Share

Part 14

Author: Kafalma
last update Last Updated: 2020-10-01 08:56:35

"Maaf Non, ada paket," ucap Mbok Jum pada Binar yang sedang membaca dalam kamar.

Binar mengernyit selama beberapa detik. Ia tidak merasa memesan sesuatu. Ah, bisa saja itu pesanan suaminya. Akhirnya ia pun melangkah menuju pintu utama. Sesampainya di sana, ia melihat seorang pria tegap yang tingginya hampir sepantar suaminya sedang berdiri membelakanginya.

Binar berdeham lalu berkata, "Maaf, ada apa, Pak?"

Pria tegap itu tidak menjawab, tapi langsung membalikkan tubuhnya. Dapat Binar lihat dus berbentuk persegi panjang yang dibawa pria itu menutupi wajahnya. Ketika ia ingin protes, pria itu menurunkan dus hingga wajahnya tampannya terlihat. Ya, pria tegap itu begitu tampan dengan manik coklat keabuan dan kulit putih kemerahaan.

 

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 15

    "Kalau memang Kakak mencintaiku, kenapa tidak dari dulu? Kenapa harus menunggu Kak Naresha pergi? Apa itu namanya kalau bukan pelarian?!"Kalimat-kalimat itu terus terngiang di pikiran Rigel, membuatnya tidak sadar sudah berapa lama ia membeku, bahkan ia tak sadar kalau Binar sudah tak ada lagi di hadapannya. Otaknya terus mencoba menjawab segala pertanyaan yang begitu menohoknya. Binar benar, jika ia memang mencintai wanita itu, kenapa tidak dari dulu? Kenapa harus menunggu Naresha pergi? Seketika ia ragu atas perasaannya sendiri. Benarkah ia telah jatuh cinta kepada istrinya? Bagaimana bisa secepat itu? Bukankah hatinya adalah milik Naresha? Ia bahkan baru beberapa hari putus dari wanita pujaannya.Rigel menghela napas panjang. Bukannya mendapat jawaban, ia malah menambah rentetan pertanyaan yang membuat pikiran

    Last Updated : 2020-10-01
  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 16

    Menit demi menit berlalu, tetapi selama itu mulut Rigel tetap terkunci. Lidahnya terlalu kelu dan otaknya seakan tumpul. Di depan pria itu, Binar masih menatapnya---menunggu jawaban dari dirinya. Namun, pria itu masih menunjukkan reaksi yang sama---bergeming---hingga akhirnya seulas senyum kecil terlihat di bibir ranum istrinya bersama helaan napas kasar.Binar mengangguk dengan bibir yang masih memperlihatkan seulas senyum, meski sebenarnya jauh di lubuk hatinya ada rasa sakit yang menjalar akibat disayat sebilah pedang tajam. "Aku mengerti." Setelah mengucapkannya, ia meraih kruk dan beranjak. Namun, baru saja ia beranjak, pergelangan tangannya ditarik Rigel hingga membuatnya terduduk kembali.Selama beberapa detik kedua mata Rigel dan Binar saling beradu. Selama beberapa detik itu pula hanya hening yang menemani keduanya. Sampai akhirnya pria itu meraih tangan kiri istrinya, menggenggamnya erat tanpa melepaskan tatapannya yang mengunci.

    Last Updated : 2020-10-05
  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 17

    Rigel berdiri seraya memandangi langit biru yang mulai bercampur jingga dan gedung-gedung pencakar langit dari dinding-dinding kaca ruang kerjanya. Menatap ke bawah, ia bisa melihat bagaimana kendaraan roda dua dan roda empat memadati jalanan ibu kota---merayap bagai pasukan semut. Sesekali pria itu menyesap secangkir teh hangat yang dipegangnya. Kebiasaan ini biasa dilakukan kala ia mulai lelah dengan setumpuk berkas yang harus ia tangani. Namun mau bagaimana lagi? Itu sudah menjadi risikonya sebagai petinggi di perusahaan. Ribuan karyawan bergantung nasib padanya, bukan hanya itu, statusnya sebagai satu-satunya pewaris perusahaan ayahnya dan seorang kepala keluarga menuntutnya untuk bekerja keras.Di tengah kesibukannya menikmati pemandangan Kota Jakarta, tiba-tiba ia dikejutkan dengan bunyi nyaring yang berasal dari saku celananya. Mengalihkan gelas ke tangan kiri, tangan kanannya sibuk merogoh saku celana---menemukan benda pipih yang masih mengeluarkan

