Share

Bab 138

Author: Khoirul N.
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Argh!!"

Erangan keras dari mulut Donald menggema di antara langit malam yang memerah oleh kobaran api. Dia ingin sekali memegangi kakinya yang mengeluarkan darah segar usai sebuah timah panas menembusnya.

Namun, Donald tidak memiliki izin untuk menurunkan tangannya.

Walaupun pistol Thomas sudah tidak menempel di pelipis Donald usai mengeluarkan sebuah tembakan, masih ada banyak pistol lainnya yang menyasar dirinya.

Donald yang sangat geram dengan kesialan tersebut, tidak mampu menahan diri untuk tidak mengumpat. "Kurang ajar! Berani-"

DOR!

Seluruh anak buah Donald memejamkan mata sesaat, tidak sanggup menyaksikan kaki bos mereka ditembak lagi. Dari lenguh panjang yang terdengar, bisa dipastikan Donald begitu kesakitan.

"Sekali lagi kamu berani berbicara kasar, memaki, atau membentak Tuan Muda Roodenburg, aku akan membuatmu tidak merasakan sakit lagi, karena jantungmulah sasaran tembak berikutnya!" Thomas berbicara tergas.

Meski tahu hal buruk mungkin saja menimpanya, Donald nekat me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 139

    "Jangan mengotori sepatuku dengan mulut anda." Jack menjawabnya dengan santai.Donald seperti tersambar petir. Dia bergeming dengan rasa terhina yang membuat tenggorokannya terasa sakit.Dia adalah Donald Pasmod, mafia narkoba yang sangat ditakuti. Anak buahnya tersebar di mana-mana. Biarpun semua orang mengenalnya sebagai penjual barang terlarang, mereka tidak berani melaporkannya ke polisi karena kekuasaannya bahkan telah masuk ke kepolisian.Apa pun yang Donald inginkan pasti bisa dia dapatkan. Perintahnya selalu dituruti. Jika ada musuh yang mencoba untuk mengganggunya, dia tidak akan berpikir panjang untuk meminta anak buahnya melepaskan tembakan. Demikian pula jika ada orang yang membantah atau melawannya, dia sendiri tidak akan segan untuk melakukan kekerasan, bahkan jika diperlukan dia juga akan menodongkan pistol dan menyingkirkan mereka dari dunia ini untuk selamanya.Bisa dikatakan menembak adalah hobi Donald Pasmod.'Kenapa sekarang aku hanya diam meski pemuda ini telah me

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 140

    Setelah memastikan Donald Pasmod dan para anak buahnya mendapatkan balasan semestinya, Jack bisa bernapas lebih lega. Dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang setelah mandi. Baru saja matanya hendak terpejam sebuah telepon masuk dan membuat ponselnya berdering. Awalnya Jack mengira itu adalah panggilan dari Matthew atau Thomas untuk melaporkan pekerjaan mereka, tetapi setelah melihat layar ponselnya Jack mengerutkan keningnya. "Claire? Kenapa dia menelepon tengah malam begini?" Jack menjadi khawatir. Mungkinkah sesuatu terjadi ketika Claire mengajak Paman Bob berjalan-jalan? Jika semuanya baik-baik saja Claire tidak akan meneleponnya semalam ini, pasti dia akan menunggu besok hari. "Halo, Jack!" sapa Claire dari balik telepon. Belum sampai Jack menyahut, dia sudah berbicara lagi, "Kamu di mana sekarang? Maaf kalau aku mengganggumu, tapi ini benar-benar masalah yang tidak bis a-aku selesaikan sendiri." Jack bangkit. Dia langsung duduk karena cemas mendengar nada bicara Claire yang

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 141

    Meski terlambat, pada akhirnya Cliare bisa tidur juga tadi malam. Dia bisa berangkat bekerja dengan perasaan tenang. Namun, ketika dia telah tiba di King Pizza, dia mulai memikirkan satu hal penting yang tidak terpikirkan sebelumnya. Claire sudah berhenti memikirkan soal reuni, tetapi dia malah ganti memikirkan masalah lain yang tidak kalah besar. Hingga waktu istirahat tiba, Claire masih tetap saja merasa harus melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah itu. "Sepertinya aku memang harus menemuinya. Aku tidak mau merusak hubungan mereka." Claire berdiri dari kursi. Dia keluar dari ruangannya untuk pergi ke suatu tempat. Tidak lupa Claire meminta pada Catherine untuk tetap mengawasi kedai selagi jeda istirahat hingga dirinya kembali. "Aku akan segera kembali," jawab Claire ketika Catherine menanyakan sampai kapan akan meninggalkan kedai. Dia tidak menjawab pertanyaan Catherine terkait ke mana akan pergi. Claire pun keluar dari King Pizza dengan perasaan campur aduk. Dia merasa

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 142

    Jantung Audrey berdetak sangat cepat menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan besar. Wajahnya terlihat sangat rumit ketika dia berpikir keras untuk menjawab pertanyaan dari Claire. Sebetulnya itu bukanlah pertanyaan yang sulit. Audrey tahu pasti apa jawabannya. Akan tetapi, terkadang suatu hal tidak bisa diungkapkan meskipun sudah pasti kebenarannya. 'Kenapa aku bisa lupa jika identitas Tuan Muda dirahasiakan? Dasar bodoh!' Audrey memaki dirinya sendiri. Dia tentu tidak ingin menjadi orang yang tidak bisa dipercaya. Jack telah mempercayainya, tidak semestinya dia membongkar rahasia sang tuan muda. Selain itu, Audrey yakin bahwa Jack memiliki alasan tersendiri atas keputusannya menyembunyikan identitasnya, tidak menunjukkan jati diri yang sebenarnya kepada semua orang. 'Jika waktunya sudah tiba, Tuan Muda pasti akan mengumumkannya juga. Tapi di sini aku malah berbicara sangat lancang!' imbuh Audrey masih dalam diam. "Audrey, kenapa kamu menyinggung soal Tuan Muda? Apa yang kam

