Sophie mencoba untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Meski dia sudah tidak tahan ingin menceritakan kenyataan mengejutkan yang baru dia ketahui hari ini, dia harus menunggu hingga jam istirahat tiba. Itu pun bukan untuk menelepon dan mengatakan semuanya, tetapi hanya mengirim pesan untuk melakukan pertemuan.Benar, Sophie memang ingin menceritakan semuanya secara langsung kepada para sahabatnya. Selain itu, dia juga ingin menjenguk Mary di rumahnya. Jadi, melakukan pertemuan di rumah Mary adalah ide yang sangat bagus."Baiklah, kita lanjutkan lagi setelah jam istirahat ya." Kepala Humas berbicara dengan semangat sebelum masuk ke dalam ruangannya.Para karyawan lama mengajak Sophie dan Oliver berbincang. Mereka ingin membangun kedekatan dengan karyawan baru agar bisa bekerja bersama dengan lebih baik. Lebih dari itu, Kepala Humas juga meminta para senior untuk bisa mengayomi juniornya."Aku tidak asing dengan wajahmu. Sepertinya kita pernah bertemu. Tapi di mana ya?" kata seorang karyaw
Para karyawan berdiri di tempatnya ketika Jack diikuti para pengawal berjalan di hadapan mereka. Semuanya menyunggingkan senyum terbaik dengan tubuh membungkuk rendah. Di antara mereka terlihat satu wanita dengan ekspresi yang berbeda.Wanita itu tidak tersenyum, tetapi wajahnya malah menyimpan kesedihan yang mendalam. Diam-diam dia bahkan menghapus air matanya.'Jack,' lirihnya dalam hati penuh sesal.Tepat sekali, wanita itu memang Sophie. Ketika Jack masih berada cukup jauh dari tempatnya berdiri, Sophie melongokkan kepala untuk melihatnya. Dia begitu bersemangat untuk menyapa Jack dan memberikan senyum terbaiknya. Namun, saat jarak keduanya sudah dekat dan bahkan Jack ada di hadapannya, Sophie ditampar oleh kenyataan.Wanita itu masih tidak mengira jika takdirnya akan semenyedihkan ini. Detik demi detik terlewat dengan rasa sesal yang tidak berkurang sedikit pun.Sophie sadar, Jack yang berjalan begitu saja melewatinya, bukanlah Jack yang dulu. Pria yang sering disebut pecundang o
Malam ini para karyawan di StarIn Shine Hotel terlihat sangat sibuk. Mereka melakukan persiapan untuk menyambut kedatangan orang yang sangat penting."Pastikan semua sempurna! Aku tidak mau ada cacat sedikit pun! Tuan Muda harus mendapatkan pelayanan terbaik." Robert Lechter bahkan memberi arahan langsung. Biasanya Robert membiarkan manajer hotel menangani semuanya. Sebagai hotel terbaik di kota ini, tentu ada banyak orang penting yang memilih StarIn Shine Hotel sebagai tempat tinggal sementara dalam acara-acara tertentu. Tidak hanya soal kamar yang menawan, hotel itu juga menyediakan aneka hidangan lezat lengkap dengan berbagai fasilitas mewah.Jadi, ini bukan kali pertama hotel itu kedatangan tamu penting. Lalu mengapa Robert Lechter sampai turun tangan untuk menyambut tamu malam ini?"Siapa yang akan datang? Tuan Lechter terlihat sangat bersemangat. Dia memastikan semuanya sejak awal sendiri." Seorang karyawan berbisik, bertanya pada rekannya. Dia merasa heran karena biasanya pemi
