Jeremy harus menderita rasa sakit yang lebih besar lagi akibat tendangan keras yang diberikan oleh Mario. Semua orang tentu sangat terkejut dengan reaksi yang diberikan oleh Mario. Mereka menjadi sangat penasaran mengapa Mario begitu murka setelah mendengar kesaksian dari orang-orang itu tentang perbuatan Jeremy yang sangat buruk pada Jack."Bangun! Ayo bangun cepat!!" Mario membentak sangat keras. Dia menarik kerah baju Jeremy hingga membuat pria itu berdiri lagi."Tuan Mario, tolong hentikan semua ini. Anda tidak bisa memukuli saya seenaknya, sedangkan saya tidak melakukan kesalahan apa pun.""Ternyata kamu masih berani membela diri. Dengarkan baik-baik. Kamu dan pacarmu telah melakukan kesalahan besar dengan bersikap buruk kepada Tuan Muda Roodenburg.""Apa?" Kata tanya itu hampir mencuat dari mulut semua orang. Mereka sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Mario.Merasa dirinya menjadi korban salah sasaran, Jeremy kemudian membantah, "Tidak, Tuan Mario. Itu sama sekali
"Tentu tidak, Tuan Muda. Aku sudah insyaf. Aku tidak akan lagi bersikap buruk kepada siapa pun tanpa peduli siapa orang yang aku hadapi. Aku sangat menyesal atas semua kebodohanku. Aku bahkan jijik pada diriku sendiri karena telah berani bersikap sombong. Padahal anda yang memiliki segalanya tetap rendah hati dan tidak meremehkan siapa pun.""Itu karena kamu sudah tahu bahwa Jack adalah Tuan Muda Roodenburg." Eleanor turut berkomentar. Wanita itu sangat tidak rela jika Jeremy bebas begitu saja atas segala kesalahan yang telah dia perbuat. Jeremy pantas mendapatkan hukuman yang sangat berat supaya pria itu mengambil pelajaran berharga. Jika dia terlepas begitu saja tanpa hukuman yang berarti, bisa jadi Jeremy akan mengulangi kesalahannya pada orang lain.Sementara itu, melihat kekasihnya memohon ampun di hadapan Jack Roodenburg, Jessie juga berpikir bahwa dia perlu melakukan hal yang sama untuk menyelamatkan diri. Dia tentu masih sangat ingat bagaimana dirinya menyombongkan diri di ha
Semua orang menjadi tegang menunggu Jack melanjutkan kalimatnya. Sebelumnya Jack memang sengaja mengambil jeda untuk mendatangkan rasa cemas yang lebih besar di hati Jeremy dan Jessie."Hukuman untuk kalian adalah jangan pernah sekali pun menunjukkan wajah kalian di hadapanku. Jika tidak, aku sendiri yang akan menghajar kalian hingga memohon untuk mati." Sungguh ucapan Jack itu disampaikan dengan nada yang biasa saja, tetapi kalimatnya berhasil membuat semua orang merasa sangat terintimidasi, terutama tentu saja Jeremy dan Jessie.Jeremy dan Jessie saling menatap satu sama lain. Mereka dengan kompak menelan ludah dengan susah payah. Rasanya seperti ada bongkahan batu besar yang tersangkut di tenggorokan mereka.Jujur saja hukuman yang diberikan Jack kepada mereka sangatlah berat. Mereka masih ingin bertemu dan berbicara dengan sang tuan muda dengan baik-baik. Bahkan mereka berharap bisa menjalin hubungan lagi setelah insiden yang sangat memalukan ini.Namun, apakah mereka masih beran
Jantung Claire berdebar hebat mendengar pertanyaan dari Jack. Dia segera memalingkan wajah untuk menghindar dari tatapan mata sang tuan muda.Jack tersenyum melihat sahabatnya memejamkan mata erat-erat. Namun, dia tidak berpikir untuk membuat Claire berhenti bergeming. Jack membiarkan Claire mengisi ruangan itu dengan keheningan.Tidak dipungkiri, Claire mendapat serangan gugup yang sangat besar. Dia memang sering menghabiskan waktu bersama Jack, menceritakan banyak hal padanya, juga tanpa segan memberikan pelukan hangat. Tapi semua dia lakukan di atas status 'persahabatan'.Bisa dikatakan tidak ada hal yang Claire rahasiakan dari Jack, kecuali satu hal, yakni perasaannya. Dia tidak tahu sejak kapan mencintai Jack, tapi sejak awal dia tidak berani mengharapkan bisa menjadi kekasih sahabatnya itu.Semua sudah lebih dari cukup untuk Claire.Maka, ketika Claire dihadapkan dengan situasi semacam ini, dia tidak tahu harus berjingkrak-jingkrak kegirangan atau melakukan yang lainnya.Sementa
