Dengan wajah cerah si gadis kecil menerima bonekanya. Dia memeluk boneka itu sambil melompat-lompat kegirangan. Semua orang bertepuk tangan, termasuk mereka yang semula meremehkan dan menghina Jack. Dengan senyum lebar mereka turut senang melihat Jack berhasil selamat atas tidakan mulia yang dilakukan. Banyak di antara mereka yang kemudian mengagumi Jack dalam hati, terlebih saat mengetahui bahwa di balik kemeja putih itu, rupanya Jack memiliki otot-otot kekar serta dada bidang dan perut yang six pack! Air membuat kemeja itu menempel di tubuh Jack, mempertontonkan kekekaran yang mengagumkan! “Jack,” panggil Claire dengan dua gelas teh hangat dan sebuah jaket tebal milik sang ayah di tangannya. Dia sengaja membawa semua teh itu untuk Jack seorang. Jack berdiri dan tersenyum. Kedua pundak Claire turun melihatnya. Pastilah wanita itu menjadi lemas karena lega melihat pacarnya baik-baik saja. Paman Bob bersicepat mengambil jaketnya untuk diletakkan di tubuh Jack. “Minumlah, Jack.”
"Siapa?!""Nama pemuda itu adalah, Jack Roodenburg. Pe-pemuda tadi adalah Tuan Muda Roodenburg!!”Semua orang terdiam. Mereka saling melihat satu sama lain, untuk memastikan keterkejutan di wajah masing-masing. Tuan Muda Roodenburg bukanlah nama yang asing bagi orang-orang itu. Mereka sering mendengar atau membaca berita tentang orang paling misterius di Rhineland itu. Biarpun berita itu tidak disertai gambar, foto, video yang menunjukkan langsung seperti apa wajah sang tuan muda, kedermawanan dan kerendahan hati sang tuan muda telah lama membuat mereka jatuh hati.Lalu, apakah orang yang selama ini mereka kagumi, bahkan idolakan, adalah pemuda yang menyelamatkan boneka beruang demi kebahagiaan seorang gadis kecil?“A-apa kamu yakin?” Seorang wanita yang tadi berbicara buruk tentang Jack mencoba mengonfirmasi ulang. Hatinya menjadi gelisah secara mendadak.Ibu si gadis kecil kembali melihat kartu nama Jack. Lalu, dia mengangguk yakin dan berkata, “Di sini tertera alamatnya di Greenro
Biasanya penjaga gerbang akan langsung membukakan gerbang ketika Jack tiba. Namun kali ini dia tidak melakukannya karena tidak tahu bahwa pengemudi dari mobil hitam itu adalah sang tuan muda. Bahkan kerutan muncul di kening penjaga karena mengetahui bahwa mobil tersebut sama persis dengan mobil yang biasa digunakan oleh para pengawal Tuan Muda Roodenburg. Hanya saja tidak ada logo keluarga Roodenburg ada mobil itu. Selain itu dia juga tahu bahwa mobil tersebut bukan mobil yang digunakan pengawal dari plat nomornya.!!Suara ketukan terdengar ketika jari+jari sang penjaga dibenturkan ke kaca mobil samping pengemudi."Jack, apa kamu yakin dia akan membiarkan kita masuk?" Claire meremas lengan pacarnya.Jack tersenyum sebelum membuka kaca mobil. Dan ketika mengetahui bahwa orang dibalik kaca itu adalah sang tuan muda, penjaga gerbang buru-buru menarik kedua ujung bibirnya ke belakang.Sebuah senyum yang sangat lebar dan manis terpanjang di wajah penjaga. Barisan giginya yang rapi dan ber
"Aku tahu Tuan Muda Roodenburg terlalu sempurna untukku. Tapi Tuan Bruce, melihatnya bersama pacarnya juga membuatku sakit hati. Aku sadar, pelayan sepertiku tidak pantas untuk Tuan Muda. Tapi Tuan Bruce, meski begitu aku merasa terpukul mengetahui dia telah menetapkan wanita yang akan dinikahi. Lalu aku harus bagaimana? Aku ingin bahagia untuk Tuan Muda, tapi ..." Bruce menepuk-nepuk pundak Renee. "Sudah, sudah. Jika kamu sudah tahu dan sadar tentang hal-hal tersebut, maka berhentilah bersikap seperti ini." Bruce melanjutkan, "Tuan Muda tidak hanya berkelas secara penampilan, kekayaan, dan lain sebagainya. Tetapi dia juga memiliki sikap dan sifat yang berkelas. Kita sudah bekerja untuk keluarga Roodenburg sebelum Tuan Muda ditemukan. Tuan Tom memperlakukan kita dengan sangat baik, tetapi cucunya memperlakukan kita seperti keluarga. Kamu tentu masih ingat apa yang dilakukan Tuan Muda saat kamu pingsan di kamarnya. Jika itu orang lain, pasti akan langsung memanggilku untuk membawamu p
