"Aku tahu Tuan Muda Roodenburg terlalu sempurna untukku. Tapi Tuan Bruce, melihatnya bersama pacarnya juga membuatku sakit hati. Aku sadar, pelayan sepertiku tidak pantas untuk Tuan Muda. Tapi Tuan Bruce, meski begitu aku merasa terpukul mengetahui dia telah menetapkan wanita yang akan dinikahi. Lalu aku harus bagaimana? Aku ingin bahagia untuk Tuan Muda, tapi ..." Bruce menepuk-nepuk pundak Renee. "Sudah, sudah. Jika kamu sudah tahu dan sadar tentang hal-hal tersebut, maka berhentilah bersikap seperti ini." Bruce melanjutkan, "Tuan Muda tidak hanya berkelas secara penampilan, kekayaan, dan lain sebagainya. Tetapi dia juga memiliki sikap dan sifat yang berkelas. Kita sudah bekerja untuk keluarga Roodenburg sebelum Tuan Muda ditemukan. Tuan Tom memperlakukan kita dengan sangat baik, tetapi cucunya memperlakukan kita seperti keluarga. Kamu tentu masih ingat apa yang dilakukan Tuan Muda saat kamu pingsan di kamarnya. Jika itu orang lain, pasti akan langsung memanggilku untuk membawamu p
"Tentu saja, semua baik-baik saja. Jangan cemas. Itu hanya telepon dari Matthew. Sebaiknya kita habiskan sarapan dan segera pergi ke kebun stroberi."Pagi itu Greenroad Villa menjadi berbeda. Kedamaian menjadi semakin lengkap dengan kebahagiaan dan cinta.Mereka hendak pergi ke kebun stroberi. Namun, Paman Bob menolak."Kalian berdua saja yang memetik stroberi untukku. Jika Tuan Muda mengizinkan, aku ingin berjalan-jalan berkeliling kebun." Sebenarnya, Paman Bob tidak ingin menganggu kebersamaan putrinya dengan Jack."Paman, jangan memanggilku seperti itu. Bagiku, nada panggilan 'Jack' darimu adalah yang terbaik.""Benarkah?" sahut Claire. "Jack. Jack? Jack!" Dia mencoba beberapa nada dan membuat ayahnya menepuk keningnya sendiri.Paman Bob berbisik pada Jack. "Lihatlah, aku tidak yakin putriku akan berubah setelah menjadi Nyonya Roodenburg."Jack tertawa cukup keras. Dia membuat Claire menoleh padanya."Kenapa kamu tertawa?" sergap Claire."Tidak apa-apa, Paman Bob. Justru itulah yan
Tanpa disadari hari cepat berlalu. Pagi telah habis dan digantikan dengan siang. Paman Bob yang baru kembali usai berkeliling kebun, terlihat sangat senang. Dia melepas topi yang diberikan Bruce sebelum duduk di kursi di teras rumah."Aah!" Sebuah napas panjang keluar dari mulut Paman Bob. Meski terdengar sedikit penat, dia masih tersenyum lebar. Wajahnya tetap berseri seperti sebelum dia mengelilingi kebun."Bruce, apa kamu membiarkan Paman Bob berjalan terus mengelilingi perkebunan?" tanya Jack yang sudah lebih dulu tiba bersama Claire usai mendapatkan satu keranjang penuh stroberi.Bruce sempat tertawa kecil melihat ekspresi wajah Jack. Dia kemudian menjawab, "Tidak, Tuan Muda. Kpami menaiki mobil buggy setelah beberapa meter berjalan. Jadi, anda dan Nona Claire tidak perlu khawatir Tuan Bob kelelahan.""Terima kasih, Tuan Bruce sudah menemani ayahku berkeliling. Aku bisa melihat dia sangat senang."Bruce membungkuk dan tersenyum, "Suatu kehormatan bagi saya, Nona.""Ayah, apa kebu
'Benar, aku Claire Boutcher, Tuan,' jawab Claire.Namun, tentu saja jawabannya itu tidak sampai terdengar oleh telinga Tom, sebab dia hanya mengatakannya di dalam hati. Kenyataannya, kini Claire hanya mematung. Jangankan bersuara, sekadar menggeleng atau mengangguk saja dia tidak melakukannya.Claire hanya memandang Tom Roodenburg dengan takut-takut.Melihat calon istrinya demikian, Jack tersenyum sambil menghela napas. Tanpa mengatakan apa-apa, Jack berjalan ke sisi Claire. Dia memegang kedua pundak wanita itu.Claire terkesiap. Dia menoleh pada Jack sebelum tersenyum pada Tom Roodenburg."Be-benar, Tuan. Saya Claire, Claire Boutcher." Dia mengangguk pelan, lantas mengulurkan tangannya pada Tom Roodenburg.Tanpa diduga, Tuan Tom terkekeh. Dia membiarkan tangan Claire terulur tanpa bersambut. Terlihat jelas kalau tangan wanita itu bergetar hebat, seperti hendak ditarik kembali, tetapi tidak berani. Claire bingung, cemas, dan semakin takut.Dia mulai berpikir tawa Tuan Tom bermaksud u
Jack tersenyum lebar menggandeng kekasihnya. Namun, tidak seperti dirinya, wajah Claire terlihat pucat seperti kertas.Saat ini dalam hatinya Claire pasti tidak berhenti berbicara selagi kepalanya dipenuhi kecemasan-kecemasan. Dia tahu benar bahwa inilah yang dia inginkan. Menikah dengan Jack tentu suatu kebahagiaan yang bahkan tidak akan cukup untuk diwakili oleh ribuan kata bahagia itu sendiri. 'Tapi, apa secepat ini?'Claire menelan ludahnya dengan susah payah. Ini akan menjadi lebih sederhana jika Jack yang menggandengnya adalah seorang kurir pizza biasa. Pikiran Claire menjadi kusut karena dia tahu pria yang akan menikahinya bukanlah orang biasa."Jack.""Ya." Jack berbalik untuk melihat Claire."Apa kamu yakin, kamu akan menikah denganku?" Claire meremas tangan Jack."Kenapa? Kamu tidak mau menikah denganku?""Bukan seperti itu. Tapi-"Belum sampai Claire menuntaskan kalimatnya, Jack sudah menyela dengan berkata, "Claire, aku lelaki normal. Aku tidak memiliki penyakit menular.
