Tanpa komando dari siapa pun, seorang tamu undangan menyahuti pertanyaan pembawa acara sebelum Ben menjawabnya.“Usir dia keluar!”Satu kalimat itu membuat David merasa sangat terancam. Apalagi, berikutnya teriakan tersebut diikuti oleh para tamu undangan lainnya.‘Apa mereka sudah gila?’ batin David sambil menggertakkan giginya.Sekarang, perintah untuk menendang David dari auditorium menggema. David menjadi semakin terintimidasi. Di kelapanya muncul berbagai hal buruk yang mungkin menimpanya, jika insiden pengusirannya dari acara amal ini benar terjadi.Yang dia ketahui selama ini, belum pernah ada orang yang diusir dari acara amal yang diadakan keluarga Roodenburg. Jadi, dia memiliki kesempatan besar untuk menjadi yang pertama. Itu artinya, berita menyoal pengusirannya sangat mungkin akan menjadi topik paling panas di kalangan masyarakat. Itu sama dengan semua warga di kota ini akan memberikan citra buruk padanya.Lebih dari itu, kesulitan dalam melamar pekerjaan baru akan menjadi
Akibat dari ulahnya sendiri, David mendapat beberapa tendangan dari penjaga. Dia yang kesakitan, pada akhirnya berteriak meminta ampun. “A-aku akan pergi,” rintihnya.“Bagus! Sekarang berdirilah!” Penjaga itu tidak memiliki kesabaran lagi. Tanpa menunggu David bangkit, dia menarik kerah baju pria itu. Benar, dia memang berniat untuk menyeret David keluar.“Tu-tunggu, Tuan.”“Apa lagi? Apa kamu ingin dipukuli lagi hah?”“Tidak, tidak, aku sudah hampir mati. Ampuni aku dan biarkan aku menggandeng pacarku. Aku tidak bisa meninggalkannya.”‘Tamat sudah riwayatku!’ Sophie memalingkan wajah. Dia berusaha keras untuk tidak memukul keningnya sendiri.Ini benar-benar mimpi buruk untuknya! Sejak tadi dia menahan diri dan mencoba untuk tidak terlibat dalam keributan yang diciptakan pacarnya. Tapi David malah tidak memberi kesempatan padanya untuk lolos dari rasa malu yang lebih besar.“Katakan, mana pacarmu? Biar kami seret keluar sekalian. Kalian bisa saling meratapi nasib nanti di luar sana.”
Acara amal di Greenroad Villa telah usai. Tempat itu sudah lengang karena para tamu undangan telah pulang. Demikian pula dengan Jack yang mengantar Audrey ke tempat tinggalnya. Mereka tampak tertawa sepanjang jalan mengingat banyak hal yang terjadi di malam amal itu."Kamu benar-benar memberikan pelajaran berharga pada mereka semua." Audrey mengacungkan kedua jempolnya."Aku hanya duduk dan menyaksikan saja. Semua yang menimpa mereka adalah karma dari perbuatan mereka sendiri.""Tapi kamu sangat, keren." Audrey menatap lekat Jack yang sedang menyetir.Jack tertawa kecil mendengarnya. "Percayalah, mungkin hanya kamu yang mengatakan itu padaku.""Benarkah? Itu sangat aneh. Mereka melewatkan hal yang sangat berharga." Audrey menopang dagu, memandangi wajah Jack dengan lebih intens."Jangan berlebihan. Yang mereka lakukan itu sangat wajar. Aku memang tidak begitu menonjol. Semuanya serba biasa."Hati Audrey meleleh. Dia belum pernah bertemu orang kaya yang demikian rendah hati. Padahal, J
Sophie tidak mengira jika Jack akan mampu menahan tinju dari preman. Terlihat sangat jelas jika tubuh preman itu begitu kekar.Tidak hanya itu, ekspresi wajah Jack juga terlihat santai, seolah dia tidak mengalami kesulitan apa pun saat mencengkeram tangan preman. Sebaliknya, wajah preman berkaos hitam itu tampak rumit. Urat-urat di lehernya mencuat sebagai tanda dia sedang mengeluarkan seluruh tenaga untuk lepas dari cengkeraman Jack.BUG!Belum habis keterkejutan Sophie, matanya segera membesar selagi kedua tangannya berpindah ke depan mulut atas apa yang tejadi.Sebuah tinjuan keras telah mendarat di pipi preman berkaos hitam hingga membuatnya terhuyung. Lelaki itu meringis kesakitan memegang ujung bibirnya yang berdarah. Tidak hanya itu, dia bahkan merasa pukulan Jack telah membuat tulang rahangnya bergeser.“Bajingan!” umpat preman lainnya setelah beberapa saat tertegun melihat rekannya terluka. Dia mengangkat tinjunya untuk membalaskan. Namun, dengan sigap tangan Jack mencengker