Sebuah mobil Rolls-Royce Phantom memasuki halaman StarIn Shine Hotel. Robert yang mendapat laporan dari penjaga akan kedatangan mobil mewah itu bergegas keluar. Dia sampai berlari menuju pintu utama hotel.Robert menyunggingkan senyum terbaiknya melihat logo keluarga Roodenburg pada plat nomor mobil tersebut. Dalam hati dia berkata, 'Tuan Muda Roodenburg, akhirnya anda tiba juga.'Sesaat pesan dari Matthew melintas di kepalanya. Kening Robert menjadi berkerut seketika. Dia menghubungi kepala penjaga di hotelnya untuk meningkatkan penjagaan dari orang-orang mencurigakan.Menepis semua kecemasannya, Robert kembali tersenyum lebar ketika mobil yang ditumpangi Jack telah berhenti. Seorang pria kekar turun dari mobil itu untuk membukakan pintu bagi Jack.Pandangan semua orang di tempat itu terpaku pada pintu yang telah dibukakan si pengawal. Terlihat kaki dalam balutan celana berwarna biru lengkap dengan sepatu pantofel mengkilap mencuat dari sana.Semua orang menjadi deg-degan!Aura yang
Jack tersenyum miring. Melihat perubahan ekspresi di wajah Donald, dia bisa menebak apa yang ada di pikirannya. "Bagus, rupanya anda sudah mengingatku, Tuan Pasmod. Mari silakan duduk. Anggap saja makan malam mewah ini sebagai ganti dari koper haram itu." Donald Pasmod menggertakkan gigi-giginya. Dia melihat Jack dengan tatapan tajam sambil duduk di kursi yang telah disediakan untuknya. 'Rupanya cucu Tom Roodenburg lebih gila daripada kakek tua itu. Berani sekali dia berbicara seperti itu di hadapanku langsung! Berani-beraninya mengakui kesalahannya padaku! Apa dia pikir koper itu berisi mainan? Aku mengalami kerugian jutaan dolar karenanya. Dia juga telah membunuh Berry!' Dalam diam Donald melanjutkan ucapannya, 'Sial! Jika tahu dia adalah orang yang sama dengan pengantar pizza itu, aku tidak akan meminta untuk bertemu di sini!' Dia melihat ke arah George dan Zac yang berdiri di samping Jack. Melihat rahang Donald yang mengeras, wajah Jack tetap tenang. Dia meletakkan kedua tang
Pernyataan Donald membuat jantung Jack berdetak lebih cepat. Dia tidak mengira jika Danald akan meminta nyawa kakeknya. Meskipun demikian, Jack berusaha untuk menahan keterkejutan itu. Wajahnya masih terlihat tenang. Jack tersenyum. “Permintaan kecilmu itu adalah hal yang mustahil, Tuan Pasmod.” Donald bersandar kembali ke kursi. Dia mencebik dengan wajah kecewa. “Aku sudah menduganya. Tapi cobalah untuk mendengar alasanku meminta nyawa Tom Roodenburg. Sebenarnya, dia telah mengambil banyak hal dariku. Aku tidak suka bermusuhan, sungguh aku tidak berbohong. Itu sebabnya aku tidak suka mencampuri urusan orang lain.” Mafia narkoba itu melanjutkan, “Tapi kakekmu itu suka ikut campur dalam urusan orang lain. Aku tidak pernah mengusik bisnisnya, tapi dia menganggu bisnisku. Jadi, apa yang bisa aku lakukan selain menjadikannya sebagai musuh? Tapi, dia benar-benar musuh yang sangat kuat. Dan pada akhirnya, aku yang masuk ke dalam penjara.” Jack hanya diam menyimak cerita dari Donald. Dia
“Peringatan.”Kerutan muncul di kening Donald. Dia tidak mengerti maksud dari jawaban Jack yang hanya satu kata saja. Daripada disebut sebagai peringatan, bukankah makan malam mewah itu lebih pas jika disebut sebagai sambutan hangat?Walaupun sambutan hangat dari musuh tetaplah hal yang patut diwaspadai, rasanya terlalu berlebihan jika itu disebut sebagai peringatan. ‘Dia bahkan meminta pengawalnya untuk menarik kembali pistol yang diacungkan padaku.’Donald memicingkan mata. Dia telah mencoba menerka makna di balik ucapan Jack, tetapi tidak kunjung menemukan jawaban yang tepat. Dia kemudian bertanya, “Apa maksudmu?”“Aku tahu, kamu mengincarku. Tentu saja itu benar karena Donald Pasmod tidak akan melupakan hal yang merugikannya.”Donald tersenyum tipis. “Rupanya kamu tahu banyak hal tentangku.”“Hahaha, sebenarnya aku hanya sadar diri. Aku tahu, telah melakukan kesalahan besar karena mengambil kopermu, Tuan Pasmod.” Jack mencebik. “Sebetulnya sama sepertimu, aku juga tidak suka menc
