'Benar, aku Claire Boutcher, Tuan,' jawab Claire.Namun, tentu saja jawabannya itu tidak sampai terdengar oleh telinga Tom, sebab dia hanya mengatakannya di dalam hati. Kenyataannya, kini Claire hanya mematung. Jangankan bersuara, sekadar menggeleng atau mengangguk saja dia tidak melakukannya.Claire hanya memandang Tom Roodenburg dengan takut-takut.Melihat calon istrinya demikian, Jack tersenyum sambil menghela napas. Tanpa mengatakan apa-apa, Jack berjalan ke sisi Claire. Dia memegang kedua pundak wanita itu.Claire terkesiap. Dia menoleh pada Jack sebelum tersenyum pada Tom Roodenburg."Be-benar, Tuan. Saya Claire, Claire Boutcher." Dia mengangguk pelan, lantas mengulurkan tangannya pada Tom Roodenburg.Tanpa diduga, Tuan Tom terkekeh. Dia membiarkan tangan Claire terulur tanpa bersambut. Terlihat jelas kalau tangan wanita itu bergetar hebat, seperti hendak ditarik kembali, tetapi tidak berani. Claire bingung, cemas, dan semakin takut.Dia mulai berpikir tawa Tuan Tom bermaksud u
Jack tersenyum lebar menggandeng kekasihnya. Namun, tidak seperti dirinya, wajah Claire terlihat pucat seperti kertas.Saat ini dalam hatinya Claire pasti tidak berhenti berbicara selagi kepalanya dipenuhi kecemasan-kecemasan. Dia tahu benar bahwa inilah yang dia inginkan. Menikah dengan Jack tentu suatu kebahagiaan yang bahkan tidak akan cukup untuk diwakili oleh ribuan kata bahagia itu sendiri. 'Tapi, apa secepat ini?'Claire menelan ludahnya dengan susah payah. Ini akan menjadi lebih sederhana jika Jack yang menggandengnya adalah seorang kurir pizza biasa. Pikiran Claire menjadi kusut karena dia tahu pria yang akan menikahinya bukanlah orang biasa."Jack.""Ya." Jack berbalik untuk melihat Claire."Apa kamu yakin, kamu akan menikah denganku?" Claire meremas tangan Jack."Kenapa? Kamu tidak mau menikah denganku?""Bukan seperti itu. Tapi-"Belum sampai Claire menuntaskan kalimatnya, Jack sudah menyela dengan berkata, "Claire, aku lelaki normal. Aku tidak memiliki penyakit menular.
Jack memaksa untuk mengantarkan Claire dan Paman Bob pulang, meski Claire menyanggupi untuk pulang sendiri. Kini sebuah mobil Mercedes Benz hitam lainnya melaju di belakang mobil yang dikemudikan Jack."Lihatlah, bukankah kamu terlalu memaksakan diri? Kita bisa membuat ini menjadi lebih sederhana dengan membiarkan aku dan ayah pulang sendiri," ucap Claire usai menunjuk sejenak ke arah belakang. "Pengawalmu menjadi repot mengikuti mobil ini.""Claire ..." Paman Bob memanggil putrinya untuk mencegahnya berbicara lebih banyak."Baiklah, baiklah. Tapi Jack, daripada kamu lelah bolak-balik ke Greenroad Villa, bukankah lebih efektif jika kamu membiarkan aku menyetir. Menyetir dari Greenroad Villa ke rumahku tidak akan membuatku lelah. Oh, atau kamu cemas aku akan ceroboh? Percayalah Jack, aku sudah memiliki surat izin mengemudi. Akan aku tujukan padamu. Sebentar."Di detik ini, Jack meletakkan punggung tangan kanannya di depan mulut sambil berdeham. Dia berusaha keras menyimpan tawanya."Li
Ini memang hari Senin, hari yang terasa berat sebab harus kembali pada rutinitas kerja setelah mencicipi nikmatnya akhir pekan. Setidaknya itulah yang selalu dirasakan Claire sehingga dia sering merasa malas untuk bangun dari tidurnya. Rasanya, ketika dia telah membuka mata di Senin pagi, segala hal melelahkan di tempat kerja mencuat dalam ingatannya.Itu membuat kelopak matanya terasa lebih berat untuk dibuka.Biarpun begitu, Claire selalu bangun pagi karena tanggung jawab, terlebih setelah menjadi manajer kedai, tugasnya menjadi lebih besar. Lagipula, dia sudah pernah menjadi pengangguran. Selelah-lelahnya bekerja, tetap lebih lelah mencari pekerjaan. Namun, pagi ini sedikit berbeda. Claire bangun lebih awal, bahkan sangat awal. Tidak hanya itu, dia juga sudah mandi sangat pagi sekali. Dan sekarang dia sedang berdiri di depan lemari.Lemari itu telah terbuka sejak tadi. Dan Claire masih fokus memandangi baju-bajunya. Dia memaki diri sendiri karena selama ini tidak begitu mengurus pe
