Share

Mengerjai pelakor

Penulis: Jeni Sasmita
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-25 01:50:21

"Suamiku so sweet banget mau belikan aku berlian."

'Nyatakah ini? Atau halusinasi?'

'Mengapa suaranya berbeda?'

Tatapan mata Heru bertemu dengan mata Silvia yang juga menatapnya dari kejauhan membuatnya sadar jika itu bukan halusinasi.

Heru memutuskan pandangannya, ia perlahan memutar tubuhnya dan terlihat jelas wajah istrinya yang tengah sumringah.

Beberapa pelayan toko yang tadi melihat kemesraannya bersama Silvia mengernyit heran.

"K—kok, kamu disini Sayang."

"Iya, Mas." Anya mengembangkan senyumnya. Ia tahu Heru pasti sangat kaget dengan kehadirannya yang tak terduga.

'Untung saja aku sudah menyiapkan orang untuk menggantikan Luna memantau gerak-gerik pengkhianat ini, kalau tidak wanita ular itu akan berbangga hati.'

"Aku tadi nggak sengaja melihat mobil mas terparkir didepan, jadi aku langsung masuk aja. Ternyata Mas mau kasih surprise buat aku? Maaf ya Mas kejutannya gagal gara-gara akunya udah tahu duluan kek gini."

Ucapan Anya benar. Rencana Heru untuk membelikan Silvia berlian gagal total karena kehadiran Anya disini.

'Bodoh! Kenapa aku bisa lupa, tentu saja Anya sangat kenal dengan mobil itu, itu mobil milik perusahaannya.' Heru menggerutuki kebodohannya.

"Iya Sayang, nggak apa-apa," jawab Heru. Tapi matanya menatap Silvia yang tampak kecewa. Anya menyadari itu.

"Jadi aku bisa memilih semauku ya Mas, kan aku udah ada disini."

Tidak ada pilihan lain, "Iya Sayang, apapun untukmu." Heru tersenyum kikuk dan mengelus lembut pipi Anya.

Cup, Anya mendaratkan kecupan di pipi suaminya. Sontak membuat Heru kaget, Anya yang biasanya sangat malu tebar kemesraan di depan umum, kini menciumnya tanpa rasa malu.

Sebenarnya Anya juga nggak rela, tapi demi menyadari posisi pelakor itu. lagian yang ia cium suaminya sendiri bukan suami orang, Pikirnya.

"Mbak, aku mau lihat berlian yang paling mahal dan mewah," ucap Anya pada pelayan toko.

Mulut Heru menganga tak percaya, sedangkan Silvia menatapnya tajam penuh amarah.

"Mas, nggak keberatan kan?" tanya Anya pada Heru yang baru hendak protes.

"Nggak kok, pilih saja."

"Aku pikir Mas keberatan, nggak apa-apa ya Mas sesekali menyenangkan hati istri, karena mau sampai sukses itu karena doa sang istri, ya kan Mbak." Anya mengalihkan pandangan pada pelayan.

"Benar sekali Mbak," jawab sang pelayan. Sekarang mereka baru mengerti.

Beberapa pelayan menatap Silvia dan berbisik-bisik.

Heru membungkam

Pelayanan pun menyuguhkan beberapa berlian yang pasti pilihan terbaik. Cantik dan mahal.

Anya memandang takjub dan tak ingin membuang waktu untuk memilih yang cocok untuknya.

Dari jauh Silvia memerhatikan gerak-gerik Anya, "Harusnya aku yang memilih berlian itu," grutunya dalam hati.

"Aku pilih ini, Mas."

Heru terpaku, beberapa kali mengerjapkan matanya untuk melihat harga yang tertera, lalu menatap Anya yang tersenyum manis tanpa dosa.

"Apa ini tidak terlalu mahal, Sayang?" tanya Heru. Bukan apa-apa karena Heru sangatlah paham akan istrinya, Anya tidak perna membeli barang-barang yang terlalu mahal harganya dan sekarang Anya memilih berlian yang harganya lumayan sukses membuat mulut menganga. Lebih parahnya lagi Anya tidak mengambil satu tetapi dua sekaligus.

Berlian dengan harga dua kali lipat dengan harga yang dipilih oleh Silvia.

"Tadi Mas yang nyuruh pilih, sekarang kek gini." Anya memasang wajah sedih.