Di dalam mobilnya yang dikemudikan Jack, Claire tersenyum sambil menatap steak daging kobe premium di pangkuannya. Sebenarnya Jack sudah memintanya untuk meletakkan steak itu di depan, tetapi Claire ingin memegangi steak itu. “Sampai kapan kamu akan menatapnya?”Claire menoleh sesaat pada Jack. Dia tidak mengatakan apa pun dan hanya melemparkan senyum sebagai jawabannya. Sesudah itu, dia kembali menatap oleh-oleh untuk Paman Bob dari tunangannya, Jack Roodenburg.“Bagaimana reaksi Ayah jika tahu bahwa kamu adalah Tuan Muda Roodenburg?”Jack tersenyum hangat. “Tunggu sampai aku memberikan kejutan untuknya besok. Karena satu hal, aku tidak bisa pergi makan malam bersamamu dan Paman Bob. Besok aku akan membuat jamuan di tempat tinggalku, khusus untuk si tukang kayu teladan!”Claire menyerongkan tubuhnya agar bisa lebih leluasa menghadap Jack. Dia baru menyadari satu hal. “Kamu belum mengatakan padaku, di mana sebenarnya kamu tinggal setelah pergi dari kos milik Ross.”“O, kalau begitu,
Claire menggigit bibirnya sambil berjalan mondar-mandir di dekat pintu. Sesekali dia berkacak pinggang ketika melihat ke depan, tidak ada siapa pun yang datang.“Claire, ini masih pagi. Udara pagi sangat baik ‘kan? Jadi berhentilah mondar-mandir di situ. Kamu menghalang-halangi udara segar untuk masuk ke rumah.” Paman Bob melanjutkan aktivitasnya membaca koran.Claire mendengus kesal. “Ayah, putrimu ini sedang cemas, tapi Ayah malah mencemaskan udara.”“Itu bukan hal baru. Kamu selalu cemas setiap hari. Padahal ini masih terlalu pagi. Memangnya siapa yang kamu tunggu? Sejak pagi kamu sudah rapi seperti bersiap mau pergi. Apa kamu ada lembur di King Pizza?”Claire tidak menyahut. Dia berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan saling bertaut erat. Matanya tidak berhenti memperhatikan jalan.Akan tetapi, beberapa detik kemudian, Claire berlari masuk ke dalam rumahnya. Dia duduk di samping sang ayah. Dia merangkul lengan ayahnya sambil menyandarkan kepala di pundak sang ayah.Tentu saja
Jack kembali ke mobil dengan membawa dua gelas teh hijau hangat dan paperbag berisi roti. Namun, senyumnya hilang ketika melihat Claire tidak ada di tempat duduknya.“Paman, di mana putrimu?”Paman Bob turun dari dalam mobil. Dia mengambil dua gelas teh dari tangan Jack untuk diletakkan di dalam mobil. “Dia pergi ke taman saat melihat orang-orang berkerumun di jembatan. Aku sudah memintanya untuk menunggumu. Tapi dia cepat-cepat pergi karena ada seorang gadis kecil menangis di sana.”Tanpa membuang waktu lagi, Jack bergegas berjalan ke arah taman. Dia pergi untuk menyusul Claire setelah meletakkan paperbag di dalam mobil. Tidak mau ketinggalan, Paman Bob pun mengikutinya.Ketika Jack sudah semakin dekat dengan jembatan besar yang melintang di atas sungai, suara tangisan anak perempuan menjadi lebih keras. Di sela-sela tangisan itu, wanita yang menggendongnya mencoba menenangkan, demikian juga pria yang berdiri di sampingnya.Sementara itu, melihat Jack dan ayahnya berjalan mendekat, C
Bunyi khas terdengar ketika tubuh Jack membentur permukaan sungai setelah dia meluncur terjun ke sana.Seketika orang-orang menepi agar bisa melihat Jack lebih jelas. Mereka tidak percaya jika Jack benar-benar akan nekat berenang ke sungai itu.Sementara itu, atas apa yang Claire ucapkan pada Jack, dia mendapat pelukan hangat dari si gadis kecil. "Tenang ya, pacarku pasti akan berusaha keras untuk menyelamatkan Pipo."Si gadis kecil mengangguk dengan senyum penuh harap. Dia meminta untuk digendong ibunya lagi, melihat ke arah sungai.Kini dengan perasaan tegang semua orang menunggu Jack muncul kembali dari dalam air sungai. Namun, hal itu tidak kunjung terjadi. Sudah cukup lama sejak Jack masuk ke dalam sungai, tetapi tidak juga muncul sampai sekarang.Claire mulai menggigit bibirnya sendiri. Terlebih ketika dia mendengar orang-orang yang tadi berbicara buruk, kini memulai ucapan-ucapan buruk mereka lagi.“Lihatlah, pemuda tidak waras itu benar-benar telah mendapat balasan karena tida