    Last Updated : 2020-10-05
  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 18

    Vote dulu yuk!"Ada yang salah?" tanya Rigel kala melihat wajah istrinya yang terlihat pucat.Binar menggeleng. "Aku takut kehadiranku membuat Kakak malu. Aku ... cacat.""Hei ... siapa yang berani mengatakan hal sebodoh itu? Kau pasti bisa sembuh. Dokter mengatakan kalau kau hanya butuh terapi lebih sering, lagi pula kakimu sudah memperlihatkan banyak kemajuan." Rigel menggenggam tangan Binar seraya mengusap punggung tangan wanita itu seolah menyalurkan kekuatan. "Whatever will be, I will accept you for who you are and I will always love you."Binar mengangguk kecil seraya menghela napas panjang. Melepaskan genggaman, lantas Rigel membuka pintu mobil untuk turun. Pria itu memutari bagian depan mobil, berhenti tepat di sebelah pintu Binar. Tangan kanannya membuka pintu, sedangkan tangan kirinya dilipat ke belakang. Menunduk hormat, Rigel mengulurkan tangannya untuk Binar. Dengan ragu Binar menyambut uluran tangan suaminya, turun dari mobil hati-hati dengan satu tangan yang membawa kruk

    Last Updated : 2020-10-05
  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 19

    Wajah Binar kian memucat, karena sedari tadi tiada henti mengeluarkan cairan bening yang membuat perutnya bergejolak, pun beberapa manik bening yang menghiasi dahinya. Sementara itu, di belakangnya ada Rigel yang senantiasa mengurut tengkuk dan punggungnya.Binar menyalakan keran, lantas membasuh mulutnya. Menghela napas dengan tubuh lemas bagai jelly, kedua tangannya bertumpu di pinggir wastafel. "Pergilah. Ini sangat menjijikkan," lirihnya seraya menunduk.Rigel menggeleng dan terus memberi usapan penuh penekanan di bagian punggung istrinya. "Maaf. Ini semua karenaku."Binar mendongak, menatap Rigel dari cermin di depannya, lalu menggeleng. "Tidak ada yang harus disalahkan di sini, lagi pula ini adalah bentuk kasih sayang Tuhan."Rasa sesak menyusup relung dada Rigel, terutama saat Binar kembali memuntahkan cairan bening itu. Ah, seandainya saja ia bisa mengendalikan nafsunya.Nafsu? Mun

    Last Updated : 2020-10-05
  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 20

    Waktu terus bergulir, mentari berganti rembulan, hari berganti hari, dan minggu berganti minggu. Setelah malam di mana fakta menyakitkan kalau Rigel selalu mengigaukan Naresha terbongkar, Rigel tak pernah putus asa untuk meyakinkan Binar, kendati wanita itu hingga detik ini masih diselimuti keraguan. Bagaimana tidak ragu? Bagi Binar, cinta Rigel terkesan begitu mendadak di saat ia tahu kalau cinta suaminya pada Naresha sangatlah besar. Buktinya, dulu mantan sepasang kekasih itu masih menjalin hubungan di belakangnya. Tiap kali disindir perihal Naresha pun manik mata pria itu masih menyimpan cinta dan kerinduan yang teramat besar, terlebih igauan pria itu.Bukankah omongan orang tidur merupakan sebuah kejujuran? Di saat seseorang memimpikan seseorang, bukankah itu berarti orang itu sedang merindukan atau memikirkan terlalu dalam orang tersebut hingga mempengaruhi pusat alam bawah sadarnya?Binar tak menampik bahwa memang takkan mudah melupa