Heru tak bisa lagi mengelak, tidak mungkin ia bilang tidak ada uang karena ia sudah berada di toko berlian itu, dan yang lebih membuatnya bingung bagaimana ia harus menjawab ketika nanti Anya menanyakan dari mana ia mendapat uang tersebut.

"Iya nggak apa-apa Sayang." Heru langsung mengeluarkan ATM di dalam dompetnya, lalu melakukan pembayaran.

Selesai Bertransaksi keduanya pun keluar, hati Anya berbunga-bunga. Karena ia sudah mengambil 80% uang perusahaannya. Berjalan kedepan dengan menenteng paper bag yang berisi berlian mahal. Lain halnya dengan Silvia yang keluar dengan tangan kosong berwajah masam.

Sepasang kekasih halal itu berjalan dengan bergandengan tangan menuju area parkiran. Anya sengaja terlihat mesra karena ia tahu di belakang ada seseorang yang sedang mengikuti mereka.

"Mas, kita makan dulu yuk," ajak Anya.

Lagi-lagi Heru terpaksa mengiyakan ajakan istrinya.

"Kita ke restoran depan saja, Mas. Ku dengar restoran itu sekarang sedang ramai pengunjung karena mereka ada menu baru."

Heru perlahan melajukan mobilnya, karena restorannya tak jauh dari toko berlian tadi. Anya tersenyum miring, ia sengaja memilih restoran yang dekat agar Silvia tidak terlalu capek mengikuti mereka.

"Kenapa kamu hanya memesan satu porsi?" tanya Heru saat pelayan sudah pergi.

"Mas, selain harganya yang lumayan, kita juga sudah lama tidak makan berdua. Aku sudah sangat rindu masa-masa romantis kita." Anya beralasan, padahal ia sengaja memesan satu porsi karena ia tadi sudah makan bersama Luna.

"Sayang makanannya dimakan dong. Jangan main ponsel terus," tegur Anya.

"Iya Sayang." Heru pun meletakkan ponselnya setelah membaca pesan dari Silvia yang mengatakan kalau dia sedari tadi mengikutinya dan Anya. Belum sempat ia balas Anya lebih dulu menegurnya.

Sesekali Heru menoleh kebelakang, ia tidak bernafsu makan atau dia tidak tega. Di meja mereka ada makanan sementara meja Silvia kosong melompong.

'Kasihan Silvia, dia tidak pegang uang sama sekali, tadi aku lupa memberikan uang padannya,' batin Heru resah.

Anya yang menyadari itu pura-pura tidak tahu, "lihat apa sih Mas?" Anya ikut menoleh.

"Nggak ada apa-apa Sayang." Heru dengan lembut memutar memutar kepala Anya kedepan.

Dalam hati Anya penuh kemenangan, melihat wajah suaminya yang frustasi dan wajah pelakor itu yang tengah kesusahan.

Silvia hanya mampu menelan salivanya melihat makanan di meja pengunjung lain dan menyaksikan aksi romantis Heru dan Anya, ia melihat isi dalam tas yang ia bawa hanya ponselnya. Ia lupa meminta uang pada Heru.

Untuk apa minta uang jika Heru bersamanya. Tapi, itu tadi. Sebelum datangnya Anya.

'Sial!' umpat Silvia dalam hati.

"Maaf Mbak, jika tidak ingin memesan makanan silahkan keluar, karena banyak pelanggan yang datang tidak kebagian meja." Ucapan pelayan membuat Silvia kaget. Ia melihat sekitarnya memang pelanggan sangat ramai.

Ucapan pelayan juga menarik perhatian pengunjung dan semua mata tertuju pada Silvia, tak terkecuali Heru yang menatapnya kasihan kalau Anya pura-pura tak mendengar saja.

Dengan menahan malu dan lapar, beranjak keluar dari restoran itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
hahahaaa rasain hei pelakor itu klo orang yg mau merebut suami orang nah sekarang itu s penghianat lagi mesra2 nya dgn istri sah nya dn kmu kasiaaaan dh laper g punya duit eh ngikutin sang kekasi g bisa apa2 sampe d usir sama pelayan restoran ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dompet Rahasia Suamiku    Apa yang hilang?