“Baiklah, baiklah, aku tidak akan memaksa lagi.” Donald memasukkan kembali anggur merah super premium itu ke dalam tas. Jack berdiri dari duduknya, diikuti oleh Donald. Dia mengulurkan tangan pada Donald selagi tangan kirinya berdiam di dalam saku celana.“Selamat tinggal, Tuan Pasmod,” kata Jack ketika Donald menjabat tangannya. Dia memberikan senyum penuh arti.Donald mempererat jabatan tangannya selagi menggeleng, “Aku tidak suka mendengar kalimat perpisahan, Tuan Muda. Itu terdengar tidak keren. Sedangkan kamu adalah pemuda yang cemerlang. Sangat senang bisa berbincang denganmu. Jadi, sepatutnya pertemuan ini terulang di kemudian hari. Maka, aku lebih suka berkata, sampai bertemu lagi, Tuan Muda.”Jack tidak berkomentar. Dia hanya tersenyum. Hal itu membuat pengawalnya kembali saling menatap satu sama lain. Kenapa sekarang Jack bersikap dingin pada Donald?George dan Zac sangat penasaran!“Kalian,” panggil Jack membuat dua pengawalnya menghentikan sejenak rasa ingin tahu mereka.
Bulan bundar sempurna. Dari loteng Greenroad Villa, angin membuat pucuk pohon cemara seperti sedang menggesek-gesekkan tubuhnya pada purnama. Ada kopi yang mengepul di dalam dua cangkir putih di atas meja kayu. Tangan yang kekar tampak mengambil satu di antara cangkir itu. “Ini sangat indah,” kata Claire setelah sang suami menyesap kopi. Dia mengagumi pemandangan malam hari di tempat itu. Jack menggeleng. “Ada yang lebih indah dari ini.” Dengan wajah berseri Claire menyahut. “Benarkah?” “Hm.” Jack kembali menyeruput kopi buatannya sendiri. “Cepat katakan padaku. Aku ingin melihatnya besok.” Claire semakin bersemangat. “Kenapa harus menunggu besok?” “Jadi, aku bisa melihatnya sekarang?” “Tentu saja.” Claire bertepuk tangan kegirangan. “Di mana aku bisa melihatnya?” Dia menarik kursinya agar lebih dekat dengan Jack. “Pergilah ke kamar.” Claire yang mendengarkan suaminya dengan sungguh-sungguh mengernyetkan keningnya. Namun, dia tetap berkata, “Lalu?” “Saat kamu berdiri di de
Orang-orang terkejut dengan reaksi Jack atas apa yang dilakukan Claire, tanpa terkecuali Claire itu sendiri. Sejak mengenal Jack hingga mereka memutuskan untuk menikah, Jack tidak pernah membentaknya, kecuali hanya jika dia bersalah.‘Lalu, apa salahku?’ batin Claire sambil menatap suaminya.Beberapa wanita yang berada di kursi tamu juga tidak menyangka bahwa sang tuan muda akan membentak istrinya. Mereka sampai memegangi dada karena terkejut. Menurut pandangan mereka, apa yang dilakukan Claire sudah benar.Orang-orang yang kurang ajar itu pantas mendapat dua sampai tiga tamparan lagi. Beberapa di antara tamu malah ingin menjambak mereka juga.Jika Claire syok, tidak demikian dengan Lady. Meski tamparan Claire membuat pipinya terasa sakit, dia senang mengetahui sang tuan muda dengan cepat membentak istrinya karena sudah bersikap kasar. Itu artinya, dia masih memiliki kesempatan. Entah kesempatan apa yang dimaksud oleh Lady.“Tuan Muda,” ucap Matthew merasa perlu untuk membela Claire.