"Tentu saja, semua baik-baik saja. Jangan cemas. Itu hanya telepon dari Matthew. Sebaiknya kita habiskan sarapan dan segera pergi ke kebun stroberi."Pagi itu Greenroad Villa menjadi berbeda. Kedamaian menjadi semakin lengkap dengan kebahagiaan dan cinta.Mereka hendak pergi ke kebun stroberi. Namun, Paman Bob menolak."Kalian berdua saja yang memetik stroberi untukku. Jika Tuan Muda mengizinkan, aku ingin berjalan-jalan berkeliling kebun." Sebenarnya, Paman Bob tidak ingin menganggu kebersamaan putrinya dengan Jack."Paman, jangan memanggilku seperti itu. Bagiku, nada panggilan 'Jack' darimu adalah yang terbaik.""Benarkah?" sahut Claire. "Jack. Jack? Jack!" Dia mencoba beberapa nada dan membuat ayahnya menepuk keningnya sendiri.Paman Bob berbisik pada Jack. "Lihatlah, aku tidak yakin putriku akan berubah setelah menjadi Nyonya Roodenburg."Jack tertawa cukup keras. Dia membuat Claire menoleh padanya."Kenapa kamu tertawa?" sergap Claire."Tidak apa-apa, Paman Bob. Justru itulah yan
Tanpa disadari hari cepat berlalu. Pagi telah habis dan digantikan dengan siang. Paman Bob yang baru kembali usai berkeliling kebun, terlihat sangat senang. Dia melepas topi yang diberikan Bruce sebelum duduk di kursi di teras rumah."Aah!" Sebuah napas panjang keluar dari mulut Paman Bob. Meski terdengar sedikit penat, dia masih tersenyum lebar. Wajahnya tetap berseri seperti sebelum dia mengelilingi kebun."Bruce, apa kamu membiarkan Paman Bob berjalan terus mengelilingi perkebunan?" tanya Jack yang sudah lebih dulu tiba bersama Claire usai mendapatkan satu keranjang penuh stroberi.Bruce sempat tertawa kecil melihat ekspresi wajah Jack. Dia kemudian menjawab, "Tidak, Tuan Muda. Kpami menaiki mobil buggy setelah beberapa meter berjalan. Jadi, anda dan Nona Claire tidak perlu khawatir Tuan Bob kelelahan.""Terima kasih, Tuan Bruce sudah menemani ayahku berkeliling. Aku bisa melihat dia sangat senang."Bruce membungkuk dan tersenyum, "Suatu kehormatan bagi saya, Nona.""Ayah, apa kebu
'Benar, aku Claire Boutcher, Tuan,' jawab Claire.Namun, tentu saja jawabannya itu tidak sampai terdengar oleh telinga Tom, sebab dia hanya mengatakannya di dalam hati. Kenyataannya, kini Claire hanya mematung. Jangankan bersuara, sekadar menggeleng atau mengangguk saja dia tidak melakukannya.Claire hanya memandang Tom Roodenburg dengan takut-takut.Melihat calon istrinya demikian, Jack tersenyum sambil menghela napas. Tanpa mengatakan apa-apa, Jack berjalan ke sisi Claire. Dia memegang kedua pundak wanita itu.Claire terkesiap. Dia menoleh pada Jack sebelum tersenyum pada Tom Roodenburg."Be-benar, Tuan. Saya Claire, Claire Boutcher." Dia mengangguk pelan, lantas mengulurkan tangannya pada Tom Roodenburg.Tanpa diduga, Tuan Tom terkekeh. Dia membiarkan tangan Claire terulur tanpa bersambut. Terlihat jelas kalau tangan wanita itu bergetar hebat, seperti hendak ditarik kembali, tetapi tidak berani. Claire bingung, cemas, dan semakin takut.Dia mulai berpikir tawa Tuan Tom bermaksud u
Jack tersenyum lebar menggandeng kekasihnya. Namun, tidak seperti dirinya, wajah Claire terlihat pucat seperti kertas.Saat ini dalam hatinya Claire pasti tidak berhenti berbicara selagi kepalanya dipenuhi kecemasan-kecemasan. Dia tahu benar bahwa inilah yang dia inginkan. Menikah dengan Jack tentu suatu kebahagiaan yang bahkan tidak akan cukup untuk diwakili oleh ribuan kata bahagia itu sendiri. 'Tapi, apa secepat ini?'Claire menelan ludahnya dengan susah payah. Ini akan menjadi lebih sederhana jika Jack yang menggandengnya adalah seorang kurir pizza biasa. Pikiran Claire menjadi kusut karena dia tahu pria yang akan menikahinya bukanlah orang biasa."Jack.""Ya." Jack berbalik untuk melihat Claire."Apa kamu yakin, kamu akan menikah denganku?" Claire meremas tangan Jack."Kenapa? Kamu tidak mau menikah denganku?""Bukan seperti itu. Tapi-"Belum sampai Claire menuntaskan kalimatnya, Jack sudah menyela dengan berkata, "Claire, aku lelaki normal. Aku tidak memiliki penyakit menular.
Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de
Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.
Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be
Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih
Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu
Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma
“Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka
"Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu
Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.