    Setelah seharian penuh menghabiskan waktu di luar. Kini ia telah baru selesai mandi dan bergantian giliran Heru yang masuk ke kamar mandi.Anya merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Ia memikirkan waktu yang tepat untuk membongkar semuanya, bukan mengulur waktu hanya saja belum tiba saatnya. Ia ingin melepas Heru dengan membiarkan Heru kembali seperti dirinya yang dahulu. Seorang yang bukan siapa-siapa tanpa keluarga Anya.Getaran ponsel Anya membuyarkan lamunannya."Siska." Alisnya terangkat sebelah melihat nama yang tertara di layar ponselnya."Hallo, ada apa, Sis?" tanya Anya langsung."Hallo Bu, ibu sedang butuh assiten rumah tangga ya?""Assisten rumah tangga? Nggak, emang kenapa?""Tadi saya dengar dari karyawan, pak Heru sedang mencarikan assisten rumah tangga.""Baiklah, terimakasih infonya dan terus hubungi saya ya jika ada informasi lain.""Baik Bu.""Sejak kapan mas Heru ingin memperkerjakan orang dirumah? Bukankah mas Heru selalu beralasan kalau itu sebuah pemborosan. At

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Dompet Rahasia Suamiku    PENYAMARAN LUNA

    Sepuluh menit kemudian Anya pun menyusul karena Heru belum juga keluar."Mas, katanya buru-buru kok lama?" "Dompet Mas nggak ada Sayang." Heru terus mencarinya."Jatuh di mobil kali Mas," Anya juga ikut mencari."Nggak mungkin Sayang.""Tapi iya juga ya, kemarin kan kita belanja dompetnya masih ada. Ya sudah, nanti akan aku carikan Mas, kamu pergi aja nanti telat loh."'Anya nggak mungkin mengambil dompet itu, kalau iya sikap Anya nggak mungkin seperti ini. Duh, gawat kalau Anya sampai menemukan dompet itu.' batin Heru."Mungkin benar katamu, jatuh di mobil. Nggak usah dicari ya, pasti jatuh di mobil."Anya mengerutkan keningnya"Sayang, dompet mas nggak mungkin hilang, pasti jatuh di mobil. Mas pergi dulu, nggak usah dicari pasti ada kok." Heru mengelus lembut pipi istrinya, tak lupa juga ia mencabut kunci lemarinya lalu bergegas pergi.Anya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya yang terbilang konyol."Masih saja kamu tidak mau mengaku Mas, aku sudah tahu semuanya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Dompet Rahasia Suamiku    bab 10

    Heru tahu Silvia pasti akan marah besar bikin Silvia meleleh.Urusan dompet yang tidak ditemukan juga sudah ia selesaikan dengan Anya.Sesampainya di rumah Silvia, Heni alias Luna membuka pintu. Sedangkan Silvia tidak kelihatan batang hidungnya."Silvia kemana?" tanya Heru datar."Ibu belum keluar kamar sedari tadi, Pak.""Jadi Silvia belum sarapan sudah jam segini?""Belum Pak, tadi sudah saya bujuk tapi tetap saja Nyonya nggak mau keluar.""Kamu itu manggilnya Ibu atau Nyonya? Aneh, kadang Nyonya kadang Ibu kemarin Non.""Maaf Pak, saya lupa. Ibu nyuruh panggilnya Nyonya, saya belum terbiasa."Mendengar penjelasan pembantunya membuat kepala Heru menjadi pusing. Ia pun bergegas meninggalkan Heni dan menuju kamar Silvia.Beberapa kali Heru mengetuk pintu kamarnya, Silvia tidak mau membuka dan malah mengusirnya."Sayang, aku sudah bawakan berlian yang kamu inginkan." Heru yang tadinya mau kasih surprise untuk Silvia, terpaksa ia katakan untuk membujuk Silvia.Tak perlu menunggu waktu la

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Dompet Rahasia Suamiku    Bab 11

    "Aku tidak bercanda, Silvia. Makanya aku juga sangat bingung. Ini masalah perusahaan yang akan menjadi masa depan kita. Kalau maa tidak pergi semuanya akan gagal.""Apa tidak bisa diwakilkan? Apa gunanya kamu punya bawahan?" Silvia meninggikan suaranya."Nggak bisa Silvia, aku harus turun tangan sendiri.""Aku tahu ini pasti kerjaan istrimu! Tidaj mungkin waktunya yang sangat bersamaan seperti ini.""Tidak usah menyalahkan Anya, dia tidak tahu apa-apa.""Tapi Mas! Coba kamu berpikir pakai logika. Mana mungkin pekerjaan penting mendadak selalu hadir saat kita sedang bersama, aku sangat yakin semua ini pasti ada hubungannya dengan wanita itu.""Stop Silva! Kamu juga harus mengerti.""Apa Mas? Terus, belain dia, kamu lupakan bagaimana perasaanku. Kamu akan meninggalkan aku sendiri, menanggung malu. Bagaimana cara aku menjelaskan pada orang-orang besok. Nggak lucu Mas.""Bukan begitu Silvia, aku juga tidak mungkin tega. Tapi mau bagaimana lagi? Okey, aku lanjutkan pernikahan kita besok, ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Dompet Rahasia Suamiku    bab 12

