Keringat mulai memenuhi kening si penjaga. Dia benar-benar tidak tahu jawaban yang benar untuk petanyaan Martha. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Orang-orang di lobi rumah sakit bahkan mendukung tindakan yang dia lakukan. Oleh sebab itu, si penjaga menggeleng.“Apa salah saya, Nona?” tanyanya lagi ragu-ragu.Untuk pertanyaan yang sama itu, Martha berteriak memakinya. “BODOH! Kamu benar-benar idiot! Kamu baru saja menahan pasien gawat darurat untuk mendapat penanganan dan masih tidak tahu apa kesalahanmu?!”Kedua mata Claire membesar. Kehadiran Martha yang mengejutkannya sampai membuatnya lupa jika sampai detik ini dia masih belum tahu di mana ayahnya dan Jack berada.“Nona, apa yang anda maksud adalah pria tua yang datang bersama kurir pizza dan wanita bar-bar ini?” Penjaga itu memberanikan diri untuk bertanya lagi. Tidak peduli meski Martha akan emmukulnya lagi, dia harus tahu pasti, apa kesalahannya dan siapa pasien yang dimaksud oleh Martha.“Apa katamu?! Berani sekali kamu m
Belum sampai Martha merespons pertanyaan mendalam Claire, sebuah teriakan terdengar."Nona Martha!" Seorang perawat wanita berjalan cepat menghampiri Martha. Ekspresi wajahnya tampak kesulitan."Ada apa?""Apa Nona sudah bertemu dengan Nona Claire?" Perawat itu menggeser pandangan ke arah wanita yang duduk di samping Martha. "Apa dia-""Ya, aku Claire. Apa terjadi sesuatu pada ayahku?" Claire mulai was-was lagi.Perawat mengangguk pelan. "Ayah anda perlu mendapat penanganan yang lebih serius. Dokter ingin bertemu anda untuk membicarakan hal itu."Martha mengangguk ketika Claire menoleh padanya. Mereka berdiri dan mengikuti sang perawat.Sepanjang perjalanan menegangkan itu, Claire berpikir keras, apa hal serius yang dimaksud sang perawat. Ketika itu, di depan ruang gawat darurat, dia melihat Jack berdiri sambil menutup mata dan memegangi kepalanya."Jack!" Claire berteriak. Dia berlari menghampiri Jack dan memeluknya erat.Jack masih mengatakan hal yang sama. "Tenang, semua akan baik-
Sebuah taksi berhenti di halaman King Pizza. Jack keluar dari dalam taksi setelah memberikan sejumlah uang. "Simpan kembaliannya."Jack kembali ke King Pizza untuk melihat keadaan setelah memastikan operasi Paman Bob berhasil. Claire memintanya untuk memastikan semua baik-baik saja selama wanita itu berada di rumah sakit.Jack tersenyum lega melihat keadaan kedai yang aman terkendali. Petang hari seperti ini adalah saat-saat yang sangat sibuk di kedai. Banyak pelanggan datang sepulang dari bekerja."Bagaimana keadaan ayahnya Claire?" Victor si juru masak pizza bertanya saat Jack memasuki dapur."Paman Bob baru selesai menjalani operasi transplantasi ginjal." Jack menghela napas lega. Jika mengingat apa yang menimpa ayah dari temannya itu, dia merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Jack tidak bisa membayangkan bagaimana dengan Claire jika Paman Bob tidak bisa diselamatkan."Apa?! Itu penyakit yang sangat serius. Apa tidak ada cara lain untuk mengobatinya?" Catherine menimpali. Dialah
Prank!Jack baru saja sampai di dapur ketika terdengar suara bising dari arah depan. Dia segera kembali ke ruang pengunjung untuk melihat apa yang terjadi.Kedua mata Jack membesar melihat pecahan keramik tercecer di lantai. Dan tentu saja hal itu berhasil menyita perhatian semua orang.Terlebih, berikutnya pria kekar yang berdiri tak jauh dari serpihan keramik itu membentak, “Bodoh! Makanan apa ini? Bisa-bisanya sampah seperti ini disajikan di piring pelanggan! Apa kalian mau menipuku?!”Seorang pelayan pria yang berdiri tak jauh dari meja itu lantas mendekat. Meski sekarang jantungnya berdetak sangat cepat, dia tetap membungkuk hormat dan berusaha untuk tersenyum. “Ada apa, Tuan? Mengapa anda membanting piring?”PLAK!Pelayan itu mendapat sebuah tamparan keras sebagai jawabannya.“Apa kamu tuli?! Dasar idiot! Aku belum pernah menggigit makanan seburuk ini. Kenapa kalian menyajikan sampah di mejaku?!”Menahan rasa sakit di pipi, si pelayan tersenyum getir. “Tuan, jika ada hal yang ti