    Last Updated : 2020-10-05
  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 21

    Rigel melepaskan seatbelt yang melindungi tubuhnya. Setelah itu, ia memiringkan tubuhnya menghadap wajah cantik Binar yang sedang terlelap. Dielusnya puncak kepala istrinya itu dengan sayang seraya menampilkan senyum yang membingkai indah wajah tampannya."Sayang ... bangunlah. Kita sudah sampai," ucap Rigel. Elusannya lantas berhenti, berganti dengan menatap lekat kedua manik istrinya yang masih terpejam dengan nyenyaknya.Tubuh Binar menggeliat pelan, kedua netranya berkali-kali mengerjap, dan tak lama kemudian manik coklat mudanya membelalak sempurna saat ia merasa dirinya berada di sebuah tempat asing. Entahlah, ia tak tahu di mana, yang jelas ia merasa terjebak di antara ratusan pohon pinus dan pohon besar lainnya yang menjulang tinggi di sebuah hutan.Binar secepat kilat memalingkan kepalanya ke arah Rigel. "Kita di mana?" tany

    Last Updated : 2020-10-12
  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 22

    Semakin malam rupanya angin semakin giat membelai tubuh dengan suhu yang begitu rendah. Namun, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan kedua sejoli yang masih bergelung saling memberikan kehangatan kala tubuh mereka saling memeluk di bawah selimut tebal.Sayup-sayup adzan Subuh berkumandang, membangunkan setiap insan di dunia untuk segera menunaikan kewajibannya. Sebelum seruan itu berakhir, Rigel lebih dulu membuka mata dibanding sang istri. Hal yang dilakukannya setelah mengucap doa bangun tidur adalah menatap lama wajah Binar sementara jemari nakalnya mulai menyentuh setiap pahatan sempurna yang terlihat begitu cantik.Binar melenguh pelan, bahkan menepis jemari Rigel saat merasakan kesan geli di wajahnya. Namun bukannya berhenti, Rigel semakin gencar memainkan jemarinya. Tak hanya area wajah, jemari nakal itu mulai turun menelusuri leher, punggung, dan berakhir dengan gelitikan di pinggang Binar.Decakan kesal ke

    Last Updated : 2020-10-12

Latest chapter

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 34

    Kedua telapak tangan Rigel terkepal erat hingga menampilkan urat-urat yang membiru dan buku-buku jari yang memutih. Rahangnya tampak tegas. Aura dingin kentara menyelimuti paras pria yang baru saja resmi menjadi seorang ayah. Pun, iris coklat gelapnya seakan mematik api amarah pada wanita yang berhasil selamat dari maut beberapa waktu yang lalu.Binar, wanita yang menyandang status ibu baru itu kini hanya bisa terbaring pasrah di atas ranjang pesakitan dengan segala macam alat yang menempel pada tubuhnya. Wanita itu mengalami koma, yaitu situasi darurat di mana tubuh tidak sadar karena menurunnya aktivitas otak karena kondisi tertentu.Selepas dari ruang NICU Akhtar, Rigel bergegas pergi ke ruang dokter yang memanggilkan. Hanya satu yang di pikirannya, yaitu kondisi sang putra. Masih tampak jelas di ingatannya bagaimana tubuh Binar terguling melewati setiap undakan anak tangga, sehingga menyebabkan ceceran d

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 33

    Derai kekhawatiran itu kentara di wajah wanita paruh baya yang sedang mengikuti brankar yang membawa majikannya. Segala doa ia rapalkan dalam hati. Batinnya tidak sanggup melihat wajah yang biasanya berseri kini pucat pasi dengan mata terpejam erat dan darah terus-terusan mengalir dari bagian selatan tubuh majikan yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri."Ya Allah, Nona Binar ... hiks ... kenapa ini bisa terjadi?" lirih Bi Jum, wanita paruh baya itu saat pegangan tangannya pada brankar terlepas, karena perawat membawanya ke sebuah ruangan. Sungguh ia tidak rela meninggalkan Binar sendiri di dalam sana, tetapi perawat itu menahannya dan pria di sampingnya agar tidak ikut masuk. Pria itu, siapa lagi kalau bukan Rigel?"Argh ...," erang Rigel sambil meninju tembok tak bersalah.Bi Jum terperanjat. "Yang sabar, Tuan. Sebaiknya kita berdoa agar Allah menyelamatkan Nona Binar dan anak kalian." Sebelah tangannya terulur, tetapi segera ditepis Rigel. Hal itu tak membuat wanita paruh baya