    *Berhubung suami sedang keluar kota, Anya memutuskan untuk tidur di rumah ibunya.30 menit kemudian Anya pun tiba dirumah Ibunya, setelah membayar taksi, Anya melangkah memasuki rumah dimana dulu ia di besarkan."Aunty ...!" Gadis kecil berusia tiga tahun itu menghambur ke pelukannya. Anya pun kaget sekaligus bahagia langsung memeluknya erat, melepaskan kerinduannya pada keponakannya itu.Sudah sangat lama mereka tidak bertemu, karena selama ini Laila ikut ke kampung merawat neneknya, ibu dari Rianty istri Angga."Sayang, kapan kalian pulang? Kenapa tidak memberi tahu Aunty?" Tanya Anya terus menghujani Laila dengan ciuman."Kemalin.""Terus kenapa nggak ngasih kabar ke Aunty?" "Nggak! Soalnya Laila mau kasih kejutan untuk Aunty, tapi Aunty nya sudah sini.""Oh, kalau begitu Aunty pulang sekarang ya." Anya berpura-pura memutarkan badannya. Seketika dicegah oleh sang pemilik tangan mungil itu."Jangan Aunty, kan disini Aunty juga telkejut.""Yups! Kamu benar, Aunty sangat terkejut se

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Dompet Rahasia Suamiku    kedatangan Bude Silvia

    Sesampainya Angga dan Heru di luar kota, tepatnya di Bandung. Mereka tidak langsung ke perusahaan melainkan ke apartemen Angga. Bukan untuk istirahat melainkan untuk bergulat dengan berkas-berkas penting yang akan mereka bawa.Heru begitu galaunya karena tidak berkesempatan untuk memberi kabar kepada Silvia jika ia sudah sampai. Entah mengapa hatinya begitu buta tidak memikirkan Anya, istri yang beberapa tahun ini menemaninya dengan setia.Ia tetap mencoba mencuri-curi waktu agar bisa mengirimkan pesan, namun ia tidak mempunyai nyali dikarenakan kakak iparnya selalu berada disampingnya. Angga hanya tersenyum getir melihat kegelisahan Heru, meski dia sibuk dengan tumpukan kertas didepannya. Tapi, ekor matanya selalu menangkap kegelisahan Heru.Dia tahu Heru galau bukan karena tidak memberi kabar kepada adiknya melainkan pada wanita lain."Fokus Heru, ada ratusan kertas yang harus diperiksa, kenapa dari tadi ponselmu yang kau perhatikan." Suara Angga mampu membuat jantung Heru bergetar

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Dompet Rahasia Suamiku    Ponsel Heru disita

    "Apa maksudmu?" tanya Bude lagi kali ini dengan kening mengerut."Lah tadi saya berak dikatakan jorok."Mata Bude mendelik tajam, ingin sekali rasanya dia meremas mulai Heni."Pembantumu kurang ajar sekali, Silvia.""Sudahlah Bude, Heni. Masalah kecil aja diributkan. Heni bikinin minum untuk bude." "Kenapa masih berdiri di situ, nggak dengar keponakanku ngomong apa? Sana bikinin minum," titah Bude dengan sombong."Bude nggak sabar melihat kamu menikah besok, bersanding dengan lelaki kaya." Mendengar celoteh Bude, yang bangga Silvia menikah dengan orang kaya, membuat Heni menahan tawanya agar tidak lepas.Dengan penuh rasa malas Heni melangkah ke dapur untuk membuatkan minuman sesuai perintah.Diruang tamu Bude masih terus mengagumi rumah dan isi perabotan keponakannya itu."Memang nasibmu begitu beruntung Silvia, belum menikah saja sudah diberikan rumah yang super gede ini. Apalagi kalau sudah menikah hartanya bisa kamu kuasai." Hasut Bude."Iya dong Bude, pokoknya Bude tenang saja

