Jack mengayuh sepedanya menuju King Pizza dengan perlahan. Beberapa kali dia mengembuskan napas panjang jika mengingat peristiwa semalam.Matthew telah memberikan sejumlah informasi perihal bos para pengendar narkoba itu. Donald Pasmod bukan bandar sembarangan. Dia seorang mafia yang sangat licin dan selalu lolos dari kepolisian. Wilayah penjualan obat-obatan terlarang itu tidak hanya Rhineland, tetapi juga beberapa kota lainnya.‘Dia pasti akan mencariku.’Ketika Jack sedang memikirkan hal yang akan dia lakukan jika Donald Pasmod memburu dirinya, suara sirine dari mobil pemadam kebakaran mengejutkannya. Rupanya, terjadi kebakaran di sebuah apartemen sederhana di seberang jalan. Sayangnya, kondisi jalan yang sempit sedikit menyulitkan petugas. Akibatnya, kinerja petugas menjadi kurang maksimal.Dari tempatnya berada sekarang, Jack melihat seorang wanita menangis dalam pelukan seorang lelaki. Dia mendengar wanita itu beberapa kali berteriak memanggil nama anaknya.Jack berbelok. Dia me
Mata orang-orang itu terbelalak melihat Jack berhasil selamat dari kobaran api sambil membawa seorang anak berusia empat tahun. Rahang mereka sampai jatuh ke tanah karena tidak percaya dengan apa yang terjadi.“Putriku!” Wanita yang sejak tadi menangis itu merasa sangat terharu sekaligus lega melihat putri kecilnya selamat tanpa luka bakar sedikit pun.Jack bahkan membuat napas anak itu terjaga dari kepulan asap dengan sebuah kain basah yang melekat di mulut dan hidungnya. Sedangkan dirinya sendiri merasa sedikit sesak napas tanpa perlindungan apa pun.Jack terduduk lemas setelah menyerahkan gadis kecil pada ibunya. Melihat hal itu, ayah dari gadis itu turut duduk dan memegang pundak Jack.“Apa kamu baik-baik saja?”Jack tidak menjawab. Dia hanya mengangguk sambil memejamkan mata dan mengacungkan ibu jarinya.Petugas segera menghampiri Jack untuk memberikan bantuan oksigen. “Kamu sangat keren!” pujinya melihat keberanian dan kegigihan Jack. Dia saja sebagai seorang pemadam kebakaran b
Claire menutup panggilan dengan rasa was-was yang semakin besar. “Aku akan menelepon polisi jika mereka berani berulah di kedaiku atau melukai Jack-ku!”Tidak lama berselang, Claire berjingkat mendengar suara ketukan pintu. “Ini aku, Jack.”Claire berdiri untuk membuka pintu. “Dasar bodoh, kenapa mengetuk pintu? Aku hampir pingsan karena kaget mendengar suara ketukan pintu!"Jack meringis menunjukkan barisan giginya yang putih dan bersih. Atasannya itu memang tidak pernah mengunci pintu ruangannya. Namun, sebagai karyawan yang sopan, dia merasa perlu untuk tetap mengetuk pintu. Claire menarik tangan Jack untuk masuk ke dalam ruangan. Dia menyuruh Jack duduk di kursinya, sedangkan dia berdiri di sampingnya. “Periksa CCTV di tempat pengunjung,” perintah Claire membuat Jack mengangguk dan memperbesar layar yang dia maksud.“Itu mereka, duduk di meja nomor 11. Keduanya terlihat aneh ‘kan? Sejak tadi mereka mengamati sekeliling kedai, seperti sedang mencari sesuatu. Apa mereka mencarimu,
Claire segera kembali ke ruangannya. Dia sampai berlari karena merasa sangat tertekan. “Jack!” Claire langsung menutup pintu yang baru saja dia buka. Dia masih berdiri di belakang pintu dengan dada turun naik, napasnya memburu seperti baru saja lari dari kejaran hantu. Tentu saja kedatangan Claire yang begitu tiba-tiba itu membuat Jack terkejut. Pria itu berdiri dan menghampiri Claire. “Ada apa?” “Jack, benar dugaan kita, dua pria misterius itu memang sedang mencarimu. Mereka bahkan memiliki sketsa wajahmu. Ya Tuhan, apa yang harus kita lakukan sekarang?” Claire memegangi kepalanya. Dia tersenyum ketika sebuah ide muncul di benaknya. “Aku tahu, aku akan menelepon polisi saja. Biar mereka ke mari dan melindungimu.” Claire telah mengeluarkan ponsel untuk menekan nomor kantor kepolisian setempat, tetapi Jack merebut ponselnya. “Jack, apa yang kamu lakukan?” tanya Claire dengan nada tinggi. “Claire, aku belum memastikannya. Lagipula, jika kamu melapor sekarang, tidak ada cukup bukti
