David melonggarkan dasinya. Permintaan para wanita itu benar-benar membuat napasnya sesak.Bagaimana dia bisa memenuhi permintaan itu jika dia saja tidak tahu seperti apa wajah Tuan Muda Roodenburg?"David?" David tersenyum paksa atas panggilan Lady yang mendesaknya. Dia mengusap belakang kepalanya sekadar untuk mengurangi kecemasan."David, tolong jangan membuat kami menunggu. Ayo jawab, kamu bisa membawa kami bertemu dan berkenalan dengan Tuan Muda Roodenburg 'kan?" Grace semakin tidak sabar. Dia merasa sangat lapar, tetapi tetap berdiri di sana demi mendengar jawaban bagus dari David."Begini, sebenarnya, a-aku sangat ingin melakukannya.""Bagus! Kamu memang selalu bisa diandalkan. Sophie beruntung memilikimu, David. Kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo kita berangkat sekarang!" Lady dan yang lainnya sudah mau melangkah lagi, tetapi David yang membatu segera berkata, "Maaf Nona-nona, aku tidak bisa."Kening para wanita itu berkerut seketika. Mereka menatap David lagi dengan wajah ke
Acara makan malam bersama di Greenroad Villa telah selesai. Para tamu undangan kembali ke auditorium untuk mengikuti acara berikutnya. David dan Sophie kembali dengan penuh kebanggaan. Mereka tidak berhenti menebar senyum pada tamu undangan lainnya. Sepanjang jeda makan tadi, mereka mendapat banyak pujian. Bahkan saat sudah kembali ke auditorium, beberapa pujian hangat juga masih mereka terima.Ada banyak orang yang kagum pada kesuksesan dan kekompakan mereka dalam membangun karier. Keduanya menjadi manajer muda yang cemerlang. Tidak hanya itu, David dan Sophie juga mendapat undangan dari salah seorang pengusaha untuk makan malam bersama. Undangan itu sekadar untuk memperakrab hubungan. Selain itu, diharapkan juga bisa menginspirasi anak dari pengusaha tersebut agar bisa gigih meraih karier yang bagus di samping intens menjalin hubungan percintaan.Banyak kolega mereka yang berpikir bisa belajar mencapai karier yang bagus di usia muda pada keduanya. Mereka belum tahu saja, jika sepa
Tepuk tangan mengantarkan para balerina turun dari atas panggung. Pembawa acara kembali ke tengah panggung sebelum memberikan pujian untuk penampilan tersebut.Berikutnya, dia menyapa para tamu undangan lagi. Dia juga mengumumkan banyaknya dana yang telah terkumpul di acara itu, yang disambut dengan tepuk tangan penuh suka cita dari hadirin.“Sekarang, aku akan memanggil seseorang untuk menyampaikan pengumuman yang tidak kalah menggembirakan bagi kita semua. Dia adalah manajer keuangan dari perusahaan Big Roodgroup.”Boom!Sebuah bom seperti meledak di kepala David. Pria itu mendadak pucat!“David, wanita itu akan memanggilmu ke atas panggung. Itu sangat luar biasa!”“Sayang, pengumuman apa yang dimaksud wanita itu? Kamu tidak menceritakan apa-apa padaku tadi.”“Oh Sophie, pacarmu ini sangat keren. Dari sekian banyak tamu undangan, dialah yang dipilih oleh pembawa acara untuk maju. Bukan untuk menampilkan pertunjukan konyol, tetapi untuk menyampaikan pengumuman bahagia! Ya Tuhan, Davi
"Diam kamu pecundang!" David mengacungkan telunjuknya pada Jack. "Jangan pernah ikut campur atau aku akan membuatmu babak belur seperti malam pertunangan itu."Meski suara David terdengar garang mengintimidasi, sebetulnya dia sedang menahan kecemasan yang telah menyundul langit. Dia tahu pasti bahwa apa yang dikatakan Jack adalah kebenaran. Akan tetapi, mana mungkin dia rela kalau kurir pizza itu menjatuhkan harga dirinya.'Aku tidak akan membiarkan orang-orang tahu yang sebenarnya!' Dia masih bertekad juga meski situasinya sekarang terlalu sulit."Aku tidak ikut campur. Aku hanya menebak saja. Jika memang itu keliru, kamu tidak perlu cemas, David." Jack hendak menepuk pundak David. Namun, David menghindar."Jangan berani menyentuhku dengan tangan kotormu. Entah hanya menebak atau apa pun, kamu bahkan tidak memiliki hak untuk bicara. Dasar pecundang!"Saat David tengah memarahi Jack dengan suara rendah, tiba-tiba Lady berseru, “Oh lihat! Apa pria itu yang bernama Ben Braxton?” Lady me
Audrey tersenyum lebar pada Jack sebelum kembali fokus ke arah panggung. Dia dan para tamu lainnya tertawa melihat pembawa acara menghalang-halangi Ben Braxton untuk turun dari panggung. Padahal, Gloria Giles sudah turun.Pembawa acara lalu berkata, "Tunggulah sebentar, Tuan Braxton. Bisakah aku menanyakan satu hal? Entah kenapa aku sering memikirkan hal ini ketika melamun. Selagi Tuan di sini, aku tidak akan melepaskan kesempatan untuk bertanya."“Silakan.” Ben tersenyum sopan.“Kamu pasti tahu jika ada banyak pengusaha yang datang di acara ini. Namun, bisnis yang mereka jalankan tentu tidak sebanding dengan perusahaan Big Roodgroup. Aku bahkan selalu menghentikan mobilku sejenak saat melintas di depan gedung itu. Kamu tahu kenapa aku melakukannya? Hahaha sekadar untuk mengagumi arsitektur dan kemegahan gedung Big Roodenburg. Luar biasa!”“Jadi, apa yang ingin Nyonya tanyakan?”Pembawa acara tertawa diikuti tawa tamu undangan lagi. Dia melanjutkan, “Kamu sangat terburu-buru rupanya.
