dia sadar bahwa ketika dia memilih bersama dengan Rookie artinya akan ada banyak hal besar lagi yang datang dalam hidupnya.Lucy mengangkat tubuhnya dan menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. “Sepertinya aku terlalu banyak berpikir,” gumam wanita itu. “Apalagi yang perlu dipikirkan? Kalau begitu memangnya kenapa? Tinggal jalani saja kan?”Dia kemudian mengambil ponsel yang dia letakan di nakas dan membuka fitur pesan lalu mengirimkan sebuah pesan pendek untuk Rookie. Pesan yang sebenarnya selalu ingin dia kirimkan kepada lelaki itu sejak lama.***Rookie tersenyum senang ketika dia membaca sebuah pesan yang masu
Senna tercenung begitu dirinya dihadapkan pada sebuah kedai yang ditunjukan oleh sang kakak. Bagian dindingnya di tempeli banner yang berisi menu yang kedai tersebut jual. Ada pula spanduk yang berisi informasi nama kedai tersebut bersamaan dengan nomor telepon bagi yang punya keinginan untuk pesan antar. Sebuah tempat yang termalpau sederhana untuk Senna yang tidak pernah makan di tempat yang telah dia cap sebagai tempat makan orang dengan kasta rendah.“Kenapa kita disini?” tanyanya kepada Bima yang terlihat sama sekali tidak terganggu dengan pemandangan yang ada didepan mereka. Fakta bahwa pria ini pula yang mengajaknya kemari pun sudah bisa dimasukan ke dalam salah satu keajaiban dunia.“Aku sudah bosan sarapan hanya dengan sereal dan kopi atau makanan yang dimasak koki di rumah kita. Apa salahnya bila kita sedikit berganti suasana?” jawab Bima dengan tenang dan tanpa rasa bersalah sedikit pun.Otot wajah Senna sedikit berkerut mendengar pernyataan sang kakak. “Dari semua tempat y
Bima mengulurkan tangan, menggenggam erat pergelangan tangan adiknya. Memberikan isyarat agar dia tidak pergi kemana pun atau melakukan sesuatu yang mungkin akan mengakibatkan keributan yang tidak diperlukan. Sejujurnya dia cukup terkejut atas situasi barusan. Niatan yang Bima lakukan dengan membawa adik bungsunya keluar untuk pertama kalinya ini adalah karena dia punya rencana untuk mengubah suasana hati Senna. Tetapi belum usai pula harapannya mencapai titik sukses, Bima malah harus menelan pil pahit bahwa upayanya tidak sepenuhnya berhasil. Semuanya serasa kembali ke titik nol hanya karena kemunculan Rookie dan Lucy.Bima tentu tidak akan menjudge adiknya atas aksi yang gadis itu buat dengan segera keluar mengikuti mereka tanpa pikir panjang saat mendengar suaranya. Dia juga bisa memahami kalau Senna sudah pasti sangat terpukul dengan kenyataan yang ada di depan matanya. Dia paham akan hal itu sebab dirinya pun merasakan hal yang serupa.“Lepaskan aku, Kak,” kata Senna dengan suara
Hari-hari berikutnya berlalu dengan begitu cepat dan baik. Hubungan Lucy dan Rookie semakin erat dan hangat. Mereka juga sering menghabiskan waktu bersama. Beberapa kali Rookie bahkan selalu mengajaknya sarapan sebelum dia berangkat kerja, juga mengantar Lucy untuk pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan sehari-hari yang wanita itu butuhkan. Sungguh, situasi ini seperti mereka sudah melangkah jauh. Bisa dikatakan seperti mereka telah terhubung sebagai sepasang pengantin baru. Validasinya dari beberapa penjaga toko paruh baya yang mendoakan mereka, tentu saja. Dan hal itu membuat Rookie bahagia bukan kepalang mendengarnya.Tidak hanya sampai disana, bahkan dibeberapa kesempatan Rookie juga selalu mampir setelah pulang kerja ke kediaman Lucy untuk makan malam bersama. Bahkan sampai titik dimana dia menginap juga. Rookie benar-benar merasa nyaman dengan dinamika yang terjadi diantara mereka berdua. Karena Lucy sekarang sudah mulai mengisi kehidupan sehari-harinya dan
“Ahh! Ahh! Ya begitu, teruskan sayang. Oh yeah aku tau kau bisa lebih dari itu!”Pria itu terus saja menekan, seolah tidak ada habisnya. Memaksa si gadis untuk terus melakukan apa yang dia kehendaki untuk meraih titik kepuasannya. Dengan paksa pula dia menarik rambut panjang gadis itu begitu dia mencapai klimak, akhir dari petualang malamnya.Tetapi seolah tidak puas, dia terus melakukannya tanpa henti. Meski air mata gadis itu sudah mengalir membasahi pipi. Hidup memang setidak adil itu, bahkan untuk makan saja dia perlu melakukan hal menjijikan ini.Sial!Setelah permainan menjijikan itu usai, si gadis berambut hitam kelam langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan sang tuan yang telah tertidur lelap setelah mendapatkan service memuaskan darinya. Tanpa perlu menunggu, gadis itu berlari ke kloset dan memuntahkan apa saja yang harus dia telan beberapa saat lalu.“Hoeekk ….” Dia berusaha memuntahkan semuanya sekaligus, tidak terkecuali isi perutnya yang kebetulan hanya d