Jack menghantamkan kursi ke tubuh seorang berandal. Dia melakukannya dengan sekuat tenaga. Lalu, Jack mengayunkan dan menghantamkan kursi itu ke berandal lainnya."Argh!" Erangan demi erangan keluar dari mulut berandal-berandal itu.Jack berdiri dengan napas tersengal. Dia menatap tajam atau demi satu berandal yang mengacau di King Pizza."Apa itu Jack Marshall?" Victor tidak bisa menahan mulutnya untuk bertanya. Jika dia tidak melihat sendiri apa yang terjadi, pasti dia tidak akan percaya kalau Jack ternyata ahli bertarung."Aku kira pukulan lutut yang diberikan Jack pada pria yang tadi hanya kebetulan. Tapi, apa benar kebetulan bisa sebanyak ini?" Catherine menimpali.Seorang pelayan lainnya lalu memberi ide, "Ini sangat bagus. Sebaiknya kita duduk saja untuk menyaksikan pertunjukan ini."Para karyawan yang semula merasa khawatir, sekarang menjadi lega. Mereka sangat yakin, Jack bisa mengatasi para berandal itu."Kita harus meminta maaf dan berterima kasih pada Jack setelah semua in
"Jangan menghancurkan apa pun lagi!"Mata Jack memerah karena amarah. Suaranya terdengar serak ketika berteriak memperingatkan para pembuat onar itu."Hei, pecundang ini membuat tanganku bergetar!" Thomas mengolok-olok. Dia menjulurkan tangannya yang masih memegang pistol, jelas-jelas itu tidak bergetar sama sekali.Tidak mau kalah, teman Thomas turut menimpali, "Thomas, tidak hanya kamu, aku juga ketakutan. Rasanya, aku seperti akan pipis di celana." "Tidak, tidak, jangan biarkan celanamu basah, kawan. Lebih baik, kalian semua mengencingi dapur saja! Bagaimana rasanya pizza rasa air seni hah?" "Kedengarannya menarik," jawab teman Thomas.Thomas dan teman-temannya tertawa. Mereka membuat para karyawan merasakan kesulitan yang sangat besar. Di satu sisi mereka tentu ingin menjaga King Pizza, tetapi di sisi lain mereka juga ingin menjaga nyawa sendiri.Bagaimana mereka bisa menjaga King Pizza jika mati terbunuh?"Katakan, siapa di antara kalian yang bertugas membuat pizza?"Victor men
Masih sambil memegangi perutnya yang terasa nyeri, Thomas menjawab, "Ti-tidak ada, Tuan."Jack tertawa kecil sambil memandang lantai. Ketika itu, seorang teman Thomas diam-diam mengambil pecahan kaca dari vas bunga yang jatuh karena meja pelanggan yang terguling. Pria itu berniat untuk menusukkan pecahan kaca tersebut ke tengkuk Jack dengan sekuat tenaga.Mulut Victor terbuka lebar ketika mengetahui hal itu. Dia menepuk-nepuk pundak Catherine tanpa mengatakan apa-apa karena lidahnya mendadak terasa kaku."Ada apa, Victor?" Catherine merasa kesal karena tepukan itu membuatnya kaget."I-itu." Hanya itu yang Victor katakan. Dia menunjuk ke arah berandal yang sudah semakin dekat dengan Jack.Catherine menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ketika matanya melihat si berandal hendak menghujamkan kaca itu ke arah Jack, dia berteriak, "Jack, awas!"Dengan tangkas Jack berguling ke samping. Lalu dia melesatkan peluru lagi. BANG!Suara tembakan kemudian diikuti oleh bunyi pecahan kaca yang kini
Di sebuah ruangan yang tampak elegan, seorang pria sedang duduk bersantai di kursi premium yang empuk. Dia terlihat sangat bahagia dari senyum di wajahnya. Padahal, dia sedang memejamkan mata dan hanya sendirian di ruangan itu."Aku sudah tidak sabar," katanya tanpa membuka mata. Dia menggoyangkan kursinya ke kanan dan kiri.Pria itu menegakkan tubuhnya untuk menjangkau handphone. Dia menyalakan dan melihat layarnya."Kenapa tidak ada kabar juga? Apa mereka berhasil mengacaukan King Pizza dan menjadikan Jack sebagai orang yang bertanggung jawab untuk itu? Akan sangat bagus jika aku bisa melihat kedai itu sekarang. Tapi, tidak masalah. Aku bisa ke sana besok atau lusa untuk melihat sisa-sisa kekacauan hahaha."Tepat sekali, pria itu tidak lain adalah David Guillon, mantan pacar Sophie, yang menyimpan dendam kesumat pada Jack. Terdengar aneh karena semestinya Jack yang berhak dendam padanya, mengingat bagaimana pria itu telah menghancurkan pertunangan Jack dengan Sophie.Tapi, sampai de