Jack terkejut atas sikap Audrey. Dia tidak mengira jika wanita itu akan berteriak menunjukkan 'maling' yang sedang bersembunyi.Tidak hanya Jack, orang-orang yang berada tepat di depan deret tempat duduk Audrey juga kaget, terutama tentu saja David.David menatap tajam Audrey. Dia menggertakkan gigi-giginya ketika mendesis, "Apa masalahmu denganku hah?!" "Karena kamu sudah berani mencari masalah dengan pacarku!" Jawaban Audrey membuat Jack tersenyum.Sebaliknya, David menjadi semakin marah. Dia akan mengumpat dan memakai Audrey. Namun, lampu sorot sudah lebih dulu mengarah padanya. Lelaki itu terlihat mengerutkan keningnya sesaat karena silau. 'Sial!' David mengepalkan tinjunya.Auditorium menjadi senyap. Tidak hanya para kolega, sekarang semua tamu undangan melihat ke arah David. Mereka yang berada cukup jauh dari David, sampai berdiri demi bisa melihat wajah orang yang dibicarakan Ben Braxton.David sudah seperti seorang kriminal! Dia terkepung!Pria itu menelan ludah dengan susah
Tanpa komando dari siapa pun, seorang tamu undangan menyahuti pertanyaan pembawa acara sebelum Ben menjawabnya.“Usir dia keluar!”Satu kalimat itu membuat David merasa sangat terancam. Apalagi, berikutnya teriakan tersebut diikuti oleh para tamu undangan lainnya.‘Apa mereka sudah gila?’ batin David sambil menggertakkan giginya.Sekarang, perintah untuk menendang David dari auditorium menggema. David menjadi semakin terintimidasi. Di kelapanya muncul berbagai hal buruk yang mungkin menimpanya, jika insiden pengusirannya dari acara amal ini benar terjadi.Yang dia ketahui selama ini, belum pernah ada orang yang diusir dari acara amal yang diadakan keluarga Roodenburg. Jadi, dia memiliki kesempatan besar untuk menjadi yang pertama. Itu artinya, berita menyoal pengusirannya sangat mungkin akan menjadi topik paling panas di kalangan masyarakat. Itu sama dengan semua warga di kota ini akan memberikan citra buruk padanya.Lebih dari itu, kesulitan dalam melamar pekerjaan baru akan menjadi
Akibat dari ulahnya sendiri, David mendapat beberapa tendangan dari penjaga. Dia yang kesakitan, pada akhirnya berteriak meminta ampun. “A-aku akan pergi,” rintihnya.“Bagus! Sekarang berdirilah!” Penjaga itu tidak memiliki kesabaran lagi. Tanpa menunggu David bangkit, dia menarik kerah baju pria itu. Benar, dia memang berniat untuk menyeret David keluar.“Tu-tunggu, Tuan.”“Apa lagi? Apa kamu ingin dipukuli lagi hah?”“Tidak, tidak, aku sudah hampir mati. Ampuni aku dan biarkan aku menggandeng pacarku. Aku tidak bisa meninggalkannya.”‘Tamat sudah riwayatku!’ Sophie memalingkan wajah. Dia berusaha keras untuk tidak memukul keningnya sendiri.Ini benar-benar mimpi buruk untuknya! Sejak tadi dia menahan diri dan mencoba untuk tidak terlibat dalam keributan yang diciptakan pacarnya. Tapi David malah tidak memberi kesempatan padanya untuk lolos dari rasa malu yang lebih besar.“Katakan, mana pacarmu? Biar kami seret keluar sekalian. Kalian bisa saling meratapi nasib nanti di luar sana.”
Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de
Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.
Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be
Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih
Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu
Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma
“Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka
"Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu
Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.