Jack memaksa untuk mengantarkan Claire dan Paman Bob pulang, meski Claire menyanggupi untuk pulang sendiri. Kini sebuah mobil Mercedes Benz hitam lainnya melaju di belakang mobil yang dikemudikan Jack."Lihatlah, bukankah kamu terlalu memaksakan diri? Kita bisa membuat ini menjadi lebih sederhana dengan membiarkan aku dan ayah pulang sendiri," ucap Claire usai menunjuk sejenak ke arah belakang. "Pengawalmu menjadi repot mengikuti mobil ini.""Claire ..." Paman Bob memanggil putrinya untuk mencegahnya berbicara lebih banyak."Baiklah, baiklah. Tapi Jack, daripada kamu lelah bolak-balik ke Greenroad Villa, bukankah lebih efektif jika kamu membiarkan aku menyetir. Menyetir dari Greenroad Villa ke rumahku tidak akan membuatku lelah. Oh, atau kamu cemas aku akan ceroboh? Percayalah Jack, aku sudah memiliki surat izin mengemudi. Akan aku tujukan padamu. Sebentar."Di detik ini, Jack meletakkan punggung tangan kanannya di depan mulut sambil berdeham. Dia berusaha keras menyimpan tawanya."Li
Ini memang hari Senin, hari yang terasa berat sebab harus kembali pada rutinitas kerja setelah mencicipi nikmatnya akhir pekan. Setidaknya itulah yang selalu dirasakan Claire sehingga dia sering merasa malas untuk bangun dari tidurnya. Rasanya, ketika dia telah membuka mata di Senin pagi, segala hal melelahkan di tempat kerja mencuat dalam ingatannya.Itu membuat kelopak matanya terasa lebih berat untuk dibuka.Biarpun begitu, Claire selalu bangun pagi karena tanggung jawab, terlebih setelah menjadi manajer kedai, tugasnya menjadi lebih besar. Lagipula, dia sudah pernah menjadi pengangguran. Selelah-lelahnya bekerja, tetap lebih lelah mencari pekerjaan. Namun, pagi ini sedikit berbeda. Claire bangun lebih awal, bahkan sangat awal. Tidak hanya itu, dia juga sudah mandi sangat pagi sekali. Dan sekarang dia sedang berdiri di depan lemari.Lemari itu telah terbuka sejak tadi. Dan Claire masih fokus memandangi baju-bajunya. Dia memaki diri sendiri karena selama ini tidak begitu mengurus pe
Wanita itu mengambil jeda. Wajahnya terlihat rumit karena memikirkan jawaban yang pas untuk Claire. Biar bagaimanapun dia tidak bisa mengabaikan kemampuannya dalam menilai penampilan seseorang. Dia biasa memberikan kritik, juga menjadi konsultan untuk penampilan seseorang. Namun, dia tahu benar siapa orang yang ada di hadapannya sekarang. Dia tidak boleh sembarangan berbicara. Menyinggung kekasih Tuan Muda Roodenburg sama artinya dengan menyinggung sang tuan muda itu sendiri.“Sempurna.” Wanita itu melanjutkan dengan senyum yang terlihat semakin aneh.Tentu saja pelipis Claire berkedut semakin cepat. Dia tahu betapa kacau penampilannya sekarang. Namun, dia menahan diri untuk berbicara. Memang benar, terkadang diam menjadi pilihan terbaik.“Perkenalkan Nona Boucther, saya Regina sebagai perias wajah, ini Judith yang akan menata rambut anda, sedangkan ini adalah Sheila yang akan memilihkan pakaian yang pas untuk anda.”‘Jadi mereka memiliki tugas yang berbeda. Berapa banyak tagihan yan