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Dompet Rahasia Suamiku    Gaun sobek

    Suasana di kediaman Silvia orang-orang pun mulai ramai berdatangan. Hal ini pun mengundang protes Bude. "Katanya orang kaya, kok acaranya enggak dibikin di hotel saja."Silvia menjelaskannya walaupun tidak secara detail. Dia tidak mengatakan tentang kehamilannya dan dirinya yang menjadi istri kedua, karena bisa-bisa Bude menggagalkannya.Seharusnya dia bahagia hari ini adalah hari yang sudah sangat lama ia nantikan, namun wajahnya tampak kusut walaupun sudah di rias oleh MUA.Kini tinggal Silvia dan Heni yang dikamar, membantu Silvia mengenakan baju kebaya pengantin mewah sudah dibelikan oleh Heru. "Nyonya, sepertinya baju ini agak sempit, apa Nyonya tidak mencobanya dulu?" tanya Heni yang mencoba mengancing kebayanya."Iya memang tidak kucoba, semuanya sudah disiapkan oleh mas Heru, tapi mas Heru tahu semua ukuran pakaianku." Silvia terus memaksa kancing kebayanya. Kemudian ia menatap tubuhnya didepan cermin.'Apa mungkin ini pengaruh kehamilanku? Tapi kan baru satu bulan, belum ju

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20

Bab terbaru

  • Dompet Rahasia Suamiku    Tamat

    "Anya mas mohon, beri mas kesempatan lagi. Mas janji akan nurut sama kamu."Belum sempat Anya menjawab, yang ditunggu pun akhirnya tiba. Sepupu Anya datang membawa orang-orang dari pihak kepolisian. Dengan bukti-bukti yang kuat, Heru dinyatakan bersalah."Sayang, kamu tidak mungkin melakukan itu kan."Anya tak menghiraukan ucapan lelaki yang kini sudah menjadi mantan suaminya itu.Heru pun langsung dibawa, dengan sangat terpaksa ia harus menurut. dia tidak punya tanaga dan kuasa untuk melawan.Heru menyesali semua kebodohannya, demi ambisi dia menghancurkan semuanya. Seharusnya ia bersyukur dan berterima kasih derajatnya telah dinaikkan oleh mertuanya. Juga ada istri yang selalu setia dan menghormatinya. Tetapi kini semuanya hanya menjadi kenangan belaka. Nasi telah menjadi bubur.Anya adalah manusia biasa yang juga memiliki perasaan, ia tidak memasukkan Silvia ke penjara karena Silvia sedang hamil."Apalagi yang kamu tunggu? Cepat tinggalkan rumahku.""Tidak, aku tidak mau pergi dar

  • Dompet Rahasia Suamiku    Terbongkar

    "Hey, cepat bangun. Jangan pada lemes gitu. Ini belum selesai, masih ada lagi hadiah spesial untuk kalian. Yuk." Luna menarik paksa tangan Silvia.Semuanya pun ikut keluar dan lagi-lagi Heru di buat bingung oleh Anya. Karena di depan sudah banyak tetangga kompleks yang berdatangan. Tak hanya itu, di depan juga sudah berdiri rapi sebuah kain putih lebar. Lebih tepatnya layar tancap."Ternyata dia pelakor." Tetangga mulai membicarakannya"Pantas aja selama ini hidupnya mewah.""Iya, ngaku-ngaku orang kaya, eh ternyata."Silvia mencoba menahan malu, karena selama ini ia merasa sangat bangga dengan apa yang dia miliki."Wow, sepertinya kita akan nonton nih, serasa di bioskop aja," ujar Rianty."Iya Mbak, bahkan ini lebih seru daripada nonton di bioskop," jawab Anya."Anya, jelaskan apa-apaan ini? Kok ada beginian?" tanya Heru tak mengerti."Diam saja kamu disitu, ini adalah kejutan spesial untuk kalian.""Bisa diputar sekarang Pak," titah Anya pada laki-laki yang telah siap dari tadi.Set