Kali ini Jack memulai tugasnya dengan mengantarkan pizza ke wilayah sekitar perumahan elite miliknya, SweetRoad City. Dia mengayuh sepeda masih dengan perasaan tidak tenang.Jack yakin, cepat atau lambat anak buah Donald Pasmod akan mencarinya!Firasat itu bukan tanpa alasan. Jack sudah hidup bertahun-tahun dalam keadaan susah. Dulu segala hal dia kerjakan sekadar untuk bertahan hidup. Terlebih setelah pengasuhnya, Jane Marshall, meninggal karena sakit. Dia harus bekerja keras sekadar untuk makan saja.Dan Jack bukan satu-satunya orang yang demikian. Ada banyak orang yang bernasib sama sepertinya, hidup dalam garis kemiskinan yang kental.Jack kerap melihat orang-orang seperti Donald Pasmod memanfaatkan keadaan warga miskin untuk melakukan pekerjaan terlarang. Sebut saja seperti masuk dalam komplotan perampok, melakukan penipuan, menjual barang-barang imitasi atau ilegal, menjual diri, menjual manusia, termasuk di antara mengedarkan narkoba.Dan, mereka yang memiliki kuasa atas diri o
Setelah menyerahkan uang dari pelanggan ke kasir, Jack pergi ke dapur untuk memeriksa kotak pesanan. Sebelum dia berangkat ke SweetRoad City tadi, masih ada tiga kertas berisi daftar pesanan lainnya. Jack tersenyum karena hanya tinggal satu kertas di kotak pesanan, itu pun untuk diantar ke wilayah lain yang bukan tanggung jawabnya. "Catherine, apa tidak ada pesanan lainnya yang harus diantar sekarang? Sepertinya tadi aku melihat ada satu daftar yang perlu diantar ke sekitar sini."Catherine adalah pelayan yang juga bertugas mencatat pelanggan yang membeli pizza melalui layanan pesan antar. Dia meletakkan bolpoin sebelum mengangguk. "Aku meminta kurir lain untuk mengantarnya, Jack."Kedua alis Jack bertaut. "Kenapa? Apa mereka tidak sabar menungguku mengantarnya?" Terkadang alasan ketidaksabaran pelanggan membuat para kurir mengantarkan pizza ke wilayah berbeda.Catherine menggeleng. Dia meminta Jack datang padanya. "Lihatlah, kamu punya fans kawan!" Dia tersenyum sambil menyerahkan
Jack merasa ada yang tidak beres. Namun, dia tetap memegang setir sepeda dan mendorongnya masuk ke halaman rumah itu. Ketika melewati gerbang, dia menoleh sesaat untuk melihat ekspresi wajah satpam."Aku akan mengantarmu, Jack." Satpam itu berjalan di samping Jack dengan senyum penuh arti. Satpam menceritakan sedikit tentang pemilik rumah itu. "Tuanku bernama Berry Ansley. Dia memiliki banyak anak di rumah ini. Mereka semua hidup rukun damai, berkecukupan tanpa kurang suatu apa pun. Dan Tuan Ansley merasa sangat senang jika kedatangan tamu, itu akan menjadi hiburan tersendiri di tengah kesibukannya bekerja. Apalagi jik tamu itu adalah orang yang selama ini membuat putrinya senang, Tuan Ansley akan jauh lebih senang lagi."Jack tersenyum sesaat. Sejujurnya rumah itu terlalu sepi untuk hunian anak-anak. Semua orang tahu, satu anak bahkan bisa membuat museum menjadi sangat ramai dengan segala celoteh dan pertanyaan yang tidak pernah habis keluar dari mulut kecilnya. Apalagi jika ada ban
Jack mengamati orang-orang atletis itu. Tatapan mereka terlihat sangat mengintimidasi. Bahkan meski mereka tersenyum sekalipun, tidak mengubah suasana menegangkan di ruangan itu.Tidak berhenti sampai di situ, seseorang kemudian menutup pintu utama dengan cukup kuat.Brak!Jack sedikit berjingkat karena kaget. Dia menoleh ke arah pintu untuk melihat siapa orang yang berani mengejutkannya.Rupanya, itu adalah pria atletis lainnya. Dia mengayunkan tinju ke telapak tangannya sendiri, seperti ingin memperingatkan Jack.Jack berusaha untuk tetap tenang. Dia kembali melihat Berry Ansley. Wajahnya yang tadi tenang, sekarang tampak ketakutan. Suaranya pun terdengar sedikit bergetar saat bertanya, "Tu-tuan, kenapa pintunya ditutup? Lalu, si-siapa orang-orang ini?"Berry tertawa lagi. Dia rasa, ini adalah hari paling baik setelah beberapa lama dirinya terlalu serius mengurus banyak hal. Tawa Berry kemudian diikuti oleh para anak buahnya. Tawa mereka menggema. Jika dorang lain yang berada di ru