Tidak dipungkiri, aura yang keluar dari Jack membuat empat wanita itu tertekan. Mereka tampak mencengkeram pakaian sendiri untuk menyembunyikan tangan mereka yang bergetar karena takut. “Lady,” panggil Jack karena empat wanita itu membisu tanpa kata. Lady memaksakan diri untuk tersenyum. “Sa-saya, Tuan Muda.” Jack tertawa mendengar Lady yang dahulu mengoloknya sebagai pecundang, kini memanggilnya dengan sebutan demikian, dan itu dikatakan dengan nada bicara yang lembut. “Kamu bersikeras ingin menemuiku. Katakan, sesudah ini, apa yang kamu inginkan?” Jack memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sejujurnya, reaksi Jack yang berubah-ubah, terkadang tampak murka, terkadang begitu ramah, malah membuat Lady bingung. Dia sadar benar jika Jack berhak murka. Dan dia akan menerima apa saja yang akan Jack lakukan. Lady sempat menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat ekspresi wajah teman-temannya. Dia yakin, ekspresi wajahnya sekarang juga tidak jauh berbeda dari mereka; takut, cemas, be
Para pengawal menunda untuk menyeret Sophie dan kawan-kawannya keluar karena mendengar ucapan berwibawa dari seorang pria. Itu adalah ucapan yang tidak mungkin mereka abaikan.Benar, Jack sendiri yang menahan para pengawalnya meringkus para wanita pembuat onar. Kini, tempat itu seperti membeku. Semua orang bergeming melihat wajah tenang Jack selagi bertanya-tanya apa yang akan terjadi berikutnya."Apa yang akan Tu-tuan Muda lakukan?" tanya Gary menyaksikan Jack berjalan ke tepi panggung usai berpamitan dengan istrinya. Meskipun Gary hanya melihat dari layar kaca televisi, napasnya ikut tertahan juga.Sebagai orang yang memiliki banyak kesalahan pada Jack, Gary tentu mencemaskan kehidupannya. Dia menjadi paham tentang hal buruk yang terus menimpanya, walau itu tidak seburuk apa yang menimpa David, Gary sempat frustrasi atas grafik hidupnya yang merosot. Melihat keadaannya sekarang, sudah mampu menjelaskan segala kesialan yang menimpanya.Lalu, bagaimana jika ternyata kesialannya masih
Satu teriakan itu berhasil memprovokasi tamu undangan lainnya. Kini tempat itu dipenuhi oleh seruan yang meminta Tuan Muda Roodenburg untuk mencium istrinya. Kedua pipi Claire memerah mendengarnya. Dia bahkan melepas rangkulannya dari leher Jack, sedikit tertunduk menghadap para hadirin. Jack mengambil napas melihat istrinya demikian. Dia mendekatkan wajahnya pada Claire, membuat para hadirin menghentikan seruan mereka. Semua tegang menunggu apa yang akan Tuan Muda lakukan. “Jangan cemas. Aku tidak akan melakukannya di depan umum,” bisik Jack sangat rendah, hingga hanya Claire yang bisa mendengarnya. Wanita itu menoleh pada suaminya dengan wajah cerah. Sementara para hadirin masih menanti sang tuan muda melakukan apa yang mereka harapkan. Dalam saat-saat sunyi itu, mendadak terdengar panggilan dari deret kursi belakang. “TUAN MUDA!!” Orang-orang terkejut. Mereka menoleh ke belakang, ke sumber suara, demi melihat kenampakan wanita yang begitu lancang memanggil Tuan Muda Roodenbu