Wanita itu mengambil jeda. Wajahnya terlihat rumit karena memikirkan jawaban yang pas untuk Claire. Biar bagaimanapun dia tidak bisa mengabaikan kemampuannya dalam menilai penampilan seseorang. Dia biasa memberikan kritik, juga menjadi konsultan untuk penampilan seseorang. Namun, dia tahu benar siapa orang yang ada di hadapannya sekarang. Dia tidak boleh sembarangan berbicara. Menyinggung kekasih Tuan Muda Roodenburg sama artinya dengan menyinggung sang tuan muda itu sendiri.“Sempurna.” Wanita itu melanjutkan dengan senyum yang terlihat semakin aneh.Tentu saja pelipis Claire berkedut semakin cepat. Dia tahu betapa kacau penampilannya sekarang. Namun, dia menahan diri untuk berbicara. Memang benar, terkadang diam menjadi pilihan terbaik.“Perkenalkan Nona Boucther, saya Regina sebagai perias wajah, ini Judith yang akan menata rambut anda, sedangkan ini adalah Sheila yang akan memilihkan pakaian yang pas untuk anda.”‘Jadi mereka memiliki tugas yang berbeda. Berapa banyak tagihan yan
"Apa kamu akan terus memandangiku atau mulai menyalakan dan mengemudikan mobil ini?"Jack menggeleng pelan tanpa mengendurkan senyumnya. Dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya menghela napas panjang. "Haah ..."Sungguh, penampilan Claire telah mengalihkan dunia Jack!Claire mendekatkan diri pada Jack untuk berbisik, "Cepat nyalakan mobil kerenmu ini atau aku semakin gemas dan tidak bisa menahan diri lagi untuk menciummu."Jack semakin menatap Claire lekat-lekat. Persahabatan mereka selama ini memang sangat dekat. Mereka sering bergandengan tangan ataupun berbagi pelukan. Kontak fisik seperti itu kerap mereka lakukan bahkan di depan Paman Bob sekalipun. Namun, belum pernah satu kali saja mereka berciuman, di pipi apalagi di bibir.Jack tahu Claire hanya bercanda. Tapi itu cukup berhasil membuat darahnya berdesir lebih cepat. Sejatinya, ketika Jack masih menjadi pacar Sophie pun dia menahan diri untuk melakukan lebih. Meski tidak dipungkiri ada hasrat dalam hati untuk melakukannya.Mun
Sebuah mobil memasuki tempat parkir utama University of Carnaby. Tentu saja keberadaan mobil sport super mewah itu berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitarnya."Wow, siapa yang datang? Lihatlah mobilnya sangat keren!" puji salah seorang mahasiswa yang berjalan bersama teman-temannya.Seorang pemuda lainnya menimpali, "Itu Lamborghini Egoista, memiliki bodi super duper keren seperti jet tempur. Jangan salah, interior dalamnya juga sangat keren. Jika kamu masuk ke mobil itu, rasanya seperti berada di dalam jet tempur. Terdapat satu jok berbentuk kokpit. Selain itu, mesinnya memiliki kapasitas 5,2 liter V10. Dan, saat melaju di jalan, Lamborghini Egoista bisa mencapai kecepatan 350 km/jam. Sangat cepat!"Teman-temannya terpukau mendengarkan penuturannya tentang mobil itu. Dia kemudian bertanya, "Apa kamu tahu berapa harganya?"Rekan-rekannya dengan kompak menggeleng. Lantas, salah seorang dari mereka berkata, "Pasti sangat mahal!"Pemuda yang mengajukan pertanyaan tadi menggelen
Dia adalah Elena Stuart, teman kelas Jack yang gagal membalaskan dendamnya. Demi menuntaskan rasa sakit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan, Elena bersekongkol dengan Gerald Wide untuk mempermalukan Jack di hari reuni di StarIn Shine Hotel. Namun, rencana mereka gagal karena Jack justru mendapat penghormatan yang luar biasa dari sang pemilik hotel.Segala hinaan dan perlakuan buruk yang dia dan Gerald lakukan terbalas begitu saja meski Jack tidak membalasnya. Elena benar-benar merasa sangat sial waktu itu karena Jack bisa membalikkan situasi dengan sangat mudah tanpa melakukan apa-apa.‘Kali ini aku tidak akan membuang kesempatan!’ batin Elena ketika melihat Jack memasuki ruang dosen.Elena pikir apa yang terjadi di StarIn Shine Hotel adalah kebetulan yang menguntungkan Jack. Tapi bukahkah keberuntungan tidak selalu datang dalam kehidupan seseorang? Dan sekarang Elena yakin bahwa ini adalah hari yang sial untuk Jack.“Elena,” balas Jack dengan wajah dan suara tenang seperti bias