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 32

    Pelan, Rigel---pengusaha muda nan tampan itu---membuka pintu kamarnya yang berada di rumah orangtuanya dengan perasaan takut membangunkan sang istri yang sudah terlelap dengan damai. Ya, sejak kematian sang ayah, ia dan Binar memutuskan untuk menemani sang mama sementara waktu.Lelah tampak kentara di wajah Rigel. Ia menarik dasi yang terasa mencekiknya seharian ini sambil menarik kaki ke arah sang istri. Setelah sampai, ia duduk si sisi ranjang, tersenyum kecil sambil mengusap lembut surai kecoklaatan istrinya yang sedang tertidur dalam posisi miring membelakanginya. Menghentikan usapan, sejenak kepalanya berpaling sambil menutup mata dan mengembuskan napas berat. Perkataan dokter sungguh menghantui pikirannya, belum lagi fakta-fakta yang harus ia selidiki. Membuka mata, ia lantas kembali memberi usapan di kepala sang istri. Setelah itu, lama sekali ia mendaratkan bibir di surai kecoklat

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 31

    Suara ketukan pintu terdengar. Setelah dipersilakan masuk, maka Rigel---si pengetuk---pun membuka pintu, masuk, kemudian duduk di tempat yang dipersilakan. Ada semburat tanda tanya di wajahnya, bahkan semalaman ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Sungguh, ia sudah tidak sabar mendapat jawaban dari sang dokter yang kini duduk di seberangnya. Rigel berdeham dengan wajah dinginnya. "Bisa kita langsung saja?"Dokter Fatih mengangguk. "Dari gejala-gejala yang terlihat, saya menduga kalau ayah Anda terkena racun risin yang terpapar melalui jalur udara. Entah itu yang di-extract menjadi bubuk, maupun semprot."Dahi Rigel tampak mengerut. "Diduga? Jadi, maksud Dokter itu belum pasti?"Dokter Fatih

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 30

    Di saat matahari berada di antara waktu Dzuhur dan Maghrib---Ashar---di mana panjang bayang-bayang melebihi panjang benda itu sendiri, lantunan ayat suci Al-Quran yang keluar dari bibir Binar sayup-sayup terdengar. Tak seperti biasanya, kali ini wanita berbadan dua itu tak ber-tilawah, pun tidak tartil. Getar dan isak menyusup dalam setiap bacaannya. Sesekali wanita itu berhenti sambil menajamkan indra penglihatannya. Kabur. Kabut itu seakan menebal hingga mengikis jarak pandangnya, membuat rintik hujan air mata tak sengaja jatuh mengenai kitab suci yang dipegangnya."Hal jazā'ul-iḥsāni illal-iḥsān ...." Bersama berakhirnya Ar-Rahman ayat 60 yang artinya, "Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)." rintik hujan air mata Binar semakin deras. Kepala wanita itu semakin menunduk dan bahu ringkihnya bergetar hebat mendapat serangan hebat yang menikam jantungnya. Rasanya, kenapa begitu perih?Tanpa wanit

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 29

    Waktu terus bergulir, tak terasa kini usia kandungan Binar sudah memasuki minggu ke-25. Banyak hal yang dialami wanita hamil itu. Bukan hanya berat badannya yang bertambah, seiring perutnya yang membuncit, tetapi semakin ke sini ia merasa kondisi tubuhnya menjadi lemah. Meski ngidamnya telah lenyap akhir trimester pertama, mual dan muntah yang dialaminya hingga kini masih melanda. Belum lagi sesekali ia merasa sakit di bagian atas perutnya, bahkan beberapa minggu ini pandangannya seringkali mengabur.Bunyi antara gelas jatuh dan lantai yang beradu memekik ruangan. Rigel yang berniat ingin menghampiri sang istri untuk meminta dipasangkan dasi terlonjak kaget dan bergegas menuju dapur."Berhenti!" titah Rigel kala matanya menangkap sang istri yang hendak berjongkok untuk membersihkan serpihan kaca yang berserakan.