  • Dompet Rahasia Suamiku    kejutan

    "Anya plis ...." Heru menggeleng kepalanya agar Anya tidak memberitahu kebenarannya pada Silvia."Ternyata benar, wawasanmu hanya selebar selangkangan, Silvia. Seharusnya kamu mencari tahu dulu siapa sebenarnya mangsamu sebelum kau menaklukkannya. Agar kami tidak merasa dirugikan dikemudian hari.""Jelas mas Heru orang kaya, kamunya aja yang sok berkuasa," celetuk Silvia."Mas Heru sama sepertimu. Benalu! Manusia yang bisanya hanya menumpang hidup dirumah mertua. Jika bukan aku yang meminta, dia tidak akan perna merasakan empuknya kursi direktur. Kamu pikir dia siapa tanpa keluarga Wijaya. Hah," jelas Anya lantang.Terlihat jelas raut wajah Silvia berubah."Kenapa kamu? Keget?" tanya Anya. Berusaha untuk menahan tawanya."Jelaslah dia kaget, Heru bukan siapa-siapa tanpa keluargamu." Luna menimpali sambil berkutat terus dengan ponselnya."Nggak kalian bohong. Perusahaan itu milik mas Heru!" Silvia tetap kekeuh."Bodoh, itu adalah perusahaan cabang milik keluarga kami dan aku yang memin

  • Dompet Rahasia Suamiku    Menolak bercerai

    "Bagaimana suamiku dan maduku, sudah percaya?" tanya Anya menatap sekilas Silvia yang masih terpaku."Jadi bagaimana honeymoon kalian, Menyenangkan bukan?" tanya Anya sambil mengulum senyumnya."Jadi selama ini kamu memata-matai kami.""Bukan mematai, lebih tepatnya mengumpulkan bukti untuk menghancurkan kalian berdua dan sedikit bermain-main.'Dengan bersusah payah Heru berusaha berdiri," Sayang. Maafin mas, ini semua salah paham, mas khilaf.""Mas!" Bentak Silvia protes.Anya pun tertawa dibuat-buat, "Khilaf? Aduh Mas, jangan samakan aku dengan wanita bodoh ini yang bisa dikelabui olehmu. Khilaf itu cuma sekali bukan berulang kali dan lihatlah gundikmu protes tidak terima," ujar Anya disambut dengan tatapan tak suka dari Silvia."Aku bukan wanita bodoh," sergah Silvia."Terus? Apa aku harus mengatakan dengan jelas kalau kamu itu wanita murahan?""Aku bukan wanita murahan, brengsek!"Bagai api yang disiram bensin, amarah Anya langsung mengkilat. Dicengkeramnya wajah Silvia dengan kua

  • Dompet Rahasia Suamiku    Ada apa dengan Heni

    "Jika kalian bukan keluarga mas Heru, sebenarnya kalian siapa? Mengapa mengeroyok kami di rumah kami sendiri. Kalian akan ku adukan ke polisi." Ancam Silvia."Wow, silahkan saja namun sebelum itu terjadi maka kalianlah yang lebih dahulu merasakan dinginnya tidur dalam penjara. Atau kamu ingin merasakan bagaimana melahirkan dalam jeruji besi? Hah," ucap Rianty tersenyum sinis.Heru benar-benar kaget, Rianty yang terkenal sangat lemah lembut bisa bersikap seperti monster yang mengerikan."Lepaskan istriku, jangan sakiti dia. Ini semua salahku," ucap Heru lirih. Dia tak berdaya untuk menolong Silvia."Diam lo brengsek!" Angga memberi satu bogem lagi untuk Heru.Keadaan Heru saat ini sangat mengenaskan, wajah tampan yang ia banggakan kini lebam dan penuh luka. Angga tidak ada sedikit pun rasa kasihan nya, malah itu saja belum cukup untuk membalas sakit hati adik tercintanya."Kamu ingin melindungi sampah ini kan, sama seperti kami yang juga akan melindungi permata kami dari manusia biadab

  • Dompet Rahasia Suamiku    Sambutan hangat dari keluarga

    Sedangkan Silvia kebingungan sendiri."Siapa dia?" tanya Silvia heran. Orang asing keluar dari rumahnya.'Honeymoon? Apa mereka tahu, tamatlah riwayatku,' batin Heru ketakutan."Ayo masuk, kalian pasti lelah bukan habis jalan-jalan jauh. Mama sudah masak makanan enak dan banyak untuk menyambut kalian." Matanya yang memandang tajam tadi kini melembut begitu pun tutur katanya.Silvia terpesona melihat sosok Angga, matanya sampai tak berkedip."Dia lebih tampan dari mas Heru, gagah lagi," batinnya. Tanpa sadar dia mengigit bibir bawahnya. Menjijikkan.Heru terpaku dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kakak iparnya menyambutnya? Seharusnya dia marah.Heru dan Silvia mengikuti langkah Angga memasuki kediaman Silvia. Semua telah berkumpul dan menyambut mereka dengan ramah."Wah menantu mama sudah pulang. Bagaimana perasaan kalian Sayang? Apakah menyenangkan.""Menyenangkan Ma." Bukan Heru yang menjawab tetapi Silvia dengan senyuman yang manisnya."Ayo kita langsung keruang makan, mam