Pada akhirnya, rasa manusiawi membuat Jack mengelus kepala Sophie juga. Dia membiarkan wanita itu memeluknya hingga tenang.“Ma-maaf,” kata Sophie saat menyadari tindakannya. Dia segera melepas pelukannya. Sophie mengusap air matanya. Wanita itu menunduk karena malu. Pria yang selama ini dia hina telah menjadi pahlawan yang menyelamatkannya.“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kamu tidak menolongku. Terima kasih banyak karena masih peduli padaku. Aku pikir kamu membenciku. Oleh karena itu, kamu menunjukku sebagai pacar David di auditorium tadi.”Jack tidak mengatakan apa pun. Dia melepas jasnya untuk diletakkan di tubuh Sophie.Sophie mengangkat padangan. Dia memandang wajah Jack lekat-lekat. Entah bagaimana, mantan pacarnya itu terlihat sangat tampan. ‘Apa selama ini debu telah menutup mataku hingga aku tidak bisa melihat ketampanan Jack? Dia lebih tampan daripada David. Kenapa aku baru menyadarinya setelah begitu lama?’ Sophie ingin memukul keningnya sendiri karena merasa
Hari ini Jack menjalankan tugasnya seperti biasa. Dia kembali ke King Pizza di siang hari setelah mengantarkan pizza pesanan pelanggan. Dia baru saja memasuki kedai ketika seseorang memanggilnya dengan lantang, "Jack!"Jack mengernyitkan keningnya. Tampak olehnya seorang wanita dengan kemeja dan rok sepanjang lutut duduk di salah satu kursi pelanggan. Dia sedang melambaikan tangan pada Jack.Jack berdiri di tempatnya. Dia sedang berusaha mengingat-ingat, siapakah wanita yang menyapanya itu. Wanita itu berdiri dan menghentakkan sepatu haknya. Itu seperti gerakan wanita yang sedang kesal, tetapi dia malah menyunggingkan senyum lebar. "Hei, kenapa masih di sana? Cepat ke mari, Jack!" Dia sangat bersemangat.Jack tidak kunjung mengingat siapa wanita itu. Dia berjalan mendekat dan tersenyum pada pelanggan-pelanggan lain yang dilewati. Setelahnya, Jack membungkuk hormat pada wanita asing seperti sedang berhadapan dengan pelanggan kedai. "Mohon maaf, apa kita pernah bertemu, Nona?"Wanita
Jack masih berdiri menatap ke depan. Dia tersenyum karena merasa senang atas perubahan drastis Elena. Dia mengakui, wanita itu terlihat jauh lebih menarik daripada saat masih kuliah dulu. Selain itu, Jack juga turut senang mengetahui kesuksesan yang dicapai teman kelasnya itu.Akan tetapi, beberapa detik berlalu, kedua mata Jack tiba-tiba membesar. “Oh tidak, aku harus segera pergi!” lirihnya sebelum berlari ke belakang.Karena terlalu fokus melihat ke belakang, Jack tidak melihat Claire yang sedang berjalan. Akibatnya, benturan tidak bisa dihindari.“Ouch!” desis Claire sambil memegangi lengannya.“Claire, aku minta maaf.”“Kenapa kamu berlari di dalam kedai, Jack? Dan, wajahmu seperti baru saja melihat hantu. Apa seorang gadis memintamu menikahinya karena sudah kamu hamili?”“Claire!” Jack ingin menjentikkan jarinya di kening Claire yang kini tertawa. “Dengar, jika ada yang mencariku, katakan saja aku tidak ada di kedai. Mengerti, Nona Manajer?”“Hei, memangnya siapa yang datang?” P
Sophie tahu Jack adalah lelaki yang setia. Itu sebabnya, ketika Claire mengaku sebagai kekasih Jack, bukannya kecewa atau kesal, dia justru tersenyum lebar. Jika memang dia telah berpacaran dengan manajer First Style, tidak mungkin berpacaran juga dengan manajer King Pizza. ‘Rupa-rupanya Jack berbohong padaku malam itu. Dia pasti sengaja melakukannya untuk membuatku cemburu.’ Shopie kegirangan dalam hati. Mengapa?Entahlah, dia sendiri masih belum mengerti mengapa harus bahagia saat tahu Jack masih jomblo.“Di mana Jack?” “Apa kamu mengalami ketebelakangan mental? Aku sudah mengatakan kalau dia tidak ada di sini. Kenapa tidak mengerti juga?”Sophie tidak peduli dengan ucapan Claire yang semakin kasar. Dia justru menjadi sangat bersemangat. “Jika kamu tidak memberitahuku, tidak masalah. Aku akan mencarinya sendiri.” Sophie berjalan santai melewati Claire. “Jack, kamu di mana?”“Wanita ini benar-benar menguji kesabaranku!” Tanpa mengatakan apa-apa lagi pada Sophie, Claire menarik baj
Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de
Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.
Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be
Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih
Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu
Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma
“Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka
"Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu
Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.