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 28

    Setelah pertemuannya dengan Mr. Lee, di sinilah Rigel, di S.E.A Aquarium Singapore. Beberapa tempat sudah ia kunjungi dan beberapa spesies ikan dari sekitar seratus ribu biota laut sudah ia lihat. Sekarang, matanya sedang dimanjakan oleh ikan-ikan yang sedang asyik bermain di kapal karam yang terdapat dalam ruang akuarium yang ia sewa agar tak ada pengunjung yang bisa masuk."Aku tahu kau juga merindukanku," ucap seorang wanita tiba-tiba.Degup jantung Rigel seketika tak berdetak, pun dengan aliran darah yang seketika terhenti saat seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Sejenak ia menutup mata, merasakan kerinduan yang dengan tidak sopannya memasuki relung jiwa. Suara itu ... suara pujaan hatinya, wanita yang telah mewarnai hidupnya. Ingin sekali ia berbalik, lalu membalas dekapan hangat itu. Namun, dengan cepat ia tepis. Bagaimanapun semuanya hanya masa lalu. Statusnya sudah tak sama lagi. Wanita itu bukan lagi miliknya.

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 27

    Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Binar terbangun karena menginginkan sesuatu. Jadi, ini yang dinamakan ngidam. Dulu, ia tidak percaya atas hal itu. Menurutnya, itu hanya keinginan sang ibu hamil, tetapi mengingat apa yang tengah dirasakannya, kini ia yakin kalau itu bawaan sang janin.Seulas senyum terbit di wajah Binar. Dengan pandangan yang menatap perutnya yang belum membuncit, dengan hati-hati ia mengelus perutnya. Di sana, ada buah cintanya yang sedang berjuang untuk tumbuh hingga bisa terlahir ke dunia."Jadi, kau pelaku yang membuat Ibu bangun tengah malam, hmm? Baiklah, tidak apa-apa. Dengan begitu sehabis memenuhi permintaanmu, Ibu bisa sholat malam," monolog Binar pada janinnya. Sejenak ia melihat sang suami yang tertidur dengan lengan kiri yang menutup matanya, kentara sekali lelah di wajah tampan suaminya itu.Oh Tuhan ... Binar tak bisa mendeskripsikan betapa buncahan bahagia dirasakan saat ia menyebu

  • Don't Kill My Baby (Indonesia)   Part 26

    Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, terhitung satu bulan sudah setelah malam di mana Rigel dan Binar memutuskan untuk menjadi suami-istri sungguhan. Kini tak ada lagi benteng es yang menjulang kokoh membatasi keduanya. Musim salju telah berganti menjadi musim semi yang menebarkan kehangatan. Selama sebulan ini pula, Rigel benar-benar berubah. Perhatian, kasih sayang, dan tatapan memuja terlihat dari sikapnya. Pria itu juga senantiasa memanjakan sang istri dan memperlakukan bagai seorang ratu. Namun, jangan lupakan sikap posesif pria itu. Tingkat keposesifannya kini naik berkali-kali lipat. Terkadang hal itu membuat Binar muak. Untunglah, Xavier tak terlihat batang hidungnya. Pria itu benar-benar menjaga jarak. Ah ... ralat, menjaga hati juga.Dalam keheningan malam Binar menggulirkan tubuhnya ke sana-sini, mencoba mencari posisi nyaman, tetapi tak kunjung juga berhasil. Seperti malam-malam sebelumnya, tengah malam begini perutnya selalu memanggil dan meminta diisi. Demi Tuhan, ia t

DMCA.com Protection Status