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 143

    Di sebuah rumah sederhana tampak seorang pria berdiri di depan pintu dengan penampilan rapi dan menawan. Dia sedang menunggu seseorang untuk membukakan pintu. Jika dilihat secara saksama terdapat setangkai bunga mawar merah terselip di tangannya yang berada di belakang.Tampak seseorang menekan gagang pintu dari dalam. Lalu seorang wanita cantik menyembul dari dalam pintu."Jack!" Wanita itu keluar dan memeluk Jack erat.Benar, Jack memang berada di depan rumah Claire. Dia telah siap untuk menemani Claire pergi menghadiri undangan reuni SMA di Steakhouse Prime.Melihat setangkai mawar yang indah ada dalam genggaman Jack, Claire bertanya polos, "Kamu membawa bunga? Untuk siapa? Apa itu untuk ayah?"Bukan hal aneh jika Claire bertanya demikian sebab belum pernah sekalipun Jack datang ke rumahnya dengan membawa bunga. Jack memang sering datang mengunjunginya. Dia juga sering membawa makanan dan oleh-oleh lainnya, tetapi tidak dengan bunga."Jack?" Claire memanggil Jack yang terbengong ny

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 144

    Jack menghela napas panjang. Tidak mungkin baginya menceritakan tentang penyerangan dan penyergapan Donald Pasmod dan komplotannya. Dia tidak ingin mengontaminasi pikiran Claire dengan hal-hal semacam itu.Jack menyalakan mesin mobil untuk melaju ke Steakhouse Prime. Beberapa saat tidak ada suara di dalam mobil. Baik dia maupun Claire sama-sama diam dalam suasana yang tidak nyaman.Jika Jack diam memikirkan jawaban yang pas, Claire diam menunggu jawaban itu."Sebenarnya, aku menyelesaikan sesuatu yang semestinya aku bereskan," jawab Jack kemudian."Apa itu? Apa ada orang yang bersikap buruk padamu? Apa kamu terluka?" Claire memeriksa tubuh Jack dengan teliti."Ti-tidak, Claire. Aku baik-baik saja. Sudahlah, untuk apa membicarakan hari kemarin, sebaiknya kita bicarakan saja tentang reuni sekolahmu."Merasa Jack tidak ingin menceritakan sesuatu yang terjadi kemarin, Claire berusaha untuk menekan rasa ingin tahunya. Mungkin saja hal itu memang bersifat privat dan tidak untuk diceritakan

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 145

    "Jangan heran. Itu sangat wajar karena aku memang seorang tuan muda." Jack menjawab pertanyaan Claire sambil tersenyum. Jack jelas berkata jujur. Namun, tentu saja Claire tidak mempercayai ucapannya.Claire malah mencebik. "Kamu selalu bercanda. Jika diingat-ingat, belum pernah aku mendengar pelayan restoran memanggil pengunjung pria dengan sebutan tuan muda. Kalaupun ada, ya karena orang yang dipanggil memang berasal dari keluarga konglomerat. Rasanya aneh mendengar mereka memanggilmu tuan muda.""Aku jelaskan pun kamu tidak akan percaya."Claire melanjutkan lagi, "Menjadi semakin aneh karena mereka seperti tidak melihat keberadaanku. Mereka tidak memanggil atau menyapaku karena terlalu fokus menyambutmu, seolah-olah kamu ini orang penting dan berpengaruh saja. Apa karena setelan jas yang kamu sewa ini memang terlalu bagus ya? Mereka mengira kamu berasal dari keluarga kelas atas.""Mereka tidak menyapamu karena kamu diam saja. Sejak tadi hanya aku yang berbicara. Sudahlah Claire, ja

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 146

    "Tentu saja," jawab Jack mantap. "Memang itu kenyataannya," lanjutnya. Wajah Claire menjadi pucat seperti kertas. Dia menengok ke belakang untuk melihat penjaga pintu. Dadanya turun naik karena khawatir ucapan Jack terdengar oleh orang lain. "Jack, jangan sembarangan berbicara. Kamu kira keluarga Roodenburg akan diam saja jika ada orang lain yang mengaku-ngaku sebagai Tuan Muda Roodenburg?" Claire memegang kedua lengan Jack sebelum menatapnya lekat-lekat. "Dengar, Meskipun sampai detik ini wajah Tuan Muda Roodenburg belum diketahui oleh khalayak umum, jangan sekali-kali menyebut dirimu sebagai dirinya. Hal itu bisa membahayakan keselamatanmu. Iya kalau mereka melaporkanmu ke polisi, lalu kamu ditangkap dan dipenjara. Bagaimana kalau mereka bergerak sendiri, menculikmu dan melenyapkanmu?" "Jangan berpikir berlebihan, Claire. Aku-" "Aku mohon," ucap Claire menyela ucapan Jack. Dia menggeleng saat melanjutkan, "Jangan berbicara seperti itu lagi. Aku tidak ingin hal buruk terjadi pad

Latest chapter

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 204

    Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 203

    Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 202

    Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 201

    Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 200

    Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 199

    Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 198

    “Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 197

    "Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu

  • Dominasi sang Pewaris    Bab 196

    Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.

DMCA.com Protection Status