Prosesi pernikahan Tuan Muda Roodenburg dengan Nona Claire Boutcher telah selesai. Kini, persahabatan mereka sudah resmi menjadi hubungan suami istri dengan ikatan cinta yang suci. Kebahagiaan itu tergambar jelas di wajah kedua mempelai, keluarga, dan para tamu undangan, kecuali empat sekawan yang duduk di kursi belakang. Sophie yang sejak tadi menitikan air mata, kini memeluk Lady untuk menyembunyikan isakannya setelah melihat Jack mencium kening Claire. Masih hangat dalam ingatan Sophie, selama dia dan Jack dahulu berpacaran, Jack tidak pernah meminta ciuman darinya. Sedangkan saat menjadi kekasih David, pria itu meminta segalanya darinya, bahkan di hari pertama mereka berpacaran. Sungguh, dahulu Sophie menilai Jack sebagai pecundang meski dalam hal percintaan. Sementara dia memberikan penilaian sangat tinggi untuk David, dan menganggapnya sebagai pria sejati yang bergairah. ‘Tapi lihat sekarang. Jack menikahi Claire di depan seluruh warga Rhineland dengan gagah dan penuh kharisma
“Dari suaranya saja, jelas sekali jika Tuan Muda adalah orang yang ramah dan rendah hati. Daripada dirinya, jelas kita semua yang mendapat kesempatan untuk hadir di acara ini begitu bahagia dan merasa terhormat. Kita benar-benar beruntung. Bahkan jika seseorang membeli undangan pernikahan dari Tuan Muda dengan harga fantastis, aku akan dengan yakin menolaknya. Ini benar-benar momen patah hati yang paling berharga.” Grace tersenyum lebar dengan pandangan mata tertuju pada layar besar yang ada di sisi kanan panggung. Dalam layar itu menampilkan sosok pria bertopeng yang menyita perhatian seluruh manusia di Rhineland.Dua layar besar memang sengaja disediakan di samping panggung demi membantu para hadirin yang duduk di kursi belakang, supaya tetap bisa melihat dengan jelas jalannya acara. Apa yang ditampilkan dalam layar itu adalah apa yang terlihat di layar televisi juga. Sebenarnya Grace dan rombongan sedikit kecewa karena mereka mendapat kursi di deret paling belakang, tetapi mereka
"Jika yang berbicara ini adalah David yang dahulu, aku pasti percaya. Tapi David, sekarang kamu bahkan hanya tinggal di kos sempit ini. Tidak mungkin kamu bertemu dengan wanita dari kelas atas." Gary mengambil kripik kentang dan mengunyahnya dengan santai. Tidak ada lagi rasa segan atau was-was akan membuat David tersinggung. "Mungkin saja David melihatnya saat masih menjadi manajer keuangan di Big Roodgroup." Gary menimpali.Namun, David masih bergeming. Dia tidak menggeser sedikit pun pandangannya dari kaca televisi. Kerutan di keningnya semakin banyak."David." Bahkan panggilan pelan dari Gary membuat David terkejut.Sambil menggelengkan kepala, David berkata, "Tidak salah lagi, dia memang wanita itu."Ryan bertanya, "Apa yang kamu bicarakan?" "Aku sangat yakin, dia, mempelai wanita Tuan Muda Roodenburg adalah wanita kasar yang bekerja di King Pizza. Dia berteriak-teriak memakiku dan Sophie. Dia melarang kami masuk ke kedai itu."Gary dan Ryan sempat melihat satu sama lain sebelu
Greenroad Villa hari ini terlihat sangat ramai. Para pelayan begitu sibuk ke sana ke mari mengurus segala keperluan, apalagi sejak tadi para tamu sudah mulai datang.Banyak tamu istimewa yang datang ke acara pernikahan paling mewah dan fenomenal ini, misalnya para pejabat, artis, konglomerat, dan lain sebagainya. Mereka sangat antusias mengingat ini adalah pernikahan pewaris tunggal keluarga Roodenburg, keluarga dengan kekayaan, popularitas, dan pengaruh paling besar.Memangnya siapa yang mau melewatkan undangan pernikahan pewaris tunggal dari keluarga nomor satu dari orang-orang kelas atas?"Sebenarnya, aku masih trauma dengan kejadian di malam amal itu." Lady menggandeng lengan Sophie. "Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu asli. Rasanya ini terlalu ... mendadak, super mendadak. Untung saja kalian memaksaku ikut, jika tidak, aku akan lebih menyesal lagi karena tidak hadir di acara berbahagia idolaku, meski mungkin tidak lama lagi aku akan menangisinya." Lady melanjutkan.