  • Dompet Rahasia Suamiku    Tak mengerti keadaan

    "Nol lagi!" teriak keduanya bersamaan.Kerongkongan Heru terasa tercekat, menatap nanar pada layar. Uang yang sudah bertahun-tahun dikumpulkan kini hilang tampa bekas.Napas Silvia memburu, tak menyangka kesialan akan menimpanya hari ini.Tanpa menunggu lama lagi, Heru merogoh benda pipi di saku celananya untuk menghubungi istrinya.Tersambung, tetapi tidak di angkat."Sial!" Teriak Heru, lalu mencoba lagi tanpa menyerah."Lihat, ini semua pasti ulahnya. Siapa coba yang bisa melakukan semuanya kecuali dia." Silvia menambah keruh suasana hati Heru."Ini istri kemana lagi, nggak tahu apa suaminya sedang kesusahan." Celoteh Heru tak menghiraukan Silvia."Hallo." Suara lemah lembut terdengar dari ujung telepon, Heru langsung mengisyaratkan agar Silvia tak bersuara."Kemana aja sih, kok lama banget angkat telponnya?""Ponselnya tersilent Mas, jadi aku nggak tahu kalau ada panggilan masuk. Aku juga sedang dirumah mama, kumpul keluarga, soalnya ada keluarga Om Randi juga.""Kumpul keluarga?

  • Dompet Rahasia Suamiku    Liburan tanpa uang

    Pagi ini Heru bangun seperti biasa. Dia merenggangkan otot-otot yang terasa kaku. Semalam dia pulang dari rumah Silvia sudah sangat larut malam karena ia membantu packing barang bawaan Silvia agar tidak terlalu lelah, mengingat dia sedang hamil.Mendapati Anya sudah tidak ada lagi di atas ranjang, bukanlah hal yang di herankan pasti ia sudah berkutat di dapur.Mengingat tujuannya hari ini, Heru bergegas menuju ke kamar mandi. Selesai membersihkan diri lantas ia menurunkan koper yang ada di atas lemari memasukkan beberapa pakaian yang akan dia kenakan di Bali nanti dan tak lupa surat penting turut dibawanya, karena usahanya tidak mudah untuk mendapatkannya."Loh, kamu mau kemana mas?" tanya Anya saat ia memasuki kamar, terlihat suaminya sudah sangat rapi."Mau pergi!" Ucapnya datar."Kemana?"Cerewet banget, mau keluar kota urusan pekerjaan."Anya terkejut, tak biasanya sang suami ketus begitu, "Setahuku, tidak ada urusan kantor yang mengharuskan ke luar kota Mas.""Sudahlah Anya, aku

  • Dompet Rahasia Suamiku    mencuri aset

    "Sayang," ucap Heru setelah pintu dibuka oleh Silvia.Silvia hanya diam, mundur beberapa langkah saat Heru ingin memeluknya. Walau bagaimanapun ia tetap merasa sakit hati sama Heru."Sayang aku minta maaf." Heru memohon, Silvia hanya terdiam membisu."Aku mohon marahi aku Sayang, jangan kau diami aku seperti ini." Heru merasa sangat bersalah melihat Silvia tetap terdiam, ditambah dengan seisi rumah yang terlihat hancur.Heru hendak memegang tangan Silvia namun dengan cepat ditepis kasar oleh Silvia."Sudah puas kamu mempermainkan perasaanku?" Silvia buka suara."Semua bukan keinginanku, percayalah semua ku lakukan demi kita.""Demi kita? Selama di luar kota kamu bahkan tidak menghubungiku, setelah pulang dari sana kamu berjanji akan kemari dan liontin yang kamu janjikan untukku pun tak sampai ke tanganku. Kamu pembohong. Apa yang kamu lakukan bukan buat kita tapi buat wanita jalang itu!" teriak Silvia meluapkan kemarahannya yang telah berhari-hari ia pendam.Sebuah tamparan mendarat d

DMCA.com Protection Status